***
Sudah dua bulan mereka berkencan dan walaupun 90% dari kencan mereka hanya dilakukan si studio, Lisa sudah luar biasa senang. Bekerja dengan Jiyong, dimarahi Jiyong, diajari Jiyong, dipuji karena berhasil mengikuti kecepatan Jiyong dalam bekerja, Lisa menikmati semua siklus tersebut. Lisa menikmati bekerja bersama Jiyong bahkan walaupun Jiyong memarahinya dan menyebutnya malas. Dan satu hal yang paling Lisa sukai dari Jiyong adalah ketika Jiyong datang meminta maaf padanya setelah memarahinya.
Seperti siang ini, Lisa sudah menyelesaikan satu lagu untuk Jiyong dan disaat ia tengah menyiapkan lagu keduanya, Jiyong terus memarahinya karena menurut Jiyong lagu kedua ini terlalu mirip dengan lagu pertama.
"Coba nyanyikan bagian ini," pinta Jiyong sembari menunjuk sebait lagu yang Lisa tulis dengan jarinya. "Bukankah bagian ini terdengar sama seperti Superstar?"
"Bagiku mereka tidak sama-"
"Ya Tuhan! Apa ada yang salah dengan telingamu?!" keluh Jiyong yang sudah tidak tahan lagi karena mereka sudah mendebatkan masalah dan bagian yang sama selama hampir 60 menit. "Coba dengarkan lagi-"
"Ya Tuhan! Aku sudah mendengarkannya berulang-ulang oppa, dan bagian ini berbeda dari Superstar, aku bahkan sudah mengecek tempo dan-"
"Pergilah," suruh Jiyong kemudian. "Kau tidak bisa bekerja hari ini jadi pergilah dulu, bermainlah dulu dengan Ten atau teman-temanmu dan datang lagi setelah kau bisa berfikir dengan jernih,"
"Tapi waktuku tinggal satu bulan lagi dan kau hanya-"
"Lalisa Manoban!"
"Augh! Kepalaku rasanya mau pecah!" keluh Lisa yang kemudian bangkit dan meraih tasnya, berjalan keluar dari studio rekaman di agensi Jiyong. Gadis itu sudah bersusah payah datang ke YG hanya untuk menunjukan lagunya pada Jiyong yang sibuk di agensi namun usahanya terasa sangat sia-sia karena Jiyong menolak lagi lagunya.
Sejak awal, Lisa tahu kalau Jiyong benar-benar jahat saat bekerja, bahkan semua orang yang mengenal Jiyong sudah memberinya peringatan agar berhati-hati pada Jiyong di tempat kerja. Bahkan Taehee dan Dami sudah menyarankan pada Lisa untuk menyerah dan meminta Jiyong membatalkan kontrak kerja mereka. Namun Lisa bersikeras, seperti seorang anak yang haus akan tantangan, semakin orang-orang melarangnya bekerja dengan Jiyong, maka semakin ingin Lisa melakukannya.
"Lihat saja nanti, aku tidak akan menjawab panggilannya," ancam Lisa sembari berdiri di depan gedung agensi menunggu bus yang akan membawanya pulang ke rumah. Lisa ingin pergi tidur dan melupakan seluruh omelan Jiyong hari ini.
"Butuh tumpangan?" tawar seorang pria, yang menghentikan mobilnya tepat di depan halte, di depan Lisa dan pria itu adalah Taehee. "Masuklah, Jiyong akan memecatku kalau dia tahu aku membiarkanmu naik bus sendirian, ini jam makan siang, busnya akan sangat ramai," ucap Taehee dan begitulah Jiyong, pria itu tetap berusaha memperhatikan kekasih yang sudah dimarahinya.
Lisa menghela nafasnya, baru dua bulan ia berkencan dengan Jiyong namun semua orang di sekitar Jiyong langsung memperlakukannya seperti seorang ratu. Bisa dibilang ia sering bertengkar dengan Jiyong karena musik mereka, namun setiap kali bertengkar ada saja teman Jiyong yang datang untuk sekedar mengantarnya pulang– memastikan ia baik-baik saja dan tidak menangis sendirian di jalanan. Bahkan minggu lalu seorang produser sekelas Tablo dan keluarganya bersedia menemani Lisa ke taman hiburan hanya karena Lisa bertengkar hebat dengan Jiyong di agensi.
Semua orang mengakui kalau Jiyong benar-benar berbeda saat bekerja, Jiyong benar-benar tegas dan terkesan mengerikan, namun Lisa tetap tidak menyerah dan melarikan diri– hingga membuat orang-orang penasaran dengan isi kepala Lisa.
"Kenapa kau masih bertahan?" tanya Taehee sementara Lisa duduk disebelahnya sembari menulis sesuatu di buku catatannya.
"Bertahan dari apa?"
"Dari Jiyong? Menjadi kekasih sekaligus rekan kerja Jiyong benar-benar sulit. Semua gadis disekitar mengakui itu," ucap Taehee sementara Lisa mengangkat kepalanya, mengalihkan fokusnya dari buku catatannya ke ucapan Taehee. "Saat berkencan dengan seseorang, kita selalu ingin diperlakukan berbeda, diberi perlakuan spesial. Untuk apa berkencan kalau kau memperlakukanku sama dengan gadis-gadis lainnya? Bukan begitu? Terutama saat berkencan dengan rekan kerja, profesionalisme akan sangat sulit di realisasikan. Kau pasti ingin Jiyong memujimu, apapun yang kau lakukan. Kau pasti ingin Jiyong memihakmu, apapun yang kau lakukan, bukan begitu? Tidak akan ada yang menyalahkanmu kalau kau menyerah sekarang. Entah itu menyerah bekerja dengan Jiyong atau menyerah berkencan dengannya,"
"Tentu saja aku ingin dia memuji kerja kerasku," jawab Lisa setelah ia memikirkan ucapan Taehee. "Tapi kalau dia memujiku bahkan saat pekerjaanku berantakan, hanya karena kami berkencan, itu akan jadi masalah besar. Aku jadi tidak akan tahu apa aku benar-benar bekerja dengan baik atau tidak,"
"Jadi kau mengerti dan memberinya toleransi untuk memarahimu?"
"Tidak benar-benar begitu, sekarang aku sedang menyumpahinya. Bisakah oppa memberikan ini padanya? Aku ingin dia tahu kalau aku sedang menyumpahinya," lanjut Lisa yang kemudian menyobek selembar kertas dari buku catatannya dan menaruhnya di saku kemeja Taehee. "Berikan itu tapi jangan membacanya, isinya hanya sumpah serapah,"
"Sekarang kau juga mengiriminya surat berisi sumpah serapah?"
"Ya, dua minggu terakhir ini aku hanya mengiriminya keluhan pelanggan, bukan surat penggemar lagi," jawab Lisa yang justru tersenyum karena mengingat isi suratnya. "Sampai dia berhenti mengatakan Ya Tuhan! aku tidak akan memberinya surat penggemar, lihat saja aku tidak akan bicara padanya sampai dia meminta maaf setelah memarahiku hari ini,"
"Kau tidak akan meninggalkannya karena dia sering memarahimu? Dan bagaimana kontrak kerja setelah kontrak tiga bulanmu? Kau akan melanjutkannya? Aku bisa membujuk Jiyong agar membatalkan kontrak itu,"
"Kenapa? Bekerja berbeda dengan berkencan, saat berkencan dia sangat lembut dan dia juga memperlakukanku dengan baik. Bahkan saat bekerja, saat dia memarahiku, dia tidak pernah menyebutku payah atau bodoh, dia tidak menghinaku. Bisa dibilang dia memarahiku untuk kebaikanku sendiri? Walaupun aku tetap kesal karena dia selalu marah. Aku tidak punya alasan untuk meninggalkannya,"
Selepas mengantarkan Lisa pulang, Taehee kembali ke agensi. Pria itu kembali ke studio rekaman dimana Jiyong tengah bekerja bersama produser lainnya.
"Kemana kau mengantarnya hyung?" tanya Jiyong begitu melihat Taehee masuk ke studionya.
"Rumahnya, dan dia menitipkan ini, katanya ini keluhan pelanggan lagi," ucap Taehee sembari memberikan secarik kertas yang Lisa titipkan padanya tadi.
***
Teruntuk yang tersayang,
Bedebah sialan, Kwon Jiyong.TIDAK ADA YANG SALAH DENGAN TELINGAKU. SELERAMU SAJA YANG TERLALU TINGGI! DASAR PENDEK!
Apa kau tahu kalau aku belum tidur karena menulis lagu untukmu? Kalau kau ingin lagu yang bagus, tolong jangan memaksaku menyelesaikan lagu itu secepatnya. AKU MASIH PUNYA WAKTU 1 BULAN! ini sudah dua minggu dan kau bahkan tidak membiarkanku menyelesaikan laguku. Baru mencoba bait pertamanya dan kau sudah menyuruhku mengganti lagunya. Ini dua minggu paling produktif untukku, kau tahu dalam waktu dua minggu ini sudah berapa laguku yang kau tolak? 10! SEPULUH! TEN! S! E! P! U! L! U! H! Kau tahu berapa hasil dari 5 x 2? 10! Kasihanilah kursiku... Sudah dua minggu dia harus bekerja keras setiap malam mengangkatku...
Sekian keluhanku, Produser Kwon.
Oppa... Kau tidak akan mencampakanku karena ini kan?***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Potato
FanfictionSweet Potato, si manis yang hangat. Tidak harus ada B setelah A. Tidak harus ada 2 di belakang 1. Nyatanya, hati manusia jauh lebih rumit di banding logika matematika.