M&M : 34

3.4K 216 8
                                        

Happy Reading!

"Jangan gitu dong pak." Gumam Sita yang mengaduk nasinya dengan bete.

Disebabkan perilaku Mahesa padanya tadi, semua orang di kantor semakin mengejek dan menggodanya. Seakan dia dan Mahesa memang memiliki suatu hubungan khusus yang sebenarnya tidak ada. Lagian semua orang tau Mahesa sudah memiliki Anna, bagaimana bisa mereka menggosipkan mereka?

"Gitu gimana?" Tanya Mahesa seakan tidak terjadi apa - apa.

Sita menghela nafas kesal.

"Ya gitu itu. Kalo mba Anna tau gimana? Kan ga enak, dikira kita ada apa - apa lagi."

"Kalo dia tau emang kenapa?"

Mata Sita menatap Mahesa tidak percaya.

"Ya kenapa - napa dong! Kan mba Anna tuh pacar dan malah tunangan bapak lho!" Ujar Sita mencoba mengingatkan Mahesa yang dengan tenang menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Ya kan uda engga."

“Astaga! Gimana caranya tiba - tiba uda engga? Aduh pak! Pokoknya—“ rasa frustasi Sita mendadak terhenti saat Mahesa memotongnya.

Dengan wajah tanpa beban, mengunyah pasta creamnya dan menatap Sita tenang Mahesa mengeluarkan kata - kata itu.

“Pacaran yuk.”

Hanya terdiam dengan mulut setengah menganga, adalah ekspresi yang bisa Sita berikan untuk menjawab perkataan Mahesa. Harus ada yang menepuk wajah atau apapun yang bisa ditepuk pada dirinya untuk menyadarkannya. Dan Mahesa melakukannya pada tangan Sita yang seketika menjatuhkan sendok yang ia pegang.

“Kamu ga perlu shock gitu dong. Biasa aja.” Kekeh Mahesa karena reaksi Sita.

Antara malu, bingung, shock dan kesal, Sita hanya bisa mendengus dan menarik nafas berulang kali. Mencoba mendapatkan kesadaran kembali. Sita membersihkan tenggorokkannya dan mengedipkan mata berulang kali.

“Gausa becanda berlebihan deh, Pak. Ga lucu.” Mengabaikan perkataan Mahesa, Sita menyendokkan nasi ke mulutnya. Mengunyahnya dengan kesal sekalian melampiaskan amarahnya. Membuat Mahesa lagi - lagi tersenyum geli.

“Aku ga becanda. Gini aja deh, pulang kantor nanti kamu sama aku.”

“Gamau!” Tolak Sita mentah - mentah.

Mahesa menaikkan sebelah alisnya.

“Ini perintah, Sita. Jadi tunggu aku dan jangan berpikir untuk lari ya.”

“Ih! Gamau! Apaan perintah - perintah? Kalo bukan kerjaan kantor, saya gamau!” Ujar Sita bersikeras.

Kali ini Mahesa hanya menatap Sita dalam diam. Dan hal itu membuat Sita merasa lebih terintimidasi sehingga perlahan menunduk dan mengalihkan pandangannya.

“Kalo.. aneh - aneh.. saya gamau ya.” Suara Sita kali ini terdengar pelan dan patuh sehingga senyuman Mahesa kembali hadir dan ia mengangguk puas.

“Ga bakal aneh deh. Tenang aja.”

Sesaat Sita kembali ragu sebelum akhirnya mengangguk pelan.

“Yauda deh.”

Lalu setelah menghabiskan makanan masing - masing, mereka kembali ke tempat mereka masing - masing. Dan saat Mahesa sudah menghilang dibalik pintu ruangannya, saat itu juga semua mata seketika menatap Sita secara bersamaan. Bahkan beberapa karyawati berlarian mendekati Sita. Menatapnya dengan iri dan dengki, sekalian bertanya bagaimana cara mendapatkan Mahesa?

“Lu make pelet apaan Sit? Kok bisa dapetin itu pria tampan?” Tanya salah satu karyawati bernama Angel.

“Pelet ikan.” Jawab Sita ketus.

Marsita & MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang