***
Jiyong tertawa, setelah mendengar penjelasan Lisa. Menurut Lisa, Jiyong tengah melukai harga dirinya sendiri karena memohon pada seorang gadis yang bukan apa-apa sepertinya. Menurut Lisa, Jiyong tidak seharusnya meminta Lisa berkencan dengannya dan menjatuhkan harga dirinya seperti itu. Kenapa seorang Raja meminta budaknya untuk berkencan dengannya? Padahal budak itu sudah menjadi hak milik si Raja, kasarnya begitu.
"Jadi kita berkencan karena kau yang memintanya?" tanya Jiyong dan Lisa menganggukan kepalanya. "Kenapa aku tidak pantas menyukaimu? Kau cantik, jangan bilang tidak... Kau tahu kalau kau cantik. Apa yang tidak pantas dari dirimu?"
"Tapi di banding denganmu... dibanding dengan gadis-gadis di sekitarmu... Aku bukan apa-apa," jawab Lisa benar-benar tidak berani menatap Jiyong yang duduk di sebelahnya, masih di meja makan namun kali ini mereka sudah selesai makan dan Jiyong sudah membereskan kembali semua sisa makanannya– sekarang ia benar-benar tidak membiarkan Lisa berjalan dengan kakinya yang terluka. "Siapa yang akan percaya seorang G Dragon meminta seorang gadis sepertiku untuk berkencan dengannya? Bahkan aku sendiri tidak percaya... Itu seperti melukai sendiri harga dirimu,"
"Karena itu kau membalik keadaan dengan memintaku berkencan denganmu?"
"I- iya- kalau ada yang bertanya, kenapa oppa sudi berkencan denganku, katakan pada mereka kalau oppa berkencan denganku karena aku memohon padamu-"
"Aku lebih suka memberitahu mereka kalau aku menyukaimu. Aku berkencan denganmu karena aku menyukaimu. Kau cantik, kau gadis yang baik, gadis cerdas dan sangat menggemaskan, aku benar-benar menyukaimu, pada pandangan pertama dan pandangan-pandangan setelahnya,"
"Aku benar-benar belum terbiasa dengan ini," ucap Lisa sembari menundukan kepalanya. "Rasanya masih persis seperti mimpi,"
"Ini bukan mimpi..." jawab Jiyong sembari mengulurkan tangannya untuk mengusap lembut puncak kepala Lisa– bukan hal baru tapi perlakukan sederhana itu cukup untuk memporak-porandakan hati Lisa.
"Tidak bisakah oppa pulang dulu?" tanya Lisa membuat Jiyong menaikan alisnya, tidak percaya kalau ia di usir tepat setelah mereka berkencan. "Jangan salah paham... Aku hanya perlu waktu untuk menenangkan diriku sendiri. Dengar, detak jantungku berbunyi seperti drum yang di pukul Daesung oppa saat konser, benar-benar cepat seakan ingin keluar dari tempatnya," ucap Lisa yang kemudian mengarahkan tangan Jiyong untuk menyentuh dadanya– bagian datar diantara payudara dan bahunya. "Aku perlu waktu untuk merapihkan kembali perasaanku yang sekarang seperti taman bunga berantakan. Tapi keberadaan oppa disini seperti angin musim gugur yang terus menerbangkan bunga-bunga ke arahku,"
"Haha baiklah," ucap Jiyong yang menunjukan rasa gemasnya dengan mengusap pelan pipi Lisa. "Tapi kau tidak apa-apa disini sendirian? Kakimu masih sakit dan jadi semakin sakit karena kau pakai bergerak sejak tadi,"
"Aku sedang tidak bisa merasakan kakiku sendiri,"
"Kenapa? Kakimu semakin parah? Bagaimana kalau aku mengantarmu ke rumah sakit?" tanya Jiyong sembari memperhatikan gips di kaki Lisa.
"Rasanya seperti sedang melayang di awan, karenamu," Lisa bicara dengan nada yang sangat datar namun ucapan gadis itu sukses membuat Jiyong senang. Sebuah hubungan dimana ada dua orang yang saling menyukai, Lisa membuat Jiyong merasakan hubungan seperti itu.
Selama ini, seluruh gadis yang pernah Jiyong kencani selalu berlaga menjadi ratu dalam hubungan mereka. Tentu saja Jiyong selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk gadis yang di kencaninya, namun berlaga sebagai ratu berbeda dengan seorang ratu sungguhan. Siklusnya selalu sama untuk Jiyong, gadis-gadis itu mendekati Jiyong, membuat Jiyong menyukainya kemudian memberi banyak sekali tanda agar Jiyong segera menyatakan perasaannya. Gadis-gadis itu– kekasih-kekasih Jiyong sebelumnya yang seluruhnya memang cantik dan terkenal– membuat Jiyong harus menjadi yang lebih dulu menyatakan perasaannya. Mereka ingin Jiyong memohon pada mereka untuk sebuah hubungan yang akhirnya Jiyong sesali. Selama berkencan gadis-gadis itu pun sama, mereka ingin Jiyong melayani mereka, seakan hanya Jiyong lah yang jatuh cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Potato
FanfictionSweet Potato, si manis yang hangat. Tidak harus ada B setelah A. Tidak harus ada 2 di belakang 1. Nyatanya, hati manusia jauh lebih rumit di banding logika matematika.