M&M : 16

3.9K 228 0
                                    

Happy Reading!

Hendra menghela nafas untuk yang kesekian kali. Setelah akhirnya ia kembali menjalankan mobilnya, dengan satu orang penumpang tambahan.

Berulang kali ia melihat ke arah kaca spion untuk meminta penjelasan dari Sita yang duduk di kursi belakang. Namun, wanita itu hanya bisa mengidikkan bahu dan menggeleng pelan. Berusaha tidak ketahuan penumpang lain yaitu Mahesa.

"Terima kasih atas tumpangannya." Ujar Mahesa memecahkan keheningan.

Tidak sadar bahwa perkataannya mengejutkan dua orang lainnya yg tengah berinteraksi dalam diam.

"Oh iya, sama - sama." Jawab Hendra sedikit gugup dan tersenyum canggung.

"Kita pernah bertemu sebelumnya kan?" Tanya Mahesa yang membuat Hendra menoleh sesaat.

Hendra mengangguk.

"Iya, saat waktu makan siang di mall pak."

"Ah, iya. Kejadian dimana teriakan gorila itu membahana ya?" Ujar Mahesa tidak sadar telah menyebabkan orang yg dimaksudnya tersindir dan menatapnya kaget.

'Go... go.. rila?' Gumam Sita dalam hati.

Rasanya ia ingin memukul kepala Mahesa jika saja pria itu bukan atasannya. Namun, karena Hendra mengeluarkan tawa yg membahana saat mendengar perkataan Mahesa, mau tidak mau ia harus rela menjadi korban pelampiasan Sita.

"Aow! Sakit Sit!" Erang Hendra setelah Sita mencubit lengannya dengan sekuat tenaga.

Hendra menoleh ke belakang dan memberikan tatapan kesal sebelum kembali menatap jalanan.

"Kalo gua ga nyetir, habis lu Sit. Liat aja"

Mahesa melihat pertengkaran mereka dalam diam. Merasa sedikit kesal entah kenapa. Ia lalu berdeham, mengembalikan perhatian dua insan itu kepadanya.

"Oh iya pak. Bapak ga jadi pulang?" Akhirnya Sita mencoba membuka topik.

Mahesa menggeleng.

"Tidak."

"Kenapa pak?"

"Saya baru ingat ada janji bertemu seseorang." Jawab Mahesa yang membuat Sita mengangguk.

"Ketemu mba Anna ya pak?" Tanya Sita berniat menggoda Mahesa.

"Kenapa kau ingin tau?" Jawaban Mahesa yg serius membuat Sita diam.

Suasana menjadi sedikit canggung karena Sita bingung harus bereaksi seperti apa terhadap pertanyaan itu. Yang akhirnya ia lakukan hanya tertawa hambar dan menjawab seadanya.

"Ya kan mana tau pak. Soalnya tiba - tiba. Memang bapak ga bawa mobil?"

"Bawa."

Baik Hendra maupun Sita saling menatap satu sama lain melalui spion. Mencoba memikirkan kata yang baik untuk menjawab.

"Oh, emang mobil bapak kenapa pak? Rusak?" Tanya Sita lagi, mencoba melanjutkan pembicaraan yang semakin lama semakin membingungkan.

"Tidak juga. Hanya saya sedang tidak mood membawa mobil." Kali ini Mahesa membuat Hendra meremas setirnya karena gemas.

Mendengar jawaban demi jawaban Mahesa membuat Hendra kesal. Beruntung saja pria ini atasan sahabatnya, jika tidak, mungkin mulutnya tidak akan berhenti mengumpat.

"Oh gitu..." adalah jawaban terakhir Sita sebelum akhirnya diam.

Tidak tau lagi harus berkata apa. Setelah mengetahui kenyataan yg dikatakan Mahesa, Sita mulai berpikir keras. Dimulai dari pria itu mendadak batal pulang, lalu ternyata ia membawa mobil tapi malah memilih menumpang. Apakah ini hanya kebetulan? Atau disengaja?

Marsita & MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang