28

2.2K 403 18
                                    

***

Lisa melihat sekeliling rumah Jiyong, seperti yang ia tulis dalam lagunya, rumah Jiyong benar-benar penuh dengan lukisan dan karya seni seniman-seniman terkenal. Lisa tidak tahu kalau rumah Jiyong benar-benar terlihat seperti bagaimana yang ia bayangkan. Selama bertetangga, Lisa tidak pernah sekalipun masuk ke rumah Jiyong. Gadis itu hanya tahu bagaimana isi rumah Jiyong dari gambar-gambar yang Jiyong unggah di akun Instagram-nya.

"Tunggu disini, oke? Aku akan mendengarkan lagunya lebih dulu," ucap Jiyong sembari mengangkat kertas yang Lisa berikan padanya kemudian melangkah masuk ke dalam studio rekaman yang ada di rumahnya. "Aku ingin mengajakmu masuk, tapi studioku belum siap menerima seorang tamu sekarang. Aku akan segera merapihkannya agar kau bisa masuk, mungkin lusa," ucap Jiyong sembari melangkah mendekati studio di dalam rumahnya tersebut.

"Iya," jawab Lisa sembari mengangguk-anggukan kepalanya. Penasaran? Tentu saja! Lisa ingin tahu semua yang ada dalam hidup Jiyong. Namun berkencan dengan Jiyong tidak lantas membuatnya merasa pantas memaksa Jiyong memuaskan seluruh rasa ingin tahunya.

Sementara Jiyong berada di dalam studio rekamannya, Lisa melihat satu persatu lukisan yang ada di ruang tamu tersebut. Gadis itu berkeliling ruang tamu untuk memperhatikan satu persatu lukisan yang ada disana sampai matanya menangkap sebuah bingkai berisi daun maple yang pernah ia kirimkan– sebagai Sweet Potato.

"Astaga!" seru gadis itu sebelum kemudian ia melompat girang, melupakan kakinya yang digips saking senangnya. G Dragon memajang hadiah yang ia berikan bersama pajangan-pajangan lainnya.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Jiyong, setelah hampir 2 menit pria itu berdiri di dekat pintu studionya dan memperhatikan Lisa yang tengah melompat-lompat senang di dekat rak pajangannya.

"Eh? Ah tidak," jawab Lisa sembari menoleh pada Jiyong dan tersenyum lebar disana. Sangat manis, pikir Jiyong. "Ini semua pemberian fans?"

"Sebagian, sebagian lainnya ku beli sendiri," jawab Jiyong yang kemudian menghampiri Lisa untuk mengembalikan kertas pemberiannya tadi. "Aku sudah mendengar- maksudku memainkan lagumu dengan keyboard, tapi lagunya terlalu membosankan, bisakah kau merubahnya lagi? Aku sudah menandai beberapa bagian yang menurutku kurang pas,"

Lisa bergerak mundur, menjauh dari Jiyong yang menurutnya terlalu dekat. Kedua tangan gadis itu tidak lantas ia pakai untuk mengambil kertas yang Jiyong berikan namun justru ia gunakan untuk menutup mulutnya.

"Kenapa? Apa aku terlalu kasar? Maaf, aku tidak bermak-"

"Aku sedang sangat-sangat senang sekarang," jawab Lisa, menyela ucapan Jiyong kemudian membuat pria itu terkekeh karenanya. Sebelum keluar dari studio rekamannya tadi, Jiyong sudah melatih kata-katanya. Jiyong tidak ingin membohongi Lisa dengan mengatakan kalau lagunya sempurna, namun juga tidak ingin Lisa takut karena tempramennya. Karenanya, sebelum keluar dari studionya tadi, Jiyong memilih dan melatih kata-katanya agar tidak terdengar kasar dan jahat. "Tadi aku khawatir oppa akan membuang laguku dan menyuruhku menulis yang baru. Bobby dan Hanbin bilang oppa benar-benar serius dan tegas saat bekerja, tapi oppa tidak seburuk cerita mereka,"

"Ku harap aku memang tidak seburuk cerita mereka," ulang Jiyong yang kemudian mengusap lembut rambut Lisa dan mencubit pelan pipi gadis yang tengah tersenyum itu. "Ini, perbaiki lagi lagunya tapi tidak perlu terburu-buru, kita tidak hanya sedang membuat lagu, kita sedang membuat lagu yang sempurna jadi jangan terburu-buru lalu mengabaikan estetikanya,"

"Ya, produser Kwon," jawab Lisa yang kemudian memasukan kertas lagunya kedalam tasnya. "Aku akan memanggilmu begitu saat kita bekerja, agar aku tidak terbawa suasana dan mengabaikan posisiku sebagai pihak kedua di kontrak kita. Tapi oppa... Kenapa kau memajang daun disana?"

"Daun? Ah daun maple ini?" tanya Jiyong sembari mengambil sebuah bingkai foto berisi daun maple dan menunjukannya pada Lisa. "Seorang fans memberikannya padaku. Dia bilang itu akan memberiku keberuntungan, jadi aku menyimpannya disini. Kau menginginkannya? Aku bisa memberikannya padamu kalau kau mau,"

"Eh? Tidak, ini dari fansmu, aku tidak boleh mengambilnya," ucap Lisa yang kemudian mengembalikan bingkai daun maple itu ke tempatnya. "Kenapa tidak ada fotomu disini oppa?"

"Untuk apa? Aku bisa bercermin kalau hanya ingin melihat wajahku sendiri," jawab Jiyong yang lantas berjalan ke belakang tubuh Lisa dan memberanikan dirinya untuk memeluk Lisa. "Kecuali kau mau berfoto denganku, maka aku akan mencetak fotonya kemudian membingkainya dan memajangnya disini,"

"Astaga... Aku benar-benar tidak terbiasa dengan ini," gumam Lisa, namun naluri gadis itu tetap membawanya untuk mengusap lengan Jiyong.

"Kau harus mulai membiasakan dirimu sekarang," jawab Jiyong disusul dengan tubuh Lisa yang berbalik untuk membalas pelukan Jiyong. Keduanya berpelukan, dengan Jiyong yang perlahan-lahan mengelus helaian rambut Jiyong. "Kau sudah makan malam?"

"Belum," jawab Lisa. "Oppa ingin makan bersamaku? Apa yang ingin oppa makan?"

"Hm... Apa kau bisa memasak?"

"Tentu... Aku bisa memasak ramyun, hehe," jawab Lisa membuat Jiyong kemudian ikut terkekeh bersamanya. "Aku serius... Aku bisa membuatkan ramyun spesial untukmu..."

"Spesial? Begitukah?" tanya Jiyong sembari menyentuh pipi Lisa dengan kedua tangannya. "Tapi ramyunnya tidak akan lebih spesial dari dirimu kan? Aku tidak menginginkan sesuatu yang lebih spesial darimu,"

Lisa terdiam, tersipu malu mendengar ucapan Jiyong. Seharusnya gadis itu sudah bisa mengontrol dirinya, perasaannya, namun Jiyong terus saja membuatnya membisu karena tersipu.

"Oppa... Aku belum bisa menahan jiwa fangirl-ku... Aku ingin menjerit lalu memelukmu, menciummu, dan tidak melepaskanmu lagi,"

"Selain menjerit, aku tidak keberatan melihatmu melakukannya, aku tidak keberatan dipeluk apalagi dicium," jawab Jiyong yang lantas memberikan Lisa sebuah kecupan singkat di bibirnya.

"Woah! Aku tersambar petir lagi," jawab Lisa yang lantas berjalan menghindari Jiyong. "Aku harus turun ke lobby mengambil paketku,"

"Dengan kaki seperti itu?"

"Kenapa kakiku? Ah pincang? Ini karena gipsnya berat, lagi pula aku hanya perlu naik lift-"

"Ku antar," potong Jiyong yang kemudian mengambil sebuah topi hitam di sofanya dan merangkul Lisa untuk berjalan bersama ke lobby utama gedung apartemen tersebut. "Kenapa kau tidak istirahat saja di rumah dan meminta temanmu mengambilkan paketnya? Atau mengirimiku pesan, aku bisa mengambilkannya kalau teman-temanmu belum pulang,"

"Bagaimana mungkin aku meminta seorang G Dragon mengambilkan paketku? Memangnya aku gila?"

"Hei, dengar ya... Untuk hari ini aku masih senang mendengarnya. Tapi mulai besok aku ingin kau memperlakukanku sebagai kekasihmu, bukan idolamu,"

"Tapi oppa kekasih dan idolaku... Sepertinya di kehidupan sebelumnya aku pernah menyelamatkan dunia. Kerja bagus Lisa yang sebelumnya, kau benar-benar luar biasa,"

***

Sweet PotatoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang