***
"Sekarang kau tidak punya masalah keuangan lagi, bukankah uang sewa untuk tahun keduamu di Galleria Foret sudah terkumpul?" tanya Jiyong, sembari mengendarai mobilnya menuju restoran yang Lisa tunjukan. Sudah lima menit keduanya hanya membisu di tempat masing-masing sejak Lisa menutup mulutnya usai memberikan alamat restoran Thailandnya pada Jiyong.
"Ya," jawab Lisa sembari mengangguk-anggukan kepalanya. "Berkatmu,"
"Lalu apa yang akan kau lakukan dengan sisa uangnya?" tanya Jiyong, ia sedikit berharap Lisa berencana untuk pergi berlibur sehingga ia bisa memakai pekerjaan sebagai alasan– agar bisa ikut berlibur bersama Lisa.
"Hm... Aku akan menginvestasikan uangnya pada temanku," jawab Lisa membuat Jiyong menaikan alisnya sembari melirik gadis itu dengan tatapan penasaran. "Seorang temanku baru saja berhenti dari pekerjaannya. Dia sedang mencari pekerjaan sekarang tapi mencari pekerjaan benar-benar sulit jadi aku ingin menyewa sebuah tempat dan menjadikannya restoran,"
"Jennie?" tanya Jiyong membuat Lisa langsung menoleh pada pria yang sedang menyetir di sebelahnya. "Ah... Bobby dan Hanbin bilang kau tidak punya banyak teman, karena kau membicarakan restoran jadi ku pikir Jennie yang baru saja berhenti bekerja. Jennie seorang chef, bukan? Sepertinya dia pernah memberiku kartu namanya, saat kalian baru pertama kali pindah,"
"Oppa membicarakanku dengan Bobby dan Hanbin?" tanya Lisa dan Jiyong menganggukan kepalanya.
"Tentu saja aku harus bicara dengan mereka sebelum membuatkan kontrak untukmu, aku harus mencaritahu sedikit tentangmu sebelum menawarimu pekerjaan kemarin,"
"Berarti oppa tahu alasan sebenarnya aku tidak ingin menjadi trainee di YG?" tanya Lisa. "Mereka pasti memberitahumu kalau aku pernah ikut audisi di YG,"
"Ya, aku tahu, tapi sekarang kau tidak perlu-" jawab Jiyong yang lantas mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Lisa– namun Lisa menepis tangan Jiyong, membuat Jiyong sedikit terkejut dan mengira Lisa marah karena ia mencari tahu tentangnya dari Bobby dan Hanbin.
"Ah maaf," ucap Lisa kemudian, karena menyadari kalau raut wajah Jiyong langsung berubah karena ia menepis tangan pria itu. "Bunganya akan rusak kalau oppa menekan tanganku,"
"Ya? Astaga... Ku pikir aku baru saja melukai perasaanmu," jawab Jiyong sembari terkekeh karena melihat Lisa masih memegangi setangkai mawar pemberiannya tadi. "Kenapa kau masih memeganginya?"
"Akan rusak kalau ku masukan tas," jawab Lisa sembari memegangi bunganya dengan sebelah tangannya. "Aku penasaran bagaimana caranya membuat mawar dari tissue seperti ini, bisakah oppa mengajariku?"
"Hm... Tentu, tapi untuk apa kau membuatnya? Agar bisa menggoda pria yang kau sukai?" tanya Jiyong yang langsung ia sesali– kini Jiyong khawatir Lisa menyadari kalau permainan Sweet Potatonya sudah ketahuan. Jiyong tidak ingin Lisa tahu kalau ia mengetahui identitas asli si Sweet Potato kemudian kehilangan surat-surat dari Sweet Potato. Jiyong tidak ingin Lisa berhenti mengiriminya surat.
"Haha tentu saja tidak," jawab Lisa sembari memalingkan wajahnya. Sebelumnya Lisa berencana mengirim setangkai mawar tissue untuk idolanya, tapi idolanya itu– G Dragon– pasti akan mengenali mawar tersebut dan identitasnya sebagai Sweet Potato harus ia akui. "Aku hanya ingin membuat mawar seperti ini untuk eommaku,"
"Wahh... Kau benar-benar seorang putri yang manis," puji Jiyong yang kemudian mengusap lembut puncak kepala Lisa, hanya sebentar karena ia harus memakai tangannya untuk mengemudikan mobilnya.
"Oppa, sebenarnya ada yang ku rahasiakan darimu," ucap Lisa kemudian, membuat Jiyong sempat membeku karena khawatir Lisa akan membicarakan surat penggemarnya– Sweet Potato. "Sebenarnya... Aku fansmu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Potato
FanfictionSweet Potato, si manis yang hangat. Tidak harus ada B setelah A. Tidak harus ada 2 di belakang 1. Nyatanya, hati manusia jauh lebih rumit di banding logika matematika.