M&M : 40

3.8K 188 3
                                    

Happy Reading!

Dia telah mengatakannya. Sita telah mengatakannya, dan sekarang lihat bagaimana reaksi Mahesa. Pria itu masih membeku bagai patung yang baru selesai di pahat. Tidak bereaksi selain menatapnya.

"Hmm, Mahesa?" Panggil Sita pelan dan sedikit menyentuh lengan pria itu.

Jika bisa ia katakan, saat ini rasanya ia ingin menghilang. Berlari pergi dari hadapan Mahesa ke suatu tempat yang bisa menyembunyikan rasa malunya. Tapi, tidak, Sita tidak melakukannya. Ia merasa harus mengatakannya apapun jawaban Mahesa.

Hanya saja, Sita tidak siap jika Mahesa mengatakan tidak. Harus kemana ia bawa wajah dan rasa malunya? Meski ia sudah terlalu sering merasakan malu yang lebih besar dan bisa menanganinya dengan biasa, tapi kali ini ia tidak tau.

"Kenapa tiba - tiba nanya gitu?" Adalah jawaban Mahesa yang memberi Sita tatapan curiga.

Kini giliran Sita yang terdiam. Berusaha memberikan jawaban jujur tapi ia sendiri bahkan bingung harus mengatakan apa.

"..ga ada sih.. cuma mau nanya aja.." jawab Sita gugup.

Ia mengubah posisinya yang menghadap Mahesa kembali ke posisi semula. Lurus ke arah tv dan mulai menonton kembali film harry potter. Seperti biasa, Mahesa tidak akan puas hanya dengan jawaban seperti itu. Ia membuat Sita kembali menatapnya.

"Kenapa tiba - tiba nanya? Kamu mau jadi pacar aku?" Tanya Mahesa to the point dan Sita segera mengalihkan matanya ke arah lain, tidak berani menatap mata Mahesa.

Tidak membiarkan Sita melarikan diri, Mahesa menarik dagu Sita dan menahannya. Membuat wanita itu terpaksa menatap lurus ke mata Mahesa.

"Sita!"

"Ih, bentar dulu." Sita berusaha melepaskan tangan Mahesa di wajahnya, tapi pria itu malah semakin menekan pipi Sita hingga membuat wajah wanita itu mengembul.

"Aduh, sakit ih!" Tangan Mahesa dipukul Sita dengan kesal.

"Makanya, jangan main - main. Jawab dulu!" Ujar Mahesa ikutan kesal, tidak sabar dan tidak bisa menunggu.

Berbeda dengan Sita yang bingung harus mengatakan apa agar Mahesa tidak menggodanya. Sejujurnya, ia bertanya karena dorongan rasa kesal setelah Hendra menghubunginya. Sita hanya ingin Hendra berhenti mempermainkan dirinya. Jika pria itu mengira dia bisa terus menjadinya pelarian, kali ini tidak lagi. Sita sudah lelah, diberi harapan lalu dibuang begitu saja. Ia hanya ingin memulai lembaran baru, dan mungkin Mahesa adalah kata pertama yang muncul disana.

Jadi, sekarang setelah semua jelas, Sita hanya ingin mengungkapkan. Bagaimana perasaannya yang sebenarnya saat ini. Ia ingin menghapus masa lalu dan memulai hal yang baru.

Masih dengan wajahnya yang dicengkram Mahesa, perlahan Sita yang awalnya mencoba melepaskan wajahnya, menyentuh tangan Mahesa lembut. Matanya yang awalnya menghindar kini menatap lurus ke dalam mata Mahesa. Ia hanya ingin jujur pada dirinya dan kini ia melakukannya.

"Sepertinya aku menyukaimu." Gumam Sita pelan dan ekspresi Mahesa berubah menjadi tidak terbaca.

Yang Sita tau hanyalah, sedetik kemudian pria itu menarik wajahnya dan menciumnya. Dan kali ini Sita tidak melawan, malah menikmati ciuman lembut yang diberikan Mahesa untuknya. Berbeda dengan sebelum - sebelumnya, Mahesa tidak memaksa. Pria itu seakan meluapkan rasa bahagianya dalam ciuman itu dan setelah itu menarik diri kembali.

Mahesa buru - buru berdiri dan berbalik pergi. Membuat Sita bingung dengan sikap pria itu. Ada apa? Apa dia melakukan kesalahan?

"Kenapa?" Tanya Sita pelan.

Marsita & MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang