1. Sang Putri

28.2K 2.1K 172
                                    

-Who will call you lord?
Who will fall on bended knee?
Who will lift the sword?
And lay down his life for me-

-Who will call you lord?Who will fall on bended knee?Who will lift the sword?And lay down his life for me-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angin meliuk-liuk, meniup ilalang, menerbangkan hiruk-pikuk obrolan para kaum terpandang. Hingar-bingar membicarakan mengenai ramalan Tuan Putri Kertia, terhadap imbas kejelitaan yang semesta titipkan padanya. Menyatukan rasa percaya juga rasa waspada, bersatu di pertemuan politik negara: dengan rupa, dengan warna, dan serat-serat asa yang merenda, pada jelujur pagi hingga petang.

Di senja hari itu, Ratu Dara duduk di sisi jendela, memperhatikan Raja Ji Yong yang sibuk dengan lembaran kertas kerja di atas meja nya.

"Yang Mulia, acara minum teh antar empat Clan, jadi di langsungkan besok?"

"Iya, akan ku jadikan wadah terhadap pengenalan resmi clan Chitor: clan pendatang yang baru berdiri di atas tanah Lukedonia."

Ratu Dara mengangguk paham. Seketika terlintas ide menarik di kepala Ratu Kertia itu. "Yang Mulia, bagaimana jika esok sekalian saja kita perkenalkan Putri kita pada para bangsawan?"


Raja mengerutkan kening, suguhkan keheranan yang kentara pada istrinya. "Kau bercanda, Ratu?"

"Memangnya kenapa? Ada yang salah? Cepat atau lambat mereka semua akan melihat wajah Lalisa juga 'kan?"

"Dia belum berusia 17 tahun, Dara."

"Aku tau, tapi ramalan itu mengatakan jika Lalisa akan diperebutkan saat ia berusia tujuh belas tahun, bukan? Kenapa kita tak mempercepat waktu pengenalannya? Bisa jadi, ramalannya akan meleset jika Lalisa diperkenalkan saat umurnya enam belas, bukan tujuh belas, Yang Mulia. Ramalan itu berbicara masalah waktu, maka mari kita patahkan ramalan itu juga dengan waktu." Ucapan Ratu Dara sukses membuat Raja Ji Yong melepaskan kertas yang sejak tadi ia geluti, lelaki itu kini menatap istrinya lekat, kemudian ia nampak berpikir sejenak. Ucapan Ratu Dara ada benarnya, kenapa tak mencobanya saja?

"Baiklah kalau begitu. Mari kita coba hal itu."

Dan senyuman Ratu Dara mengembang disana. Tak menyadari bahwa ramalan tak pernah bicara prihal waktu. Mereka selalu berbicara prihal ketatapan nyata yang selalu berakhir jadi takdir. Entah itu jadi kenyataan atau tidak, alam kan memberikan tanda nya melalui sikap manusia.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A Princess ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang