M&M : 37

3K 197 4
                                    

Happy Reading!


"Mahesa! Bentar dulu!" Seru Sita sambil menahan diri agar Mahesa berhenti menyeretnya.

Hal yang masih membuat Sita bingung adalah bagaimana Mahesa melakukannya? Jika dilihat, tubuh Mahesa tidak sebesar aderai, tapi tidak juga kurus. Badan pria itu pas dan proposional, tidak berlebihan. Tetapi berhasil menarik tubuhnya yang gendut dengan mudah.

"Sudah ayo ke kamar. Aku sudah sangat mengantuk." Mahesa menguap dengan cukup lebar dan masih menyeret Sita hingga mereka berdua akhirnya masuk ke kamar.

Begitu melangkah masuk, Mahesa masi menyeret Sita hingga ke tempat tidur. Mendudukkan wanita itu disana dan berjalan ke tempat lain. Mengambil sesuatu di dekat sofanya ruang tengah kamarnya, dan kembali membawa paper bag.

"Ganti baju gih. Kalo mau mandi, ada air hangat. Itu disana kamar mandi. Tapi, uda jam segini, gausa mandi. Bersih - bersih aja." Ujar Mahesa dengan wajah mengantuk.

Sebelum Sita sempat mengatakan apapun, pria itu sudah berjalan pergi. Kembali ke ruang tengah kamarnya dan merebahkan diri di sofa. Menghidupkan tv dan bersantai. Membiarkan Sita terdiam sendiri dengan kebingungan.

Paper bag di pangkuannya dibuka dan Sita bisa melihat piyama ukurannya juga beberapa peralatan yang mungkin dibutuhkan Sita. Lagi - lagi perasaan itu kembali membuat Sita resah. Satu sisi dalam dirinya merasa senang diperlakukan seperti ini. Tapi, satu sisi lain merasa takut dan khawatir.

"Hmm, darimana ini baju?" Sita berjalan mendekati Mahesa yang tengah menonton berita dengan tenang.

Pria itu menoleh dan mendongak.

"Oh, tadi bu Ida yang nyiapin. Bisa?"

Sita menggeleng sebelum mengangguk cepat.

"Eh, maksudnya belum tau. Kan belum mandi. Bentar deh. Hmm." Sejujurnya Sita ragu untuk mengatakan, tapi apa yang ia terima sudah terlalu banyak.

"Kalo handuk, uda ada di kamar mandi kok. Sabun dan lain - lain juga. Ntar kalo butuh apa - apa panggil aja."

Sita akhirnya mengangguk dan pergi ke kamar mandi. Sekali lagi terkejut dengan penampakan disana. Memang beda jika orang kaya, kamar mandi saja luasnya seperti kamar di rumah Sita. Bahkan lebih luas.

"Kalo gini ceritanya, siapa yang ga betah lama - lama di kamar mandi. Eh busyet ada tipi! Wah parah sih, banyak setan nih gaboleh lama - lama! Tapi.. aduh busyet luasnyeeeeee!" Begitu kagum dengan kamar mandi luas dan mewah, membuat Sita seperti bocah yang baru melihat dunia pertama kalinya.

Jika dimata orang kaya, dia akan terlihat begitu norak dan kampungan. Tapi memang begitulah, kenyataan bahwa ia baru melihat yang seperti ini memang benar. Jadi sebelum berakhir, ia ingin menikmatinya.

"Hmm gini toh rasanya kamar mandi besar? Kalo sendirian serem juga sih. Waah, apaan nih? Macem hotel aja. Eh eh lho? Lah kok gini? Eeeeeeeh!" Mencoba - coba fasilitas di kamar mandi itu, Sita berulang kali dikagetkan dengan hal - hal canggih.

Seperti toilet yang sedang ia duduki. Bisa mengeringkan dan melakukan hal - hal aneh. Membuat Sita tertawa geli dan mencoba - coba tombol yang ada. Lalu ia akhirnya berjalan ke shower yang berada diruang kaca. Menggeser pintunya dan tiba - tiba matanya melirik bath tub. Mendadak hasrat untuk berendam muncul dan setelah berpikir beberapa saat, akhirnya Sita memutuskan untuk berendam.

"Selagi peralatan tersedia gini, jangan disia - siakan. Ya ampun, kampung banget gua!" Erang Sita malu tapi tetap saja ia tertawa geli dan melakukan apa yang dianggapnya norak.

Marsita & MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang