29

2.1K 394 28
                                    

***

"Apa isinya? Kenapa sangat berat? Kau akan membawa ini sendiri kalau aku tidak membantumu? Tsk... Kasihanilah kakimu,"

"Apa berat sekali? Kemarikan... Biar aku saja-"

Ucapan Lisa terputus, bukan karena suara dari Jiyong melainkan karena tatapan tajam pria itu. Jiyong hanya menoleh, menatap Lisa dan gadis itu pun menutup mulutnya rapat-rapat.

"Sampai kakimu sembuh, bisakah kau berpura-pura sakit?" tanya Jiyong kemudian, membuat Lisa tersenyum dan menunjukan giginya. "Walaupun tidak terasa sakit, tapi kakimu tidak sedang baik-baik saja, apa kau tahu kalau kakiku dioperasi saat wamil kemarin?"

"Aku menangis saat membaca beritanya,"

"Kau juga bisa dioperasi kalau memaksakan kakimu, dan mungkin aku juga akan menangis?" ucap Jiyong membuat Lisa lantas tertawa terbahak-bahak. Rasanya tidak mungkin seorang G Dragon akan menangis karenanya. "Ya! Kenapa kau tertawa? Aku tidak sedang bercanda,"

"Hehe jangan terlalu menyukaiku, nanti aku besar kepala..." ucap Lisa yang kemudian menahan pintu lift agar Jiyong bisa lewat. "Oppa akan stress kalau sampai kepalaku membesar, aku bisa menyekapmu agar kau tidak bertemu wanita lain hehe,"

"Wah... Aku tidak sabar menunggu kepalamu besar," jawab Jiyong yang kemudian keluar dari lift, berjalan di lorong menuju pintu apartemen Lisa. "Oh? Bukankah itu Chef di restoran waktu itu?"

"Siapa? Huh?? Berani sekali dia datang kesini," gumam Lisa ketika matanya justru menangkap sosok Park Chanyeol di depan pintu apartemennya. "Ya! Park Chanyeol! Apa yang kau lakukan disini?!"

"Oh bagus! Jennie ada dirumah? Orangtua Rose- maksudku eommamu menyuruhku datang mengantarkan makanan, kenapa kau masih memblokir nomor telponku?! Augh aku hampir saja membuang makanan ini,"

"Augh! Merepotkan," keluh Lisa yang kemudian membuka pintu rumahnya dan meminta Jiyong beserta Chanyeol untuk masuk– tentunya setelah ia memastikan tidak ada siapapun di dapur dan ruang tamu. "Cepat taruh di meja lalu pergi dari sini," usir Lisa, sementara tangannya meraih kardus paketnya dari Jiyong dan meletakannya di dekat dapur.

"Lisa-ya, kau sudah pulang?" suara Taeyong terdengar, membuat Lisa buru-buru meletakan paketnya di lantai kemudian mendorong Chanyeol keluar. Taeyong bisa saja marah kalau melihat Chanyeol ada disana. Lisa tidak pernah memberitahu Taeyong kalau Chanyeol adalah suami saudara tirinya. "Oh? Kenapa kau ada disini hyung?" tanya Taeyong, begitu ia muncul dari kamarnya dan melihat Jiyong masih berdiri di dekat dapur, tengah menggeser paket yang tadi Lisa taruh agar tidak menghalangi jalan. Sedangkan Lisa baru saja menutup pintu apartemennya tepat di depan wajah Chanyeol.

"Membantu Lisa mengambil paketnya, apa kami terlalu berisik dan mengganggu istirahatmu? Maaf kalau memang begitu," jawab Jiyong, melirik Lisa yang baru saja membanting pintu depan dan membangunkan orang-orang disana. Bahkan Ten dan Jennie pun datang dari ruang santai. "Selamat malam," sapa Jiyong pada Jennie dan Ten yang juga datang karena suara yang Lisa buat.

"Selamat malam hyung," jawab Ten yang langsung menghampiri Jiyong dan Lisa. "Oh apa ini? Seseorang mengantarkan makanan?"

"Makanan apa?" tanya Jennie, ikut memasuki dapur setelah ia menyapa Jiyong dengan senyuman cantiknya yang sering kali terlihat dingin.

"Oh! Iya- itu makan- itu makanan dari Jiyong oppa, orangtua Jiyong oppa mengantarkan banyak makanan dan dia membaginya kesini," ucap Lisa membuat Jiyong lagi-lagi kebingungan karena kebohongannya. "Kalau begitu tolong oppa bereskan ya, aku akan mengantar Jiyong oppa dulu," pinta Lisa pada Ten, sembari berharap Ten akan memahami kebohongannya.

Ten, Jennie bahkan Taeyong berterimakasih pada Jiyong, ketiganya mempercayai kebohongan Lisa dan membiarkan Lisa untuk mengantar Jiyong keluar. Namun baru dua langkah Lisa dan Jiyong berjalan ke arah pintu, Jennie justru memanggil mereka.

Lisa pikir Jennie akan menyadari kebohongannya. Lisa sudah menggenggam erat tangan Jiyong karena takut ketahuan namun Jennie justru memanggilnya karena sebuah kunci mobil.

"Kunci mobil Jiyong oppa tertinggal di meja tadi," ucap Jennie sembari memberikan kunci mobil tersebut pada Lisa.

Di luar setelah Lisa mengeluarkan Jiyong dari apartemennya dan menutup pintu apartemennya itu, Lisa menghela lega nafasnya, bersandar pada pintu sampai kemudian ia menjatuhkan tubuhnya untuk duduk di lantai. Lelah karena berbohong.

"Kuncimu," ucap Lisa yang kemudian melemparkan kunci mobil Chanyeol pada pria yang masih berdiri di lorong itu– tentu saja karena menunggu kuncinya yang tertinggal di dalam. "Ku peringatkan, jangan datang lagi. Kalau eomma menyuruhmu mengantarkan makanan padaku, buang saja makanannya atau berikan saja makanan itu pada gelandangan,"

"Beritahu eommamu untuk tidak menyuruhku menemuimu apalagi datang kesini-"

"Ya! Pergi dari sini berengsek!" bentak Lisa sembari melemparkan flat shoes yang ia pakai pada Chanyeol. Pria yang di usir itu lantas memamerkan jari tengahnya pada Lisa kemudian pergi dari hadapan Lisa dan Jiyong yang hampir marah karena sikap Chanyeol.

"Aku butuh penjelasan sayang," ucap Jiyong yang kemudian berjongkok untuk menyesuaikan tingginya agar dapat bertatapan dengan Lisa.

"Oppa..."

"Hm?"

"Suaramu benar-benar menenangkan," gumam Lisa yang kemudian bergerak untuk bangun yang tentu saja di bantu oleh Jiyong. Jiyong membantu Lisa memakai kembali flat shoesnya kemudian mengajak Lisa masuk ke apartemennya– menagih cerita Lisa.

Di sebuah meja makan, dengan dua porsi ramyun cup yang sudah matang sempurna bersama beberapa lauk seperti caviar dan kimchi Lisa duduk bersebelahan dengan Jiyong.

"Lihat kan? Keju dan crab stick membuat ramyunnya terlihat sangat mewah, seperti spaghetti mahal di restoran," ucap Lisa– yang membuat dua ramyun cup itu untuk menu makan malam mereka. "Cicipilah... Rasanya pasti enak,"

"Darimana kau belajar membuat ini?" tanya Jiyong setelah ia menyuap sendok pertamanya dan memuji rasa ramyun tersebut.

"Mencoba-coba? Saat masih sekolah menengah lalu kemudian kuliah aku lebih sering makan di minimarket daripada di rumah, aku kabur dari rumah... Dulu... Karena eommaku menikah lagi,"

"Lalu siapa pria tadi?"

"Mantan kekasihku, yang sekarang menikah dengan saudara tiriku," jawab Lisa membuat Jiyong justru tersedak ramyun yang dimakannya. Lisa buru-buru memberikan segelas air pada pria itu kemudian menepuk-nepuk pelan punggungnya. "Dulu aku berkencan dengannya, hanya berkencan biasa lalu kemudian putus. Kemudian appaku meninggal dan eommaku menikah lagi. Eommaku menikah dengan ayah dari sahabatku, tapi aku tidak menyukainya. Maksudku aku tidak suka kenyataan kalau eommaku menikah lagi. Jadi aku pergi dari rumah dengan keadaan yang... Ya bisa dibilang menyedihkan, aku sudah takut bertemu orang-orang saat itu,"

"Kenapa kau takut bertemu dengan orang-orang?"

"Mereka terlihat seperti monster saat menatapku. Saat mereka memandangiku, bicara denganku sembari menatap mataku, aku merasa seperti sedang dinilai, sedang diperhatikan dan kurasa penilaian mereka terhadapku tidak begitu baik. Dulu aku tidak berani bertemu dengan siapapun kecuali Ten dan eommaku. Tapi kemudian eommaku menikah lagi dan aku tidak menyukainya. Setelah aku pergi dari rumah, keadaanku jadi lebih baik. Aku bisa kembali berkencan bahkan berani membalas tatapan oppa sekarang,"

***

Sweet PotatoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang