***
Selesai rekaman, dipukul dua dini hari, semua orang pulang ke peristirahatan masing-masing. Sebelumnya, Bobby menawarkan untuk mengantarkan Lisa pulang, namun Jiyong justru menawarkan dirinya.
"Kami tinggal di gedung yang sama, kau pulang saja ke dorm, aku akan memberi Lisa tumpangan sampai rumah," ucap Jiyong sebelum Lisa sempat menolak tawaran Bobby.
"Ah bagus kalau begitu," jawab Bobby kemudian. "Kalau begitu aku titip dia ya hyung, aku pulang duluan,"
"Hm... Hati-hati," ucap Jiyong yang lantas memasukan semua barang-barangnya ke dalam tasnya kemudian mengajak Lisa ke tempat parkir dimana mobilnya berada.
"Oppa, aku sudah membuat keputusan," ucap Lisa tepat sebelum ia dan Jiyong keluar dari studio rekaman tersebut.
"Benarkah? Kau ingin membicarakannya disini atau di perjalanan pulang?"
"Bagaimana kalau disini saja?"
"Ah... Kau sudah memutuskan untuk menolak keduanya? Baiklah, mari kita dengar alasanmu menolaknya," ucap Jiyong membuat Lisa justru kebingungan namun tetap kembali duduk di sofa tempatnya duduk tadi, sementara Jiyong menarik sebuah kursi agar dapat duduk tepat di hadapan Lisa.
"Bagaimana oppa tahu?"
"Kita bisa membicarakannya di perjalanan pulang kalau kau menerima tawaranku. Kau akan menjelaskan sesuatu bukan? Alasan kenapa kau menolak misalnya? Apa itu?" tanya Jiyong– ia terlihat sangat lembut untuk ukuran seorang pria yang Bobby sebut tempramental.
"Jadi aku- aku akan terus seperti ini saja," ucap Lisa membuat Jiyong menaikan alisnya. "Aku tahu tawaranmu sangat bagus untuk masa depanku, aku berterimakasih karenanya, sangat berterimakasih. Tapi kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, yang aku tahu sekarang aku perlu uang. Aku bertengkar dengan teman serumahku, dan bisa saja dia justru keluar dari rumah dalam waktu dekat ini karena membenciku. Maksudku kalau dia pergi, aku harus mencari penggantinya atau skenario terburuknya aku harus membayar lebih banyak untuk uang sewanya. Seorang temanku juga baru berhenti bekerja, aku tidak tega untuk menagih uang sewa rumah padanya nanti. Bagaimana aku bisa memaksa seseorang yang bahkan tidak punya pekerjaan untuk uang sewanya? Aku sedang membutuhkan banyak uang, jadi aku tidak bisa tiba-tiba mengganti rutinitasku,"
"Berapa harga sewanya?" tanya Jiyong membuat Lisa justru menaikan alisnya. "Sama seperti rumahku? Ah ku pikir kau menyewa rumah itu dari orang lain dan dia menaikan harga sewanya. Kau biasa membagi harga sewanya berempat dan berniat untuk membayar semuanya sendiri? Gaji sebagai asisten produser tidak akan cukup untuk itu. Tapi apa menjual lagumu tanpa menulis namamu di deskripsi lagunya cukup?"
"Ya, kalau aku bisa menjual lima sampai enam lagu,"
"Dalam waktu? Maksudku kapan kau harus membayar uang sewanya?"
"Akhir bulan depan, sekitar 50 hari lagi. Kami membuat kontrak tahunan untuk menyewa rumah itu. Kami sudah menabung setiap bulan sepanjang tahun, saat ini hanya kurang 1/12 dari total uang sewa, kurasa kami akan sangat kecewa kalau harus pindah rumah tahun ini, jadi aku tidak bisa bekerja dengan gaji tetap sekarang,"
"6 lagu dalam 50 hari? Bagaimana kau bisa menulis 6 lagu yang layak rekam dalam 50 hari? Bahkan untukku, itu sulit,"
Lisa menundukan kepalanya, tentu saja Lisa tahu kalau itu sulit bahkan hampir tidak mungkin, tapi ia harus melakukannya. Lisa tidak ingin pindah dari Galleria Foret sekarang, ia masih ingin tinggal disana dan mengirim surat untuk G Dragon. Orang bilang, di saat terdesak, manusia dapat melakukan apapun bahkan suatu hal yang mustahil sekalipun. Karenanya, Lisa tidak ingin menyerah sekarang, ia sedang memposisikan dirinya dalam keadaan terdesak sekarang– hingga 6 lagu dalam 50 hari seharusnya dapat ia kerjakan.
"Aku akan membantumu," ucap Jiyong kemudian setelah selama beberapa menit pria itu terdiam dan terlihat tengah berfikir. "Kau dan teman-temanmu sudah menabung selama 11 bulan, akan benar-benar disayangkan kalau kau harus menyerah hanya karena cicilan ke 12. Aku akan membayar lagumu seharga tiga kali lipat, jadi kau hanya perlu membuat dua lagu. Tapi, syaratnya aku tidak menerima lagu asal-asalan yang di tulis karena terdesak,"
"Eh? Kenapa? Ah tidak! Maksudku, sungguh??" tanya Lisa dan Jiyong menganggukan kepalanya.
"Aku bisa membayar lagunya di awal, jadi kau tidak perlu mengkhawatirkan uang sewa lagi dan bisa fokus membuatkan dua lagu terbaikmu untukku,"
"Tenggat waktunya?"
"Tiga bulan? Lebih cepat lebih baik, aku sedang mempersiapkan album soloku sekarang, dan tiga bulan lagi aku sudah harus mulai merekam," ucap Jiyong dan Lisa justru mencubit pipinya sendiri.
"Aw! Sakit!" seru Lisa setelah ia mencubit pipinya sendiri untuk memastikan itu mimpi atau bukan– dan itu bukan mimpi. Membantu seorang G Dragon mempersiapkan album solonya? Lisa merasa seperti tengah tengah terbang ke awan saat itu.
"Haha kau tidak sedang bermimpi sekarang," komentar Jiyong yang kemudian mencubit pelan pipi Lisa. "Besok aku akan meminta managerku menyiapkan kontraknya. Untuk tawaranku mengenai trainee atau asisten produser, kita bisa menundanya sampai tiga bulan kedepan. Apa masih ada pertanyaan lagi?"
"Kenapa oppa mau membantuku?"
"Karena kau menggemaskan?" jawab Jiyong yang lantas bangun dan mengusap lembut pipi Lisa dengan tangannya. "Sekarang ayo pulang, aku butuh tidur,"
Melebur. Sepertinya melebur adalah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan Lisa saat ini. Hati dan seluruh isi dadanya seakan melebur kemudian berubah menjadi ratusan kupu-kupu yang memenuhi seluruh rongga dadanya. Kupu-kupu itu menyesakan, namun luar biasa menyenangkan.
***
Teruntuk yang tersayang,
Jiyong oppa.Ketika aku bangun di pagi hari, aku melihatmu ada di depanku. Walau aku tidak bisa meraihmu dengan tanganku. Setiap kali melihatmu tersenyum atau tertawa, oppa tetap sangat indah walau oppa menutup matamu. Kau menyerupai cahaya bulan yang hangat¹.
Apa aku melakukan kesalahan? Akhir-akhir ini setiap kali melihat ke cermin, aku tidak tahu apa aku yang ada di dalam cermin itu atau apakah yang ada di dalam cermin itu adalah aku? Seharian aku melihat handphoneku, lalu aku tersenyum dan tertawa sepanjang hari karena melihat fotomu.
Setiap kali aku melihatmu, setiap kali aku melihat fotomu, oppa tengah tersenyum, but i think it's love. Biasanya, oppa terlihat tidak begitu peduli. Oppa terlihat seolah oppa tidak disana. Tapi ketika aku mendapat sebuah hari yang sulit, oppa ada disana, tersenyum dan membantuku. Saat aku keluar, aku melihat handphoneku dan ada oppa disana. Itu sudah cukup untuk membuatku jatuh cinta padamu, lagi dan lagi².
Oppa, seseorang yang kukenal menyukaiku. Tapi dia tidak mengatakan apapun. Dia tidak bilang kalau dia menyukaiku, dia hanya terus mengganggu dan membuatku kesal, jadi aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan padanya. Tapi aku tidak menyukainya, maksudku karena seseorang aku jadi tidak menyukainya. Apa yang harus ku lakukan? Aku tidak ingin bertengkar dengannya.
Selain itu, ada satu pria lain yang terus membuat dadaku sesak. Dia hanya menyentuh pipiku, dia bilang aku menggemaskan, dia menggenggam tanganku dan dia mengantarku pulang. Dia hanya memperlakukanku seperti dia memperlakukan teman-temannya, tapi itu saja sudah membuatku sangat senang. Aku berharap dia menyukaiku walaupun itu tidak akan mungkin hehe.
Tapi oppa jangan khawatir, kau akan tetap jadi satu-satunya pria yang kucintai 💜
***
Track list :¹ : Starlight - Baek A Yeon
² : Why Why - Shannon
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Potato
FanfictionSweet Potato, si manis yang hangat. Tidak harus ada B setelah A. Tidak harus ada 2 di belakang 1. Nyatanya, hati manusia jauh lebih rumit di banding logika matematika.