44

2K 350 25
                                    

***

"Oppa, menurutmu apa tidak akan ada masalah kalau Jennie eonni dan Mino menikah?" tanya Lisa, dalam perjalanannya menuju agensi. Malam ini, Jiyong memintanya untuk datang ke agensi dan Taeyong bersedia mengantarkannya. Sejak melukai perasaan Lisa hampir 10 bulan yang lalu, Taeyong benar-benar merasa bersalah dan itu membuatnya selalu berusaha bersikap baik pada Lisa.

Perasaan yang Taeyong miliki untuk Lisa tentunya belum berakhir, namun atas dasar rasa bersalah, Taeyong tidak ingin membebani Lisa dengan perasaannya. Taeyong bersikeras mengatakan pada semua orang bahwa ia tidak lagi menyukai Lisa– walaupun Lisa tetap berada di urutan pertama dari prioritasnya.

"Pernikahan mereka saja sudah jadi masalah," jawab Taeyong sembari menatap fokus pada jalanan di depannya. "Sudah berkali-kali Jennie melakukannya, tapi kenapa dia justru hamil sekarang? Di saat restorannya mulai dikenal, disaat Winner sedang naik daun. Beruntung tidak ada seorang pun dari fans Mino yang mengetahuinya, tapi bagaimana nanti? Mereka benar-benar tidak akan membuat pesta pernikahan? Hanya mendaftarkan pernikahan saja?"

"Tidak ada yang curiga kalau Mino oppa datang ke apartemen. Semua orang berfikir Mino oppa datang untuk menemui Yang Hyunsuk atau G Dragon, kurasa tidak akan ada masalah. Tapi aku akan memberitahu Jiyong oppa lebih dulu, dia pasti terkejut mendengar berita ini," ucap Lisa sebelum kemudian gadis itu turun dari mobil Taeyong dan berlari masuk ke dalam gedung agensi.

Di dalam agensi, Lisa berpapasan dengan Hanbin. Pria itu baru saja tiba di agensi, sama seperti Lisa. Namun Hanbin tidak terlihat baik-baik saja, pria itu datang dengan peluh bercucuran di pelipisnya.

"Hei, apa yang sedang-"

"Ah! Lisa-ya! Apa Bobby menghubungimu?" tanya Hanbin begitu menyadari kehadiran Lisa di tengah lobby utama agensi. Sudah tidak ada siapapun di lobby luas tersebut. Beberapa lampu bahkan sudah dipadamkan semenjak jam kerja para staff berakhir. Malam ini hanya ada beberapa orang sibuk yang lembur di ruang kerja masing-masing, seperti Jiyong dan teman-temannya di studio rekaman. Bukan rekaman, Jiyong tidak berada di agensi untuk rekaman melainkan untuk melihat hasil akhir dari lagu yang akan ia rilis, karenanya ia tidak begitu perlu bantuan Lisa.

"Hm... Kemarin dia menghubungiku, dia memintaku menemaninya makan siang hari ini, tapi kemarin terjadi sesuatu di rumahku jadi sampai hari ini aku tidak bisa menemuinya, ada apa?"

"Siang ini dia memintaku menemaninya ke rumah sakit untuk mengambil hasil pemeriksaannya, dan hasilnya jauh dari kata baik-baik saja," jelas Hanbin, setelah mengetahui kalau ia adalah pilihan kedua Bobby. Bobby lebih dulu meminta Lisa untuk menemaninya, namun karena Lisa punya masalah di rumahnya, Bobby terpaksa mengajak Hanbin.

"Bagaimana hasilnya? Apa sangat buruk?" tanya Lisa kemudian, sedikit merasa bersalah karena mengabaikan Bobby kemarin. Pasalnya, kemarin Jennie mengejutkannya mengenai kehamilannya, hingga Lisa pikir menenangkan Jennie jauh lebih penting dibanding sekedar makan siang bersama Bobby.

"Kau tahu Adele?"

"Penyanyi?"

"Ya," jawab Hanbin dengan wajah khawatir yang tidak dapat disembunyikan. "Kau tahu kan kalau Adele sakit dan tidak bisa bernyanyi lagi untuk beberapa waktu? Singkatnya Bobby juga mengalami hal yang sama dengan Adele. Dia butuh terapi untuk mengembalikan kondisinya, tapi sejak sore tadi aku tidak bisa menemukannya,"

Lisa terdiam. Gadis itu berusaha keras mencerna ucapan Hanbin namun rasa khawatir rasanya langsung merambat naik seperti sengatan listrik. Kepalanya terasa seperti berputar-putar. Ia berusaha mengingat-ingat kebiasaan Bobby hingga ingatannya berlabuh pada salah satu tempat kesukaan Bobby– atap agensi. Lisa belum pernah kesana, namun Bobby pernah memberitahunya kalau ia sering diam-diam datang ke atap agensinya.

"Rasanya aku tahu dimana Bobby sekarang. Dia mungkin berada di atap, tapi kalau dia benar-benar berada disana, biar aku saja yang bicara padanya. Bobby oppa tidak akan suka kalau kau menemukan tempat rahasianya," ucap Lisa yang kemudian pergi bersama Hanbin ke atap. Dan benar saja, di atap Bobby tengah berdiri sendirian, menghadap ke luar gedung sembari melihat orang-orang yang berjalan di bawahnya.

"Aku akan menunggu di bawah, kabari aku kalau sesuatu terjadi," pinta Hanbin setelah Lisa memintanya untuk pergi dan meninggalkannya di atap bersama Bobby. Begitu Hanbin pergi, Lisa berjalan menghampiri Bobby– dengan sangat perlahan karena khawatir membuat Bobby terkejut. Dari belakang, Lisa dapat melihat pria itu berkali-kali menghela nafasnya. Kaleng beer sampai beberapa botol vodka berserakan di lantai dekat kaki Bobby namun di saat terpuruk semua alkohol itu tidak benar-benar dapat membantunya.

"Apa yang kau lakukan disini, oppa?" tanya Lisa dengan sangat berhati-hati tentunya. Perlahan, Bobby menoleh, mungkin karena sudah mendengar suara langkah kaki Lisa.

"Oh? Tidak ada, hanya menikmati pemandangan dari atas sini," jawab Bobby, terlihat seperti tengah berusaha keras untuk menutupi perasaannya. "Kenapa kau kesini?"

"Kau baik-baik saja, oppa?" tanya Lisa setelah ia berdiri di sebelah Bobby dan melihat ke arah pemandangan yang sejak tadi Bobby tatap.

"Hm? Ada apa?"

"Aku sudah mendengarnya," jawab Lisa dengan sangat lembut hingga membuat hati Bobby rasanya bergetar. "Katanya oppa sakit,"

"Ahh itu? Hm aku sakit," jawab Bobby yang masih terus bicara seakan ia baik-baik. "Tapi tidak parah dan aku baik-baik saja, aku tidak akan mati. Aku bisa ikut rehabilitasi, beberapa terapi bisa membuatku kembali sehat, tapi rehabilitasi dan terapi akan butuh waktu yang lama, jadi kurasa itu bisa jadi salah satu kesempatan untukku, untuk beristirahat, selama ini aku sudah terlalu lama bernyanyi, aku sudah lelah dan- dan- dan jangan khawatir, aku akan baik-baik saja," suara Bobby terdengar bergetar, membuat dada Lisa benar-benar nyeri mendengarkannya. Diam-diam gadis itu berfikir, bagaimana kalau Jiyong yang berada di posisi Bobby saat ini.

"Kau sungguh-sungguh?" tanya Lisa dan Bobby kembali kebingungan untuk memberi Lisa sebuah jawaban. "Bobby oppa, coba lihat aku," ucap Lisa kemudian, mengudang Bobby untuk menoleh dan menatap gadis yang sekarang berdiri di sebelahnya.

"Akh!" pekik kesakitan Bobby, ketika secara tiba-tiba Lisa menekan bagian bawah dari mata Bobby, membuat pria yang sedari tadi berusaha menguatkan dirinya kemudian menutup matanya, menahan air mata yang sudah berkumpul sangat banyak di pelupuk matanya agar tidak jatuh begitu saja. "Apa yang kau lakukan?!"

"Menangislah kalau memang ingin menangis, jangan menahannya seperti orang bodoh!" seru Lisa di susul isak tangis Bobby yang kemudian merambat sampai ke telinga Lisa.

"Lisa-ya... bagaimana denganku sekarang?" gumam Bobby, di tengah isakannya. "Kalau aku tidak bisa bernyanyi lagi- kalau aku tidak bisa bernyanyi- bagaimana aku harus hidup? Bagaimana denganku? Apa yang harus ku lakukan?" tangis Bobby, terdengar sangat menyedihkan sampai pria itu tidak mampu berdiri diatas kakinya sendiri. Bobby jatuh di lantai, duduk di lantai sembari menangisi keadaannya dan satu-satunya hal yang dapat Lisa lakukan saat itu hanyalah memeluk Bobby. Lisa tidak dapat mengatakan apa pun, ia tahu bagaimana perasaan Bobby hingga ia tidak sanggup untuk menghiburnya. Selama Bobby menangis, Lisa tidak melepaskan pelukannya.

***

Sweet PotatoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang