M&M : 45

3.1K 181 3
                                    

Happy Reading!

"Jadi, kapan kalian akan meresmikan pertunangan kalian?" Tanya Melanie setelah acara selesai.

Ia sengaja membawa Mahesa dan Sita ke halaman belakang rumah. Dimana tidak ada orang lain selain mereka dan beberapa keluarga dekat yang baru saja mengenal Sita.

Mendengar pertanyaan Melanie, dengan kikuk Sita menggeleng.

"Engga! Itu cuma—" belum selesai ia berbicara, Mahesa langsung memeluk pinggangnya dengan erat.

Pria itu sedikit meremas pinggangnya dan tersenyum pada Melanie yang melihat itu dengan curiga.

"Segera. Kami akan meresmikannya sesegera mungkin." Ujar Mahesa dengan yakin dan mengundang tatapan tidak percaya Sita padanya.

Tidak ada kata yang bisa Sita ucapkan karena Mahesa terus meremas lemak pinggangnya setiap kali wanita itu bereaksi. Seakan memaksanya untuk diam secara tidak langsung.

"Benarkah?" Suara Melanie terdengar ragu, tapi ia tidak bisa menyembunyikan senyuman gelinya saat melihat ekspresi Sita.

Meyakinkan kakaknya, Mahesa mengangguk dan kembali mencium Sita.

"Kita akan meresmikannya, bulan depan." Gumam Mahesa menatap mata Sita yang membulat sempurna.

Belum sempat mengeluarkan suara, Mahesa kembali menatap Melanie dengan sebuah ide di kepalanya.

"Untuk itu.. kenapa kau tidak membantu mengurus semuanya?"

🍂🍂🍂🍂🍂

"WHAAAAT?!! MAHESA!! KAMU GILA YA?!!" Teriak Sita untuk kesekian kalinya akibat ulah Mahesa yang benar - benar membuatnya kehilangan akal.

Disampingnya, Mahesa meringis karena teriakan Sita yang begitu nyaring.

"Kenapa harus teriak sih?"

"YA GIMANA ENGGA?!!" Sekali lagi Sita berteriak dan Mahesa harus menutup telinganya kembali.

"Kamu uda berulang kali neriakin hal yang sama! Sekali aja uda cukup lho."

"Ya kamu! Salah kamu tuh!" Balas Sita tidak mau disalahkan.

Setelah acara utama selesai, Mahesa langsung membawa Sita pergi. Ia tidak mau terlalu lama berada disana. Lagipula dia tidak pernah mengharapkan kedatangan Yahya. Untuk apa ia merayakannya?

"Astaga! Salah aku apalagi?!" Tanya Mahesa frustasi dengan Sita yang tidak berhenti menyalahkannya.

Wanita disampingnya, menggeser tubuhnya menghadap ke Mahesa. Dengan memegang sabuk pengaman, ia menatap pria itu kesal.

"Kan rencana awal ga gitu!" Seru Sita menyinggung kembali rencana mereka untuk balas dendam.

Helaan nafas Mahesa terdengar setelahnya.

"Ya kan.."

"Gak ada ya kan ya kan! Kan kamu bilang kita cuma acting! Pura - pura kalo kita bakal tunangan! Kenapa malah serius kaya gitu! Pake nyuruh mba Melanie buat ngurus acara lagi!" Seru Sita dengan penuh emosi dan menggebu - gebu.

Yang hebatnya, sama sekali tidak membuat Mahesa balas marah. Meski dimarahi, Mahesa hanya diam. Membiarkan Sita mengeluarkan uneg - unegnya hingga selesai baru kemudian mengeluarkan suara. Karena ia sudah tau, apapun yang dikatakannya, jika menyela pasti tidak akan berguna.

"Terus pake acara cium - cium lagi! Dua kali lho! Malu tau! Kamu tuh pura - pura darimana kaya gitu mah!" Seru Sita lagi dan tidak berhenti sampai akhirnya semua amarah berhasil ia keluarkan.

Marsita & MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang