Waktu berlalu begitu cepat, kini Asique dan Rey cs tinggal mempunyai waktu 4 bulan sebelum mereka melaksanakan Ujian Nasional dan lulus dari SMA Khatulistiwa. Tidak banyak yang berubah, hanya saja mereka jarang berkumpul dikarenakan jadwal yang padat. Mereka sibuk mengikuti berbagai bimbel dan juga tutor. Waktu mereka untuk berkumpul hanya pada saat mereka sedang dikantin pada jam istirahat seperti sekarang ini.
"Cepet banget anjir, tinggal 4 bulan lagi." Ujar Nico sambil mengaduk-aduk mie ayam yang ia pesan menggunakan sumpit.
"Heem, padahal gue belum 3 tahun disini." Celetuk Evan dengan polosnya. Hal itu membuat Rey tanpa basa-basi langsung menoyor kepala Evan.
"Elo kan murid baru bodoh!" Cibir Rey. Namun yang dicibir malah menunjukkan cengiran khasnya yang terlihat menyebalkan.
"Lo semalem jadi balapan, Van?" Tanya Aldo sebelum ia memasukkan siomay kedalam mulutnya.
"Jadi dong!" Jawab Evan dengan penuh percaya diri.
"Halah, palingan juga kalah." Sindir Riki yang duduk disampingnya.
"Kalo ngomong! Selalu aja bener." Ujar Evan dengan nada memelas diakhir kalimatnya.
"Lo tuh daripada keluar malem yang gak ada manfaatnya, mendingan main game aja bareng kita-kita." Usul Aldo yang disetujui oleh Riki, Rey dan Nico.
"Emang main game sama kalian manfaatnya apa?" Tanya Evan.
"Lo bisa tidur jam 3 pagi dan bangun jam 6 pagi." Jawab Riki dengan antusias.
"Nah, bener tuh!" Lanjut Rey, Nico, dan Aldo bersamaan sambil mengacungkan kedua jempol tangan tangan mereka.
"Ah masa? Oke, nanti gue coba download dah tuh game, terus mabar sama kalian!" Jawab Evan.
"Kalian dari tadi ngomongin apa sih?" Tanya Sherin yang sedari tadi tidak paham dengan apa yang para lelaki dihadapannya ini bicarakan.
Ya, sedari tadi Sherin, Nancy, Yola, Fany, Caca, Keyla, dan Rena menjadi pendengar dan juga penonton saat Rey, Aldo, Riki, Evan, dan juga Nico beradu argumen.
"Eh, sori kita lupa kalo ada kalian disini." Ujar Riki yang membuat para perempuan didepannya ini mendengus kesal.
"Lo semalem balapan sama Al?" Tanya Rena kepada Evan yang sedang meminum es jeruknya.
"Iya, kenapa? Dan kalian tau? Gue juga kalah dari dia," Jawab Evan lagi-lagi dengan kepolosannya. Padahal semalam Al sudah berpesan agar Evan tidak memberitahu Rena jika mereka berdua balapan.
Beberapa detik kemudian, Evan menutup mulutnya dengan kedua tangan seakan tersadar atas apa yang baru saja ia ucapkan.
"Ups, bibir gue lemes banget emang!" Gerutu Evan sambil menepuk bibirnya sendiri.
"Apa?!" Tanya teman-temannya karena tidak bisa mendengar apa yang Evan katakan baru saja.
"Enggak, gapapa. Santai aja," Jawab Evan lalu menatap takut kearah Rena sekilas, kemudian ia menunduk sambil menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal.
"Eh, by the way gimana sama adek kelas yang deketin kalian berdua?" Tanya Keyla sambil menunjuk Rey dan Aldo dengan garpu yang ia bawa.
Sedetik kemudian, Aldo dan Rey hanya mengedikkan bajunya acuh sebagai jawaban atas pertanyaan Keyla.
"Masih deketin kalian?" Tanya Rena.
"Masih." Jawab Rey dan Aldo bersamaan.
"Key, nanti temenin gue nemuin adek kelas itu. Gue mau balikin jam tangan yang dia kasih." Lanjut Aldo yang mendapat anggukan dari Keyla.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us [COMPLETED]
Teen Fiction[END] ------------------------------------------------ Apa jadinya jika dua orang yang sebelumnya adalah musuh bebuyutan menjadi teman atau bahkan sahabat? Dan bagaimana jika beberapa orang yang sebelumnya tidak saling mengenal menjadi satu? Pernah...