M&M : 36

3.3K 202 3
                                    

Happy Reading!

"Apa yang kau pikir kau lakukan, Mahesa?!" Setelah menarik putranya ke ruangan yang seperti perpustakaan, Kate langsung menumpahkan amarahnya.

Tidak terlalu memperdulikan amarah itu, Mahesa hanya berjalan dan menelusuri pinggiran meja dengan jarinya. Memikirkan betapa lama ia sudah meninggalkan tempat ini. Sejak keluarganya pindah ke Ohio, 15 tahun yang lalu. Sama sekali tidak ada yang berubah, tetap sama. Menyimpan begitu banyak kenangan yang ingin dilupakan Mahesa.

"Aku hanya melakukan apa yang ingin kulakukan. We've made a deal."

Mahesa menyenderkan bokongnya di meja dan menatap Kate dengan tenang. Berbeda dengan tatapan bingung dan frustasi Kate di depannya.

"Deal? Mahesa, kau telah mempermalukan papa kau tau?!" Seru Kate tidak percaya melihat betapa tenang putranya itu.

"Well, kau tidak perlu khawatir, mom. Biarkan kami yang membereskan masalah ini."

"Kami?! Mahesa! Orang tua Anna meminta penjelasan pada papamu! Apa yang harus dia katakan?!"

Mahesa mengangkat bahu dan tersenyum.

"Itu urusan dia. Aku hanya bertindak sesuai perjanjian." Jawab Mahesa santai.

Ia lalu berjalan ke arah ibunya yang sudah kehabisan kata - kata. Stress, frustasi dan tidak percaya dengan putranya sendiri. Putra yang selama ini patuh dan tidak pernah melawan, mendadak menjadi seseorang yang begitu keras kepala.

"Ya tuhan. Apa yang terjadi."

Kate hampir kehilangan kekuatan untuk berdiri. Jika Mahesa tidak menahan dirinya, mungkin dia akan benar - benar jatuh. Tapi, bukannya mengangkat atau membopong ibunya ke sofa. Mahesa hanya memegang kedua lengan ibunya, meremasnya pelan karena gemas, sebelum menepuk kedua pundak Kate. Tidak lupa dengan senyuman lebarnya.

"Tenang, mom. Kau tau seperti apa dia. Hal seperti ini tidak akan menganggunya."

Kata - kata itu ditujukan pada sang ayah. Yang membuat Kate semakin stress adalah putranya benar - benar tidak peduli. Bagaimana kacaunya keadaan di perusahaan saat berita itu terdengar. Bahkan langsung dari bibir Anna sendiri.

"Mahesa..." untuk terakhir kali, Kate berusaha membujuk putranya.

Tapi, tetap saja. Tidak ada yang bisa menggoyahkan keputusan pria itu. Sekali berkata A maka Mahesa akan tetap melakukan A.

🍂🍂🍂🍂🍂

"Mem... mempersiapkan diri?"

Mata Sita tidak berhenti berkedip karena terlalu tidak percaya dengan pendengarannya. Apa yang baru saja dijelaskan bu Ida, terasa begitu membingungkan. Jika Mahesa membatalkan pertunangannya, lalu apa hubungannya dengan dia? Jika Mahesa sudah menemukan siapa yang ia cari, lalu apa salahnya? Kenapa ia harus mempersiapkan diri hanya untuk bertemu dengan ayah Mahesa?

Memikirkan semua itu, ada satu kesimpulan yang bisa Sita ambil. Bahwa sepertinya bu Ida sudah salah mengira bahwa dia adalah wanita yang Mahesa maksud. Jika benar begitu, ia harus segera meluruskan kesalahpahaman ini. Sita harus mengatakan yang sebenarnya pada bu Ida. Sebelum semuanya menjadi tidak terhentikan.

"Hmm, maaf bu. Kayanya ibu uda salah paham deh bu."

"Salah paham?"

Sita mengangguk pelan.

"Bukan saya yang harus mempersiapkan diri. Ini salah paham bu."

Tidak menyela, bu Ida hanya diam dan menunggu Sita mengatakan apa yang mau ia katakan. Hingga membuat wanita itu salah tingkah dan bingung harus mengatakan apalagi. Karena tatapan bu Ida terlihat seolah wanita itu tidak peduli dengan penjelasannya. Yang lama kelamaan membuat Sita akhirnya diam dan menggigit bibir dengan sedikit kesal.

Marsita & MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang