M&M : 14

3.9K 234 1
                                        

Happy Reading!

Mahesa membuka mata saat akhirnya rasa sakit dikepalanya mulai mereda. Rasa panas disekujur tubuhnya juga sudah hilang. Berganti dengan gerah dan sedikit pegal di tubuhnya. Sebelah tangannya terangkat untuk menyentuh handuk basah yg menutupi kening dan sebagian matanya.

Sejenak ia diam dan mencoba mengingat yg terjadi. Jika ia tidak salah, ia menerima panggilan telpon dari Sita dan menyuruh wanita itu datang. Lalu suara berisik bel yg menganggunya hingga ia menandatangani surat. Setelah itu semua gelap. Tapi, tidak hanya itu. Ia yakin tidak bermimpi saat mendengar ocehan Sita dan juga siksaan wanita itu yg membuatnya hampir mati.

Iya, Sita telah merawatnya. Wanita itu membuatnya merasa lebih baik sekarang. Dan anehnya itu membuatnya senang dan menyunggingkan senyuman.

Merasa cukup baik, Mahesa mencoba bangun dan mengangkat tubuhnya. Ia mengukur suhunya dengan telapak tangan. Sepertinya ia sudah jauh lebih baik dan bisa mandi. Karena sejujurnya, ia merasa sangat gerah dan lengket. Ia butuh mandi.

Saat berjalan menuju kamar mandi, Mahesa melirik jam dindingnya yang sudah menunjukkan pukul 6 malam. Itu berarti dia sudah tertidur cukup lama. Pantas ia merasa cukup baik sekarang. Tubuhnya sudah terlalu lama beristirahat.

🍂🍂🍂🍂🍂

Mengenakan celana pendek tanpa atasan, Mahesa berjalan keluar dari kamar mandi. Sebelah tangannya sibuk mengeringkan rambut dengan handuk. Ia lalu berjalan menuju lemari pakaian nya dan mengambil asal kaos yg bisa ia pakai.

Pria itu lalu berjalan keluar kamar dan menemukan tv ruang tamunya menyala. Kening Mahesa mengerut bingung. Siapa yg sudah menyalakan tv nya? Apa Sita masih berada disini? Batin Mahesa sebelum berjalan mendekati sofa ruang tengah dan menemukan tidak ada seorang pun disana.

Rasa kecewa sedikit menyelimuti, namun ia menutup hal itu dengan merasa kesal karena keteledoran Sita yg meninggalkan tv nya menyala. Emosi, Mahesa mengambil remote dan mematikan tv dan kemudian melempar remote itu asal. Ia merasa kesal tanpa sebab dan kecewa.

Ada satu sisi di hatinya yg menginginkan wanita itu tetap tinggal. Menunggunya hingga ia terbangun. Namun, kenyataannya tidak. Sesaat Mahesa tersadar dari lamunan dan mengenyahkan pikiran itu segera. Bagaimana bisa ia memikirkan wanita lain?

Tapi, wanita itu berbeda. Dia tidak tau kenapa tapi ia merasa begitu tertarik dengan Sita. Tanpa ia bisa menghentikan.

Dan setelah mengingat - ingat, Mahesa menyadari bahwa dirinya tanpa sengaja telah mengacuhkan wanita itu hanya karena dirinya tidak sengaja melihat seorang pria di kamar Sita waktu itu. Dia membenci kenyataan bahwa Sita sudah memiliki kekasih. Itu benar - benar membuatnya kesal.

Sekali lagi Mahesa kembali tersadar dan kali ini keningnya ikut mengerut. Apa yg sebenarnya terjadi? Kenapa wajah wanita itu terus berada di kepalanya? Bagaimana bisa?

Mahesa mencoba mengenyahkan pikiran kotor yg memenuhi kepalanya saat memikirkan Sita.

'Tidak. Tidak boleh. Bagaimana bisa kau tertarik pada wanita gendut itu?' Batin Mahesa pada dirinya.

Pria itu menggelengkan kepalanya berulang kali dan menghela nafas kasar. Ia berjalan menuju kulkas dan mengambil air dingin lalu menegaknya. Ia sepertinya butuh menyegarkan pikirannya. Demam telah menghancurkan sistem dan hormon tubuhnya. Ia menjadi tidak bisa mengontrol hasratnya dan malah hampir melakukan kesalahan.

'Kau sudah memiliki Anna yg begitu menggoda, kenapa malah memikirkan wanita gendut itu? Sadarlah Mahesa!' Perintah Mahesa pada otaknya.

Dan setelah menenangkan pikirannya, untuk terakhir kali pria itu menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Sebelum sebuah suara dari arah kamar mandi membuatnya menoleh.

Marsita & MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang