27. Sumpah Kedewasaan

5.4K 826 124
                                    

I've never felt so certain, all my life I've been torn. But I'm here for a reason, could it be the reason I was born. I've always been so different, normal rules did not apply. Is this the day, are you the way
I finally found out why.

Mekarnya Bunga Mawar bersanding dengan keindahan pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mekarnya Bunga Mawar bersanding dengan keindahan pagi. Nuansa biru langit dan putih nya awan menemani Sang mentari. Dan cantiknya paras Putri Kertia menjadi pelengkap Istana ini.
Gadis cantik itu sedang berjalan menyusuri koridor, hendak menuju ruang keluarga, karena Sang Raja memanggilnya untuk menghadap, membicarakan beberapa hal terkait pesta ulang tahun Sang Putri yang akan berlangsung tujuh hari lagi.

Tok tok tok

"Masuklah!"

Sang Putri pun berjalan anggun memasuki ruang keluarga, dan disana telah duduk Ayah, Ibu, dan kakaknya. Gadis itu kemudian duduk di samping Sang Ratu.

"Undangan pesta akan di sebar hari ini.
Kau sudah tau itu?" tanya Ratu Dara pada Sang Putri. Dan Lalisa mengangguk.

"Seluruh Clan yang ada di Lukedonia akan di undang ke acara itu, dan penjagaan akan dikawal dengan ketat," ujar Pangeran Mino, dan Lalisa telah tau akan hal itu.

"Jadi apa Princess sudah menentukan ingin menggunakan tema apa pada acara itu?" tanya Raja Ji Yong dengan senyuman sayang khas seorang Ayah.

"Sudah Ayah, aku ingin menggunakan tema putih berpadu emas. Dan para pelayan harus kompak menggunakan gaun putih dan hiasan emas di kepala mereka," jawab Lalisa dengan senyum cantiknya, ketiga anggota keluarga nya pun mengangguk setuju —memenuhi segala keinginan Sang Putri.

"Gaun pesanan ku sudah dikirim kemari atau belum, Ayah?" tanya si bungsu yang cantik.

"Nanti sore akan diantarkan ke ruangan mu. Sekarang, tanda tangani undangan ini, " ujar Raja Ji Yong dan mendorong puluhan surat itu ke depan Lalisa.

"Sebanyak ini?" Gadis itu terkejut tentu saja.

"Tentu. Memang nya ini acara siapa Princess? Acara mu kan?" ujar Pangeran Mino dan terkekeh senang.

"Semangat menandatangani undangan Princess. Ayah pergi dulu," ujar Sang Ayah dan menepuk kepala Putri nya itu lembut, begitupun Sang Ibunda. Kini tersisa Pangeran Mino disana, menemani Lalisa.

"Kau tak pergi juga, Pangeran?" Princess Lalisa menoleh, menatap sang kakak.

"Nanti, aku ingin menemani dulu sebentar."

"Untuk apa menemani? Kau tak membantu banyak disini," cibir Putri Lalisa, membuat sang kakak mencubit gemas pipi sang adik.

"Jangan sentuh pipi ku Pangeran! Aku sudah akan dewasa sekarang."

"Ckckck tak terasa adik keras kepala ku akan berusia tujuh belas seminggu lagi. "

Gadis itu berdecak kesal dan menepis tangan Pangeran Mino dari pipi nya.

A Princess ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang