***
"Lisa di rumah?" tanya Jiyong, pada Ten yang membukakan pintu untuknya. Sudah hampir jam makan malam ketika Jiyong datang karena Lisa tidak menjawab panggilannya.
"Ya, masuklah... Dia baru saja bangun tidur, makan lalu pergi mandi sekarang. Tunggu saja di kamarnya," ucap Ten yang lantas memberikan jalan pada Jiyong agar bisa masuk. "Aku akan mengantar-"
"Oppa, boleh aku meminta tanda tanganmu? Aku fansmu," ucap seorang gadis yang berdiri di belakang Ten.
"Ah, ini Jisoo, teman Lisa, dia sudah menceritakannya padamu kan? Dia baru saja kembali dari Tokyo setelah hampir dua bulan bekerja disana, jadi Lisa tidak bisa mengenalkannya padamu," ucap Ten dan Jiyong menganggukan kepalanya, tersenyum pada Jisoo kemudian mengulurkan tangannya untuk menerima spidol yang Jisoo ulurkan.
"Dimana aku harus-"
"Disini," ucap Jisoo sembari menarik kaosnya, agar Jiyong dapat menandatangani bagian depan kaos putihnya.
"Ya! Jangan gila sekarang!" protes Ten dan Jisoo lantas terkekeh. Sementara Jiyong hanya tersenyum kikuk disana, mau bagaimana pun gadis aneh di depannya itu adalah sahabat Lisa, mereka terlihat sama anehnya ketika sedang dalam mode fangirl.
"Hehe kalau begitu disini saja, mau ya? Please..." bujuk Jisoo, meminta Jiyong menandatangi punggung kaosnya.
"Sudah, bacalah tulisannya saat kau di rumah nanti, Jisoo-ya," ucap Jiyong sembari tersenyum dan mengembalikan spidol Jisoo.
"Hehe, terimakasih banyak oppa, lain kali boleh aku meminta Lisa mencarikan tanda tangan TOP oppa untukku, kan? Aku benar-benar menyukai TOP oppa," ucap Jisoo dan Jiyong mengiyakannya. Jiyong bahkan bilang akan mengenalkan Jisoo pada TOP kalau mereka punya waktu luang. "Woah! Terimakasih, ini kartu namaku, kalau TOP oppa punya waktu luang, oppa bisa menghubungiku, aku akan langsung menemui kalian, kapan pun, dimana pun,"
"Bahkan saat kau sedang bekerja di Tokyo sekalipun?" tanya Ten dan Jisoo menganggukan kepalanya.
"Ya, aku akan langsung terbang kesini menemui TOP oppa, itu namanya perjuangan," jawab Jisoo disusul gelengan kepala tidak percaya oleh Ten. Sementara Jiyong hanya tersenyum membaca kartu nama Jisoo.
"Kau seorang seniman furnitur?" tanya Jiyong dan Jisoo menganggukan kepalanya dengan sedikit malu-malu. "Biar ku tebak, karena Seunghyun hyung menyukai furnitur?" tanya Jiyong sekali lagi dan Jisoo kembali menganggukan kepalanya dengan malu-malu.
"Lisa belajar menulis lagu juga karena dia menyukaimu, kami tidak jauh berbeda 'kan? Hehe," jawab Jisoo yang lantas diiyakan oleh Jiyong. Apalagi yang bisa Jiyong katakan selain iya?
"Ya, kalian sama-sama gila, ayo cepat pergi dari sini, sebelum Lisa selesai mandi," ajak Ten dan Jisoo mengerucutkan bibirnya, dia masih ingin bicara dengan G Dragon disana. "Hyung, tolong jangan memberitahu Lisa kalau Jisoo ada disini, ya? Tolong aku, terimakasih," susul Ten yang kemudian menarik Jisoo pergi dari apartemen itu, meninggalkan Jiyong disana bersamaan dengan Lisa yang keluar dari kamarnya.
"Ten oppa- Oh! Astaga!" seru Lisa, terkejut karena melihat Jiyong sedang melepaskan sepatunya di dekat pintu utama. "Bagaimana kau bisa masuk, oppa?"
"Lewat pintu?"
"Heish, kau tahu kode pintunya?"
"Bagaimana bisa kalau temanmu mengganti kodenya setiap minggu," ucap Jiyong sembari melirik pintu kamar Taeyong yang masih tertutup rapat. Pria itu berjalan menghampiri Lisa, namun Lisa justru berbalik dan masuk kedalam kamarnya. Lisa belum memberitahu Taeyong kalau ia berkencan dengan Jiyong, dan yang Taeyong ketahui hanyalah 'Lisa akan bekerja dengan G Dragon selama tiga bulan'. "Tadi Ten yang membukakan pintu untukku," jawab Jiyong yang lantas mengikuti Lisa masuk kedalam kamarnya.
Jiyong tidak pernah berkeliaran di rumah Lisa, tidak seperti Lisa yang bisa dengan bebas berkeliaran di rumah Jiyong. Lisa tinggal dengan orang lain dan Jiyong khawatir keberadaannya akan mengganggu penghuni lain– seperti Taeyong. Karenanya, setiap kali berkunjung, Jiyong hanya berada di dalam kamar Lisa.
"Lalu dimana Ten oppa sekarang? Sepertinya tadi ada tamu lain, ah mungkin dia mengantar tamunya pulang,"
"Dia mengantar Jisoo- ups... dia melarangku mengatakannya,"
Jiyong duduk di atas ranjang Lisa, memperhatikan Lisa yang sebelumnya tengah menyisir rambutnya kemudian berbalik menatapnya.
"Apa katamu oppa? Jisoo disini?" tanya Lisa dan Jiyong menganggukan kepalanya. "Ya! Gadis nakal! Dia bilang akan pulang besok tapi sudah datang kesini dan tidak memberitahuku?! Augh! Menyebalkan! Akan ku patahkan kakinya!" omel Lisa yang lantas berjalan keluar dari kamarnya, berniat untuk mengejar dan menemui Jisoo yang sudah membohonginya.
"Ya! Ya! Ya!" tahan Jiyong tepat sebelum Lisa keluar dari kamarnya. "Kemana kau akan pergi?"
"Menemui Jisoo, dia sudah pergi selama hampir dua bulan dan dia membohongiku padahal aku-"
"Lalu bagaimana denganku? Kau akan meninggalkanku disini? Sendirian? Kelaparan? Dan merindukanmu?" rengek Jiyong, memegang kedua tangan Lisa, membuat Lisa jadi sedikit bimbang– mengejar Jisoo atau tetap disana bersama Jiyong.
"Oppa belum makan?" tanya Lisa, setelah beberapa detik berfikir dan memutuskan untuk tetap disana bersama Jiyong. "Ini sudah waktunya makan malam, aku saja sudah makan tadi,"
"Kau makan tanpaku?"
"Aku akan mati kelaparan kalau harus menunggu oppa menyuruhku makan, dan aku sedang stress, ingat?" jawab Lisa membuat Jiyong menunjukan wajah sedih yang dibuat-buatnya, terlalu menggemaskan untuk dapat dibenci seorang fans seperti Lisa. "Oppa menyebalkan,"
"Lisa menyebalkan," balas Jiyong sembari menunjukan selembar kertas yang tadi Lisa titipkan pada Taehee. "Aku memang tidak setinggi Seunghyun hyung apalagi Soohyuk, tapi aku tetap lebih tinggi darimu,"
"Sedikit lebih tinggi dariku, sedikit, sangat... Sedikit,"
"Ya!"
"Hehehe, aku bercanda... Maaf," ucap Lisa yang kemudian memeluk Jiyong sembari terkekeh, memaksa Jiyong untuk membalas pelukannya dan melupakan pertengkaran mereka sebelumnya. "Maafkan aku... Ya ya ya? Tadi aku kesal karena oppa sudah menolak 10 lagu buatanku selama dua minggu terakhir. Lihat itu, oppa menolak mereka semua," ucap Lisa sembari memaksa Jiyong melihat ke arah jendela kamarnya dan melihat 10 lembar kertas yang Lisa tempel disana.
"Baiklah... Tapi buatkan aku ramyun," pinta Jiyong masih sembari memeluk Lisa dan menyandarkan dahinya pada dahi Lisa. "Ramyun cup yang spesial seperti biasanya, aku kelaparan,"
"Tapi aku tidak punya caviar,"
"Tidak perlu pakai caviar, semua yang kau sentuh spesial,"
"Kalau begitu oppa juga spesial, aku menyentuhmu sekarang," jawab Lisa yang kemudian menyentuh pipi Jiyong dengan kedua tangannya.
"Hm... Aku jadi spesial karena memilikimu," balas Jiyong sebelum kemudian ia mencium bibir Lisa, dengan sangat lembut tentunya.
"Lisa-ya, kau sudah di-"
"Oh! Oppa! Kenapa kau masuk kekamarku tanpa mengetuk- Oppa!" panik Lisa, setelah ia mendengar suara pintu kamarnya terbuka, mendengar suara Taeyong dan menjauhkan tubuhnya dari Jiyong karena dengan alasan yang tidak bisa Ten jelaskan, Ten melarang Lisa memberitahu Taeyong kalau ia berkencan dengan Jiyong. "Oppa bagaimana ini? Ten oppa melarangku memberitahunya dan sepertinya dia marah sekarang," ucap Lisa, bertanya pada Jiyong bagaimana caranya menghadapi Taeyong yang sudah memilih untuk pergi setelah melihat Lisa berciuman dengan Jiyong.
"Dia bukan anak kecil, dia tidak akan pergi selamanya hanya karena gadis yang di sukainya berkencan dengan pria lain. Biarkan saja dulu, kau bisa bicara dengannya setelah dia tenang nanti," jawab Jiyong yang kemudian mendorong bahu Lisa untuk berjalan keluar. "Sekarang beri aku makan... Aku kelaparan sayang,"
"Hehe jangan memanggilku begitu, aku malu," ucap Lisa sembari menutupi rona merah di pipinya karena ucapan Jiyong. "Aku akan menelpon Ten dan menyuruhnya menemani Taeyong oppa dulu, setelah itu ku buatkan ramyun spesial,"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Potato
FanfictionSweet Potato, si manis yang hangat. Tidak harus ada B setelah A. Tidak harus ada 2 di belakang 1. Nyatanya, hati manusia jauh lebih rumit di banding logika matematika.