32. Ma Promise

5.2K 745 126
                                    

I can show you the world.
Shining, shimmering, splendid.
Tell me Princess, now when did
You last let your heart decide?.
A whole new world. A dazzling place I never knew. But when I'm way up here. It's crystal clear.
That now I'm in a whole new world with you

Perputaran waktu terus terjadi, seolah mendominasi segala kejadian yang terikat dalam satu bingkai kehidupan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perputaran waktu terus terjadi, seolah mendominasi segala kejadian yang terikat dalam satu bingkai kehidupan. Deru nafas tak menyesuaikan irama kalimat, seperti mengeluh akan kekangan takdir yang telah ditulis atas dasar keputusan. Seorang Putri layaknya hamparan bunga di taman yang mampu menyejukkan. Keindahan nya dipuja, namun mereka tak dapat memilih siapa yang akan memetik keindahan dalam balutan elegant yang bersemayam dalam diri setiap bunga. Namun, Princess Lalisa tak ingin seperti Bunga. Lalisa ingin dihargai, dicintai, dikenang, dan diingat dalam catatan sejarah.
Ia tak butuh kecantikan semata, yang akan membuat satu negara terpecah belah hanya karena paras rupawan.

Jika mampu mengubah takdir, Lalisa akan mengubahnya. Mengubah perpecahan menjadi perdamaian. Mengubah permusuhan menjadi status kekerabatan. Lalisa ingat janji nya semasa ia berumur sepuluh, itu bukanlah bualan yang menyejukkan jiwa, tapi ia akan memenuhi nya dengan sepenuh raga. Ketika Mentari masih bersinar di atas dunia, ia akan jadi saksi besar atas perjuangan Lalisa mewujudkan janji tersebut.

Ia akan memilih seperti apa kebahagiaan yang ia mau. Kesejahteraan apa yang ingin ia raih. Dan takdir apa yang akan mengatur jalan hidup nya. Memang benar, hanya Dewa yang tau prihal masa depan, namun jika bisa berusaha menentukan, kenapa tidak?
Lalisa tak berniat menyaingi kuasa Dewa, namun ia akan berusaha membelokkan alur takdir yang telah mereka ketahui. Tak berniat lebih, Lalisa hanya ingin tanah yang ia pijaki harus layak dihuni untuk anak-anak nya kelak. Dengan kebahagiaan, kasih sayang, kesetiaan dan cinta.

Setelah senja berakhir di ujung barat, Pangeran Taeyong menggenggam jemari gadis itu dan membawanya turun ke bawah. Senyuman nya tak luntur, masih sama seperti beberapa saat sebelum nya. Kini Pangeran Taeyong tak perlu menyembunyikan perasaan yang menggebu dalam dirinya, ia bisa kapan saja menyuarakan rindu, apalagi Princess Lalisa telah membuka gerbang hati nya untuk sang Pangeran. Tentu Pangeran Taeyong takkan ragu menetap disana. Sebelah tangan Sang Putri menggenggam lembut jemari Sang Pangeran, dan sebelah tangannya ia gunakan untuk mengangkat gaun nya agar tidak terinjak ketika menuruni tangga.

"Tak mau di gendong saja, Princess?"

"Tidak Pangeran, terimakasih."

Lelaki itu terkekeh, begitulah Lalisa. Meski ia telah membuka hati, harga dirinya masih tinggi. Ia takkan mau menerima bantuan orang lain ketika dirinya masih sanggup melakukan hal itu secara mandiri. Tak heran ia adalah gadis yang paling di impikan seluruh Pangeran Negeri Lukedonia, —jangan hitung Pangeran Shane, karena ia adalah sepupu Sang Putri.

Saat sibuk menatap tangga yang keduanya turuni, tak sengaja ada kilauan bening menyapa retina Sang Putri diujung tangga. Entah penglihatan Lalisa yang memang tajam, atau memang benda itu yang tak harusnya berada disana. Genggaman nya di lepas, dan gadis itu berjalan menuju ujung tangga untuk melihat benda apa itu, Lalisa berjongkok dan mengambilnya.

A Princess ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang