***
"Aku akan pergi mengajar," pamit Taeyong, setelah ia mengantarkan semangkuk sereal untuk sarapan Lisa. Tentu saja Lisa mampu untuk bangkit dari ranjangnya dan berjalan menyiapkan serealnya sendiri, namun pagi ini Taeyong sudah lebih dulu menyiapkan sarapan Lisa bahkan sebelum Lisa benar-benar bangun.
"Hm... Hati-hati," jawab Lisa yang masih sangat mengantuk, gadis itu menarik tubuhnya untuk bangun dan duduk di atas ranjang agar bisa menghabiskan sarapannya.
"Jangan lupa meminum obatmu, telpon aku atau Ten kalau kakimu tiba-tiba sakit," titah Taeyong dan Lisa hanya menganggukan kepalanya dengan mata masih terpejam serta mulut yang penuh dengan sereal dan susu. "Minta Jennie membantumu mandi-"
"Kenapa aku harus mandi? Aku tidak ingin pergi kemanapun hari ini," potong Lisa dengan mata yang membulat sempurna, sedikit terkejut karena Taeyong menyuruhnya mandi.
"Ya ya ya tidak perlu mandi kalau begitu, tinggalkan saja mangkuknya kalau sudah selesai, biar Ten atau Jennie yang membereskannya nanti. Jangan terlalu banyak bergerak, jangan bermain dengan kursi roda lagi,"
"Iya... Aku mengerti," balas Lisa. "Cepatlah berangkat kerja... Oppa akan terlambat kalau terus menasehatiku,"
Tidak berapa lama setelah Taeyong pergi bekerja, Jennie yang masuk kekamar Lisa. Gadis itu datang untuk bertanya apa Lisa ingin di buatkan sesuatu untuk sarapan paginya.
"Taeyong oppa sudah memberiku sarapan," jawab Lisa sembari menunjukan mangkuk kosongnya pada Jennie. "Eonni akan pergi pagi ini?"
"Hm... Baiklah kalau begitu, kalau makan siang nanti, apa yang kau inginkan? Aku bisa membuatkannya sekarang," tanya Jennie, sembari membereskan mangkuk kosong di kamar Lisa.
"Eonni akan pergi?"
"Ya, aku akan menemui Rose kemudian mencari pekerjaan," jawab Jennie yang benar-benar kesal karena memikirkan Mino ketika ia tidak melakukan apapun. "Akan ku siapkan makanan sebelum berangkat,"
"Hmm... Sup? Apapun yang hanya perlu ku hangatkan saat aku lapar nanti,"
"Baiklah, aku akan membuatkannya," ucap Jennie yang kemudian berpamitan untuk pergi berbelanja di supermarket yang ada di lantai dasar apartemen mereka. Tidak lama setelah Jennie pergi, Ten yang masuk ke kamar Lisa, lagi-lagi menggagalkan rencana tidur pagi Lisa.
"Kalau kau ingin pergi, pergi saja, kenapa kalian bertiga terus saja masuk kesini dan berpamitan padaku? Ayolah aku tidak sakit parah. Aku bahkan masih bisa berjalan-"
"Aku kesini untuk meminjam USB-mu, dimana USB-mu? Aku harus menemui dosen pembimbingku tiga jam lagi," potong Ten yang tanpa permisi langsung berjalan ke meja kerja Lisa. Ada banyak sekali USB disana, mulai dari yang berukuran 4 Gigabyte sampai yang berukuran 128 Gigabyte. "Wah... Jisoo sudah mengembalikan koleksi film porno-mu? Kau punya video baru? Aku pinjam ya?" ucap Ten sembari mengeluarkan sebuah USB dengan sebuah boneka beruang yang menggantung di ujungnya.
"Itu bukan film porno!" protes Lisa sembari melihat Ten yang sibuk menyalakan laptop Lisa di atas meja. "Itu film-film yang kebetulan punya adegan ranjang-"
"90% isi filmnya memang di ranjang," potong Ten yang lantas melihat isi USB tersebut– untuk memastikan kalau ada film baru disana. "128 Gigabyte film porno... aku tidak akan tidur malam ini, aku pinjam ini," ucap Ten yang langsung berjalan keluar dari kamar Lisa setelah ia mengecek USB berboneka itu dan mematikan kembali laptop milik Lisa.
"Kau akan memberikan koleksi filmku pada dosenmu?" tanya Lisa membuat Ten berputar dan kembali melangkah ke meja kerja Lisa, mengambil asal sebuah USB disana kemudian menunjukannya pada Lisa. "Dasar bodoh, jangan salah memberikan USB pada dosenmu nanti! Bawakan aku es krim saat kau pulang nanti!"
"Ya ya ya!" balas Ten sebelum kemudian ia menutup pintu kamar Lisa dan kembali masuk ke kamarnya. Akhirnya Lisa bisa kembali tidur selama beberapa jam.
Dipukul 9 pagi, Jennie selesai menyiapkan makan siang untuk Lisa. Gadis itu lantas membangunkan Lisa dan memberitahu Lisa kalau ia akan pergi dan mungkin pulang terlambat. Lisa mengiyakannya, dan tepat setelah Jennie pergi, kantuknya hilang.
"Apa yang sedang kau lakukan?" tegur Ten, karena mendengar Lisa tertawa sendirian di kamarnya.
"Menonton video, kau tidak berangkat kekampus?"
"Aku akan berangkat sekarang, telpon aku kalau kau butuh sesuatu,"
"Ya, pergi saja, aku sedang sibuk sekarang," jawab Lisa yang kemudian bangkit dari ranjangnya, berjalan dengan sedikit pincang ke arah meja kerjanya kemudian duduk disana, mulai menulis sembari menonton sebuah video di handphoenya.
Ten keluar dari rumah sekitar 30 menit setelah Jennie pergi. Pria itu memakai sebuah kemeja dan celana jeans serta membawa sebuah ransel untuk pergi menemui dosennya di kampus, menyelesaikan tugas akhirnya secepat yang ia bisa. Ten tengah berusaha mendapatkan kembali ijazah sarjananya agar dapat melamar pekerjaan ke sebuah sekolah fotografi. Baru saja Ten membuka pintu depan rumahnya, namun sosok G Dragon langsung muncul di pandangannya.
"Baru saja aku akan menekan bel," ucap Jiyong yang menarik lagi tangannya, menjauhkannya dari tombol bel pintu di depannya. "Lisa ada di rumah?"
"Ada, sedang menulis lagunya... Sepertinya?" jawab Ten dengan sedikit ragu, Ten tidak pernah tahu apa yang Lisa lakukan di meja kerjanya karena Lisa lebih sering menghabiskan waktunya di atas ranjang. "Ingin ku panggilkan?"
"Kau akan pergi?"
"Ya, tapi Lisa ada di dalam, masuklah," tawar Ten sembari memberi Jiyong jarak agar pria itu bisa masuk. "Kamarnya ada di pintu kedua sebelah kanan, masuk saja,"
"Kenapa sangat sepi disini? Mana Jennie dan Taeyong?"
"Jennie pergi entah kemana dan Taeyong pergi bekerja," jawab Ten, sama sekali tidak ambil pusing dengan apapun yang mungkin tengah Jiyong pikirkan saat itu. Padahal Jiyong sedikit bingung karena Ten justru menyuruhnya masuk ke kamar seorang gadis yang sedang tidak bisa berjalan. "Cari saja Lisa di kamarnya hyung, aku harus pergi sekarang, aku hampir terlambat," ucap Ten yang kemudian menepuk pelan bahu Jiyong dan berlari keluar setelah ia melihat jarum-jarum di jam tangannya. Ten harus menunggu berjam-jam lagi kalau ia melewatkan janji temu dengan dosennya sekarang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Potato
FanfictionSweet Potato, si manis yang hangat. Tidak harus ada B setelah A. Tidak harus ada 2 di belakang 1. Nyatanya, hati manusia jauh lebih rumit di banding logika matematika.