***
Malam ini, Jennie berjalan pulang dengan langkah gontai. Gadis itu tertunduk lesu selama di perjalanannya pulang. Bahunya membungkuk seakan ada beban yang sangat berat di punggungnya. Sejak ia turun dari bus dan berjalan dari halte ke gedung apartemennya yang mewah kepalanya terus tertunduk lesu. Jennie juga menghela nafas di setiap langkahnya, seakan langkah sepatu di kakinya tersebut seberat belasan kilo beras.
Setibanya Jennie di rumah, tidak ada seorang pun disana. Lisa masih belum pulang sejak pagi tadi ia berpamitan akan pergi ke gedung YG, Ten mungkin masih di perpustakaan dan Taeyong sedang mengantarkan seorang muridnya berlomba. Rumah yang biasanya terasa sangat ramai oleh umpatan Lisa serta tawa jahil Taeyong dan Ten, malam ini benar-benar sepi. Jennie menjatuhkan tubuhnya untuk kemudian duduk di meja makan dengan sebotol beer di atas mejanya.
"Hhh... Ini satu-satunya kesempatanku untuk minum sendirian tanpa gangguan mereka bertiga," ucap Jennie, berusaha berfikir kalau minum sendirian akan lebih baik dibanding dengan diganggu oleh ketiga temannya. Namun bagaimanapun ia berusaha meyakinkan dirinya, disaat seperti sekarang, Jennie tetap mengharapkan kedatangan seseorang– siapapun itu, selama orang itu dapat menemaninya minum sekarang.
Masih dengan perasaan yang tidak karuan, Jennie meraih handphonenya, berencana untuk menelpon Lisa dan menyuruh gadis itu pulang. Namun sebuah pesan masuk menggagalkan rencana Jennie, Lisa baru saja mengiriminya pesan kalau ia diajak makan malam oleh G Dragon.
"Jangan merusak kesenangannya, Jennie-ya... Sudah lama Lisa tidak bersenang-senang," gumamnya, memerintah dirinya sendiri untuk tidak menelpon Lisa dan meletakan handphonenya. Tidak ada siapa pun di rumah dan tidak ada yang bisa ia hubungi.
Kesendirian membawa ingatannya pada kejadian di restoran beberapa jam lalu, sebelum ia di pecat. Beberapa jam yang lalu, seorang chef di restoran tempatnya bekerja mengajaknya bercinta. Park Chanyeol, nama chef itu, ia seorang pria yang sudah menikah dan Jennie mengenal istri pria itu. Tentu saja Jennie menolak ajakan Chef Park, Jennie mencoba untuk menolak ajakan itu dengan sopan. Akan tetapi, Park Chanyeol tidak mengindahkan penolakan Jennie dan tetap memaksa Jennie untuk bercinta bersamanya, sepulang kerja nanti.
Kesabaran Jennie akhirnya habis, gadis itu marah dan menolak ajakan Chef di restorannya dengan beberapa sumpah serapah– yang lantas membuat Park Chanyeol geram kemudian menyebut Jennie sebagai pelacur rendahan yang sok jual mahal. Mendengar ucapan chef-nya tersebut, lantas emosi Jennie meledak. Gadis itu luar biasa marah dan memukul Chanyeol dengan sebuah wajan yang berada tidak jauh dari jangkauannya. Chanyeol harusnya sedikit bersyukur, karena wajan yang mengenai wajahnya bukanlah sebuah wajan panas, namun pria itu justru memecat Jennie.
"Aku pulang," ucap Taeyong tidak lama setelah Jennie menghabiskan satu botol beer sendirian. Taeyong pulang sekitar 30 menit setelah Jennie datang.
"Kau sudah pulang? Kenapa kau menelponku?" tanya Taeyong sembari melihat layar handphonenya yang berdering akibat sebuah panggilan dari Jennie.
"Oh? Ku pikir kau tidak pulang hari ini, aku menelpon untuk menanyakan itu," jawab Jennie yang belum cukup mabuk untuk tidak sengaja menelpon seseorang. Jennie memang sengaja menelpon Taeyong tanpa menyadari kalau Taeyong baru saja datang.
"Seharusnya aku pulang besok, tapi ada guru lain yang menggantikanku, jadi aku bisa pulang. Aku lelah karena kemarin mendengarkan Lisa semalaman," ucap Taeyong yang kemudian meletakan tasnya di kursi, sementara pria itu mendudukan tubuhnya di depan Jennie. "Lisa dan Ten belum pulang? Aku lapar, bisakah kau membuatkanku sesuatu? Kau belum mabuk 'kan?"
"Kau belum makan malam?" tanya Jennie dan Taeyong menggelengkan kepalanya. Pria itu justru meraih botol beer kedua Jennie kemudian meminumnya. "Apa yang ingin kau makan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Potato
FanfictionSweet Potato, si manis yang hangat. Tidak harus ada B setelah A. Tidak harus ada 2 di belakang 1. Nyatanya, hati manusia jauh lebih rumit di banding logika matematika.