***
Ten mengantar Lisa ke pintu masuk taman perkemahan tersebut. Bersama Ten gadis itu menunggu taksi disana. Tidak ada pembicaraan, Lisa hanya diam dan Ten tahu kalau saat itu tidak ada yang dapat di perbuatnya selain membiarkan Lisa sendirian.
"Kau benar-benar bisa pulang sendiri?" tanya Ten dan Lisa hanya menganggukan kepalanya. Sama sekali tidak terlihat senang, sama sekali tidak terlihat baik. "Aku bisa mengantarmu-"
"Aku pergi duluan, mungkin aku akan menginap di rumah temanku. Tidak perlu bermalam disini kalau suasananya sama sekali tidak membaik," potong Lisa yang langsung masuk ke dalam taksinya– sebuah taksi yang sengaja datang setelah Lisa telpon.
Matahari akhirnya terbenam dan Lisa sampai di depan rumah temannya, Kim Jisoo dan tidak lama setelah Lisa datang, temannya itu keluar, menyambutnya untuk kemudian mempersilahkannya masuk.
"Eommaku sudah menunggumu," ucap Jisoo yang kemudian menggandeng Lisa dan mengajaknya masuk kedalam rumah. "Kau tidak datang bersama Ten?"
"Tidak, Ten sedang berkemah dengan Taeyong oppa dan Jennie eonni," ucap Lisa membuat Jisoo lantas menunjukan senyum dan tatapan jahilnya. "Apa yang kau pikirkan? Mereka bertiga akan bercinta di tenda? Threesome? Ayolah... berhenti berfikir kotor,"
"Aku tidak mengatakan apapun," jawab Jisoo, masih dengan ukiran senyum jahil di wajahnya. "Eomma! Lisa datang! Tapi Ten tidak ikut jadi kau tidak bisa menggodanya~"
Sama seperti Ten yang telah berteman dengan Lisa sejak kecil, Jisoo juga sahabat Lisa sejak ia masih kecil. Lisa dan Ten lahir dan tinggal di Thailand, keduanya juga menetap disana sampai mereka menginjak usia sekolah dasar. Orangtua Lisa dan Ten kemudian pindah ke Korea untuk mengembangkan bisnis mereka dan saat itulah Lisa bertemu dengan Jisoo.
Di sekolah menengah, Jisoo sempat berkencan dengan Ten, namun seperti masalah pada persahabatan lainnya, Jisoo tidak dapat menerima hubungan Lisa dengan Ten. Lisa dan Jisoo berhenti bicara, berhenti berteman ketika Jisoo berkencan sampai akhirnya putus dengan Ten. Akan tetapi, sekitar satu tahun setelah hubungan Ten dan Jisoo berakhir– bersamaan dengan ayah kandung Lisa yang meninggal karena sakit– Lisa kembali menghubungi Jisoo dan keduanya pun kembali berteman.
"Jadi apa yang membuatmu tidak ikut berkemah dengan teman serumahmu?" tanya Jisoo, sembari membawa sepiring apel ke halaman belakang rumahnya. Sama seperti Lisa, Jisoo juga sudah kehilangan ayah kandungnya. Masih sama seperti Lisa, sang ibu akhirnya menikah dengan pria lain. Bedanya, Lisa tidak dapat menerima pernikahan kedua ibunya dan pergi dari rumah, sementara Jisoo justru senang tinggal dengan ibu dan keluarga baru ibunya.
"Taeyong oppa berulah," jawab Lisa sembari mengerucutkan bibirnya, membuat Jisoo gemas kemudian menjejalkan sepotong apel ke mulut Lisa. "Aku tahu dia menyukaiku, tapi aku tidak mengerti kenapa dia justru menjelek-jelekkan seleraku,"
"Apa yang di katakannya? Kau tahu dia menyukaimu, mengertilah keadaannya, mungkin dia cemburu karena kau terus memuji pria lain?" jawab Jisoo, yang kemudian ikut memasukan kakinya ke dalam air kolam renangnya– seperti Lisa. "Ya! Choi Hyunsuk! Ambilkan aku beer!" teriak Jisoo, ketika secara kebetulan adik tirinya melewati pintu samping, hendak menaiki tangga ke lantai dua.
"Aku tidak pernah berani berteriak pada saudara tiriku," gumam Lisa sembari melambaikan tangannya pada Hyunsuk.
"Biasanya aku juga tidak berteriak padanya," balas Jisoo. "Hanya karena ada kau disini, dia bisa ku suruh... Kalau kau tidak disini, dia akan mendorongku masuk ke kolam renang. Adikku menyukaimu. Ada banyak pria yang menyukaimu tapi kau sudah terlanjur jatuh cinta pada GD oppa,"
"Ah! Omong-omong soal GD oppa, tadi dia menyentuh pipiku, begini," pamer Lisa sembari mengusap lembut pipi Jisoo, mencontohkan bagaimana lembutnya sentuhan Jiyong tadi dan membuat Jisoo memekik kaget karenanya. Malam yang seharusnya Lisa habiskan dengan berkemah, justru gadis itu habiskan dengan bersenang-senang di rumah bersama Jisoo.
"Noona," seru Hyunsuk yang berdiri di ambang pintu kaca tepat pada pukul 11 malam. "Eomma dan appa menyuruh kalian segera masuk, sebelum kaki kalian berubah jadi sirip ikan,"
"Hyunsuk-ah, berapa usiamu?" tanya Lisa yang lantas membantu Jisoo untuk segera bangun dan berjalan masuk kedalam rumah.
"Itu appa yang bilang," jawab Hyunsuk sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Noona, kau akan menginap disini?"
"Kenapa? Apa aku tidak boleh menginap disini?"
"Kenapa? Kau ingin mencari kesempatan mengantarnya pulang? Tapi sayang sekali... Lisa menginap disini malam ini," jawab Jisoo yang justru menarik Lisa untuk segera naik ke lantai dua rumahnya. "Jangan bicara padanya Lisa-ya... Dia hanya akan menggodamu. Dasar anak kecil, belajar saja untuk ujian masuk Universitasmu, jangan menggoda temanku,"
Choi Hyunsuk mengangkat tangannya, hendak memukul Jisoo yang sejak tadi mengganggunya, hendak memberi Jisoo pelajaran karena sedari tadi menggagalkan rencananya untuk mengobrol dengan Lisa. Sayangnya, Hyunsuk harus menahan dirinya, bocah itu bahkan harus buru-buru menurunkan tangannya karena bukan Jisoo yang melihatnya, melainkan Lisa. Lisa melihat wajah kesal Hyunsuk pada kakak tirinya kemudian terkekeh karena merasa wajah Hyunsuk benar-benar lucu saat itu. Menggemaskan, pikir Lisa. Bahkan walaupun mereka bukan saudara kandung, namun keduanya sama-sama menggemaskan.
Di dalam kamar Jisoo, Lisa berbaring di atas ranjang Jisoo sementara pemilik kamar itu tengah mengganti pakaiannya dengan piyama. Dengan jantung berdebar-debar, Lisa membuka sebuah pesan masuk dari Jiyong. Tidak seperti ketika mereka bertemu, Jiyong hanya mengiriminya satu atau dua kata seperti 'sedang sibuk?' 'sudah tidur?' atau 'iya'.
"Hanya dengan dua kata, dia membuatku berdebar-debar," ucap Lisa sembari menunjukkan pesan yang ia terima pada Jisoo. "Dia hanya bertanya apakah aku sibuk, aku bilang tidak, ku pikir dia akan menelponku tapi dia justru bilang kalau dia sedang sibuk,"
"Kau benar-benar sedang mendekati GD oppa sekarang?"
"Tidak, bukan begitu," jawab Lisa sembari berguling ke sisi lain ranjang untuk memberi Jisoo tempat tepat di sebelahnya. "Dia menyukai lagu yang ku tulis, lalu memberiku penawaran, bekerja di agensi sebagai asisten produser atau menjadi trainee di YG, dia bilang aku bisa sukses kalau merilis laguku dengan namaku sendiri,"
"Tapi kenapa dia melakukannya? Maksudku kenapa dia memberimu penawaran? Bukankah kau pernah gagal audisi di YG?"
"Saat itu aku ikut audisi untuk jadi idol atau member girlband. Tapi kali ini dia menawariku untuk jadi produser sepertinya, dia bilang laguku buatanku bagus,"
"Lalu kenapa kau tidak mencobanya?" tanya Jisoo dan Lisa hanya menatap kosong pada langit-langit kamar Jisoo. "Kau takut? Sudah memberitahu Ten?"
"Sudah," jawab Lisa sembari tersenyum, namun tidak terlihat benar-benar senang. "Dia menyuruhku mencobanya, tapi aku tidak yakin dengan diriku sendiri. Bagaimana kalau aku gagal lagi? Bagaimana kalau aku justru mempermalukan diriku sendiri di depan GD oppa?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Potato
FanfictionSweet Potato, si manis yang hangat. Tidak harus ada B setelah A. Tidak harus ada 2 di belakang 1. Nyatanya, hati manusia jauh lebih rumit di banding logika matematika.