32

2K 384 14
                                    

***

Lisa melangkah masuk ke apartemen Jiyong, tentunya sembari menggerutu karena Jiyong memberitahunya kalau beberapa menit lalu Ten menelponnya. Lisa sedikit kesal karena Ten mengkhianatinya.

"Dia benar-benar tidak bisa menjaga rahasia," gerutu Lisa sementara Jiyong hanya terkekeh sembari mengusap-usap puncak kepala Lisa.

"Siapa yang datang- oh! Akh!" pekik Dami, yang tanpa sengaja tersandung tirai panjang di ruang tamu rumah Jiyong kemudian jatuh ke lantai.

"Heish... Tidak bisakah kau berhati-hati noona?" komentar Jiyong yang kemudian berjalan menghampiri Dami, mengangkat tubuh kurus kakaknya kemudian menaruhnya di atas sofa.

Lisa membeku. Bukan karena takut atas keberadaan Dami disana, namun karena Jiyong yang menurutnya terlihat sangat seksi saat mengangkat Dami tanpa memakai kaosnya. Pria kurus itu sukses membuat Lisa menelan ludahnya hanya karena membantu memindahkan Dami dari lantai ke sofa.

"Noona semakin berat saja, kau hamil lagi?" tanya Jiyong yang kemudian menurunkan kaos Dami agar perut kakaknya itu tidak terekspos. "Dan kapan noona datang? Pagi ini? Karena bertengkar dengan suamimu lagi?"

"Kenapa Lisa kesini pagi-pagi begini?" bisik Dami, namun tetap terdengar jelas oleh Lisa. Membuat Lisa lantas gugup dan langsung membungkuk sembilan puluh derajat untuk menyapa Dami.

"Memangnya kenapa? Dia kekasihku," jawab Jiyong yang kemudian menghampiri Lisa, mendorong gadis itu untuk segera duduk di sofanya– tentunya dengan sangat hati-hati agar kaki Lisa tidak terluka semakin parah karenanya. "Noona, kenalkan ini Lisa kekasihku, dia seorang penulis lagu dan dia tinggal di apartemen depan. Kemudian Lisa, kenalkan ini noonaku, Dami, dan dia memang sering datang kesini untuk mengurusku- ah bukan, lebih tepatnya mungkin untuk diurus olehku,"

Dami tahu kalau Lisa benar-benar sangat pendiam, jadi wanita itu terus bertanya pada Lisa sementara Jiyong pergi untuk mandi dan mengganti pakaian tidurnya menjadi sesuatu yang lebih layak untuk dikenakan didepan Lisa.

"Belum mulai bekerja dengan Jiyong?" tanya Dami dan Lisa menganggukan kepalanya dengan gugup. Lisa tidak pernah mengobrol dengan Dami sebelumnya, dan ia jadi benar-benar gugup karena Dami terus memandanginya, seakan tengah menilainya– padahal yang Dami lakukan hanya memperhatikan gerak-gerik Lisa karena penasaran apa yang membuat gadis itu gugup. Dami tidak pernah tahu apa alasan Lisa selalu gugup saat bertemu dengannya.

"Biasanya kekasih-kekasih Jiyong akan meninggalkannya setelah mereka berkencan lalu bekerja sama, ku harap kau tidak akan begitu," bisik Dami, khawatir Jiyong akan marah karena mendengarnya. "Orangtua kami sudah ingin Jiyong berhenti bermain-main dan menikah,"

"Eh? Kami baru mulai berkencan kemarin-"

"Haha ya, aku tahu... Aku hanya berdoa agar kalian bisa berkencan dengan serius kemudian menikah," jawab Dami. "Jangan merasa terbebani karena ucapanku, kebahagiaan kalian tetap yang utama di hubungan kalian,"

Jiyong kembali dari kamarnya setelah ia merasa lebih rapih di banding sebelumnya. Kali ini ia keluar dengan sebuah celana jeans selutut yang dipadukan dengan sebuah kemeja putih polos. Rambutnya memang masih sedikit basah, dan ia masih membawa handuk untuk mengeringkan rambutnya tersebut, namun pesonanya tetap tidak pernah tertandingi.

"Ya! Kemana hairdryer-mu? Keringkan rambutmu dulu, kau bisa sakit nanti," tegur Dami setelah melihat Jiyong keluar dan menghampiri mereka di ruang tamu.

"Aku sedang melakukannya!" jawab Jiyong sembari menggosokan handuk ditangannya ke puncak kepalanya, benar-benar seksi hingga Lisa tidak bisa berhenti menatapnya.

Sweet PotatoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang