Happy Reading!
“Aow?” Ringis Mahesa setengah hati, karena Sita dengan marah mendorongnya dan melompat turun dari pangkuan Mahesa.
“Saya peduli!” Teriak Sita marah.
“Yauda kalo gamau tanda tangan! Saya tinggal lapor ke pak Ayub.” Ancam Sita dan Mahesa tersenyum.
“Ya, silahkan.” Mahesa menjawab dengan santai dan bahkan menggerakkan tangannya mempersilahkan Sita melakukan apapun yang ingin dilakukannya.
Karena terlalu kesal, Sita buru - buru keluar dan hampir membanting pintu Mahesa. Ia melangkah cepat ke ruangan pak Ayub dan ingin meluapkan amarahnya segera. Ia akan mengadukan Mahesa dan mengatakan semuanya. Biar saja pria itu ditegur, toh dia sudah berbuat mesum.
“Ya dibujuk atuhlah Mahesanya.” Adalah jawaban pak Ayub setelah Sita mengatakan semuanya.
Jika rahang bawah Sita bisa menyentuh lantai, mungkin itu yang akan terjadi jika Sita tidak buru - buru mengatupkan mulutnya.
“Pak, tapikan...”
“Kamu ini gimana sih? Pacar sendiri kok. Harusnya dirayu dong. Mungkin dia kan pengen kamu rayu - rayu. Peka dong. Kamu kan cewe harusnya lebih peka.”
Kali ini Sita benar - benar membuka mulutnya begitu lebar hingga kemungkinan lalat atau serangga yang malang bisa terjebak disana.
“Pa.. pac..ar?” Sita hampir tersedak dengan suaranya sendiri.
Meski ia tau pak Ayub mendengar ejekan rekan - rekannya, tapi belum ada yang mengkonfirmasi bahwa itu adalah sebuah kejadian nyata.
“Halah, udalah. Gausa disembunyiin. Udah buruan sana! Jam 12 udah harus ada bukti laporannya! Ini uda mau jam 12!” Tegur pak Ayub yang sama sekali tidak memberikan solusi yang baik untuk Sita.
Oleh karena itu ia akhirnya mengerti kenapa Mahesa begitu santai. Pria itu sudah menduga hal ini yang akan terjadi. Tidak mungkin Mahesa tidak mendengar rumor tentang merekakan?
“Sial! Sial!” Maki Sita pelan sebelum masuk ke ruangan mengerikan itu lagi.
Seperti dugaan Sita, senyuman kemenangan Mahesa sudah terukir diwajah pria itu. Yang menjadi gelak tawa setelah pintu tertutup.
“Balik lagi?”
Sita tidak mengatakan apapun, hanya meletakkan dokumen yang harus ditandatangani Mahesa dan memilih diam. Wajahnya yang terlihat kesal lagi - lagi membuat Mahesa tertawa. Dan ia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengembungkan pipi karena bete. Ingin rasanya Sita mendorong Mahesa jatuh dan menginjak - ngijaknya, tapi ia tidak ingin kehilangan pekerjaannya.
“Ga ada usahanya nih?” Goda Mahesa lagi dan kali ini hanya tatapan sinis Sita yang didapatkannya.
Lagi - lagi dia tertawa, merasa begitu senang menganggu wanita itu.
“Yauda aku tanda tangan tapi..”
“Ga ada tapi - tapi.” Potong Sita cepat tidak tertarik dengan lanjutannya
Mahesa lalu menggelengkan kepala.
“Gabisa. Harus ada tapi. Atau..” Mahesa melihat jam ditangannya sejenak.
“...15 menit lagi uda batasnya lho.” Ujar Mahesa mengingatkan Sita yang langsung berubah panik.
Wanita itu ikut melihat jam tangan dan benar saja, 15 menit lagi dia harus sudah mengirim laporan ini. Belum lagi dia harus ngescan dan ngerar data yang mungkin butuh beberapa menit. Membayangkannya saja sudah membuat Sita frustasi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Marsita & Mahesa
RomanceMarsita Aysha Yusuf Wanita berusia 22 Tahun, bertubuh gemuk, dengan penampilan biasa, memiliki kepintaran standar, belum memiliki pengalaman pacaran satu kalipun. Hidup Sita awalnya begitu damai, hingga ia dipertemukan dengan seorang pria arogan yg...