***
"Apa katamu?" tanya Taehee, yang datang di pagi hari ini setelah Jiyong menghubunginya. Manager Jiyong itu datang untuk membantu Jiyong membuatkan sebuah surat kontrak mengenai pembicaraan Jiyong dan Lisa semalam. "Kau akan mengajak gadis itu bekerja sama dan membuatnya melihat sisi terburukmu? Kau akan mengajaknya bekerja sama? Kau serius?"
"Aku bodoh kan?" jawab Jiyong, sementara tangannya tengah sibuk menyusun surat-surat yang ia terima dari si sweet potato di sebuah bingkai foto besar mirip mading yang ada di studio pribadinya. Sebelumnya, Jiyong menyimpan semua surat itu di laci dapurnya, sebagian juga ia tempel di pintu lemari es-nya namun setelah papan besar berbentuk bingkai foto pesanannya jadi, ia memindahkan satu persatu surat itu sembari membaca ulang setiap kata yang penggemarnya tulis di sana. "Semalam aku sudah sangat mengantuk dan aku tidak tahu kenapa aku mengatakannya,"
"Sekarang apa yang akan kau lakukan?" tanya Taehee, sembari memperhatikan Jiyong menyusun surat-surat tersebut berdasarkan tanggal ia menerima suratnya. "Sudah ku bilang untuk tidak melibatkan gadis yang kau sukai dalam pekerjaanmu. Sekali saja kau memukul mejamu, semuanya selesai. Dia tidak akan mau menemuimu lagi, atau setidaknya dia tidak akan menyukaimu lagi,"
"Lalu bagaimana? Aku ingin membantunya, setidaknya aku tidak ingin dia pindah dari rumahnya sekarang. Aku bisa saja membayarkan uang sewanya, tapi itu akan membuatnya merasa aneh. Kenapa aku tiba-tiba membayarkan uang sewanya? Itu jauh lebih aneh, kami baru bertemu beberapa hari,"
"Dan kau menjadikan pekerjaan sebagai alasan agar bisa mendekatinya? Itu juga tidak masuk akal kalau mengingat bagaimana caramu bekerja. Kau hanya akan memarahinya dan membuatnya tidak ingin melihatmu lagi," ucap Taehee namun tidak punya pilihan lain selain membuatkan kontrak yang Jiyong janjikan pada Lisa.
"Aku tidak akan memarahinya-"
"Kau juga mengatakan itu pada Chaerin dan lihat apa yang terjadi? Dia tidak tahan denganmu dan akhirnya meninggalkanmu," potong Taehee membuat sang produser lantas menatapnya dengan tatapan sinis. "Belum lagi Minzy, kemudian Hyorin-"
"Kau bisa berhenti sekarang hyung," sinis Jiyong membuat Taehee lantas menutup rapat mulutnya. Kini nasi sudah menjadi bubur, Jiyong tidak punya pilihan lain selain membiarkan Lisa membuatkan lagu untuknya.
"Apapun yang terjadi nanti, kau tidak bisa menyalahkanku, kau sendiri yang membuat keputusan ini, mengerti?" tanya Taehee sementara tangannya meraih berkas kontrak yang baru saja di cetak dari printer. "Entah itu lagunya yang tidak sesuai dengan seleramu maupun dia yang kecewa karena tempramen burukmu. Aku tidak bertanggung jawab atas apapun, dan biar ku perjelas, kita akan memakai uang pribadimu karena kau tidak bicara dengan Sajjangnim sebelum membuat kontrak ini. Kau masih akan melanjutkan kontraknya?"
"Lebih baik dia membenciku setelah kami bekerja bersama daripada dia membenciku karena aku tidak menepati ucapanku, ayo kita lanjutkan saja," jawab Jiyong membuat Taehee lantas menaikan bahunya, ia tidak punya kuasa untuk membatalkan rencana Jiyong kalau Jiyong sudah membuat keputusannya sendiri. "Tapi berapa banyak uang yang harus ku keluarkan?"
"Kau belum menghitungnya?" tanya Taehee dan Jiyong menganggukan kepalanya. "Tsk... Bisakah kau berfikir dulu sebelum membuat keputusan? Kau akan membeli dua lagu seharga 1000 sampai 2000 dollar,"
"Seharga jacket yang ku beli kemarin? Tidak begitu mahal... Aku selalu berfikir lebih dulu sebelum membuat keputusan... Hanya saja tadi malam dia terlalu menggemaskan sampai aku tidak bisa fokus berfikir," Jiyong menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, pria itu terlihat sedikit malu mengakuinya namun Taehee pun tahu kalau Jiyong sedang benar-benar mabuk karena gadis menggemaskannya itu– si Sweet Potato.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Potato
FanfictionSweet Potato, si manis yang hangat. Tidak harus ada B setelah A. Tidak harus ada 2 di belakang 1. Nyatanya, hati manusia jauh lebih rumit di banding logika matematika.