M&M : 24

2K 181 7
                                    

Cuma mau curcol 🥲 saya sedih liat yang baca cerita ini dan yg vote bisa 10x lipat jauhnya. Positifnya, readers mungkin baca berulang kali ya hihi tp tetep aja sedih kalo ada yg lupa vote atau comment. Mau kritik atau saran juga gapapa.. silahkan comment ya readers.. saya senang lho bacainnya jd semangat up.. Buat yang uda setia comment dan vote, terima kasih banyak ya! Saya senang hehe jd bikin semangat buat lanjutin! Semangat kalian semangat saya! ❤❤❤❤

Happy Reading!

Langit tampak cukup menggambarkan keadaan Sita saat ini. Gelap dan mendung, mungkin akan lebih dramatis jika petir ikut hadir. Tapi, sepertinya tidak perlu, karena tatapan dan suasana tegang yang ia hadapi saat itu sudah cukup mendramatisir keadaan.

Well, belum sempat dia menenangkan diri dari amarah, Anna muncul menambah rasa sakit kepala Sita. Apalagi sikap wanita itu sama sekali tidak bersahabat. Ada apa lagi ini? Pikir Sita dalam hati.

"Jadi, ada apa ya mba?"

Setelah hampir setengah jam terus berdiam diri satu sama lain, Sita mencoba membuka topik yang malah di jawab dengan tatapan tajam Anna. Seakan ingin mencakar wajah Sita dalam sekejap.

"Mmm.."

"Ada hubungan apa kau dan Mahesa?"

To the point, Anna langsung memberi pertanyaan menuduh. Membuat Sita terkesiap sejenak karena hal itu. Apalagi ini? Sial sekali hidupnya karena pria mesum itu, pikir Sita. Hal yang ia takuti terjadi, kesalahpahaman ini terjadi lagi.

Menghela nafas, Sita mengurut pelipisnya yang sedikit berdenyut. Apa yang harus dia lakukan? Meluruskan kesalah pahaman yang selalu terjadi setiap dia berurusan dengan pria yang memiliki kekasih.

"Tunggu mba. Maksud mba itu apa?"

"No need for excuse. Aku tau apa yang uda terjadi. Jujur aja." Jawab Anna cepat, terlihat tidak ingin mendengar basa basi dari mulut Sita.

Wanita elegan itu melipat kedua tangannya. Terlihat angkuh dan menantang. Sikap bersahabat yang biasa ia tunjukkan hilang entah kemana. Tergantikan dengan sosok antagonis yang siap untuk menghancurkan Sita dalam sekejap.

Seakan teringat kejadian masa lalu, Sita tertawa tidak percaya dan menggelengkan kepala.

"Kenapa tertawa? Kehilangan kata - kata? Apa kau mengakui perbuatanmu sekarang?" Anna mendengus dengan hina dan tidak percaya.

Membuat hati Sita sedikit sakit karena perlakuan itu. Kenapa dia yang selalu disalahkan? Tidak bisakah mereka mendengar alasannya lebih dulu sebelum menjudge begitu saja?

Oh, Sita lupa. Figuran buruk rupa sepertinya bisa apa? Menjadi korban? Tentu tidak akan pernah. Dia selalu menjadi pelaku dan yang berakhir disalahkan.

"Aku cuma ga nyangka mba Anna bisa berpikiran dangkal kaya gitu."

"Apa maksudmu?"

Sita menatap Anna dengan kecewa. Dia pikir Anna mungkin akan berbeda tapi sama saja. Walau bukan salah Anna karena memiliki pacar gila seperti Mahesa. Tapi, apa dia tidak bisa sekedar menanyakan penjelasan Sita lebih dulu?

"Aku dan pak Mahesa ga ada hubungan apapun, satu. Semua yang mba pikirkan itu hanya imajinasi gila, dua. Aku disini yang dipaksa menjadi sekretaris oleh manusia gila itu, tiga. Bukan salahku jika kami lebih sering bersama, empat. Lihat aku mba! Lihat aku baik - baik sebelum mba yakin untuk nuduh aku punya hubungan spesial sama tunangan mba, lima!" Sita sedikit ngos - ngosan saat menjelaskan itu karena dia begitu marah.

Marsita & MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang