M&M : 18

3.4K 231 1
                                    

Happy Reading!

"Sit, Sit. Bangun." Panggil Hendra mencoba membangunkan Sita.

Pria itu menguncang bahu Sita pelan hingga akhirnya wanita itu membuka mata. Beberapa kali mengerjap sebelum melihat keadaan sekitarnya.

"Dimana?"

"Punclut. Maaf, gua ga jadi muter balik. Tadi--" Hendra menghentikan kalimatnya saat Sita menghela nafas kesal.

Hening sesaat sebelum akhirnya Sita membuka pintu dan berjalan keluar. Hendra hanya bisa diam, tidak berani berkata apapun karena menyadari kesalahannya. Dia memang salah, tidak seharusnya dia melampiaskan amarahnya pada Sita. Ia sama sekali tidak sengaja. Hendra merasa begitu marah saat melihat Sasa diperlakukan begitu kasar. Rasanya ia ingin menghajar pria brengsek itu dan membunuhnya. Namun, karena ia sedang bersama Sita, ia menahannya. Ia sudah begitu melukai wanita itu.

Hendra terlonjak saat suara pintu terbuka membuyarkan lamunannya.

"Gila! Gila! Dingin banget! Mati gua!" Seru Sita panik dan buru - buru masuk ke dalam mobil.

Sesaat Hendra diam, mencoba mencari kata yang tepat untuk ia ucapkan. Lalu saat Sita menoleh dan menatapnya tajam Hendra menahan nafas.

"Apa lu liat - liat?! Buru cari tempat! Gua mau mesen yang anget - anget!" Seru Sita sembari memeluk tubuhnya.

Melihat reaksi Sita yang sudah kembali seperti biasa, Hendra diam lalu tersenyum. Rasa lega memenuhi dirinya. Ia tidak pernah berhenti mengagumi sifat Sita yang bisa dengan tenang menerima semuanya. Seakan tidak terjadi apa - apa, Sita akan kembali seperti biasa.

"Buruan Ndra!"

Hendra akhirnya mengangguk dan kembali menghidupkan mesin mobilnya.

"Siap bos siap!"

Mereka mencari tempat singgahan yang lumayan ramai dan memarkirkan mobil.

Sita buru - buru turun dan berlari menuju pondok lesehan yang masih kosong, sementara Hendra mematikan mesin dan mengunci pintu mobil sebelum menyusul.

"Aa pesen susu jahe panas satu sama-- Woy Ndra! Lu mau apa?"

"Kopi hitam aja satu." Ujar Hendra sebelum meletakkan pantatnya diatas tikar.

"Eh! Makanan kita. Mana kunci?" Sita kembali berdiri dan meminta kunci mobil Hendra.

"Jangan lupa kunci lagi."

"Iye iye." Sita mengambil kunci mobil dan mengambil makanan mereka.

Saat akan menutup pintu, dering ponsel menarik perhatiannya. Sita mencari asal bunyi dan menemukannya di jok pintu Hendra. Dengan penuh perjuangan, Sita meraih ponsel Hendra dan melihat siapa yang menelepon.

'Sasa'

Raut wajah Sita seketika berubah muram. Tangannya meremas ponsel Hendra, hingga rasanya ia bisa menghancurkan benda itu dalam sekejap mata. Disatu sisi Sita hanya ingin mengabaikan panggilan itu, menghapus riwayat telepon Hendra sehingga pria itu tidak akan tau jika Sasa meneleponnya. Tapi disatu sisi, Sita tidak tega. Bagaimana jika telepon itu penting?

"Sialan."

Dengan sedikit kesal, Sita mengangkat telepon itu. Awalnya, Sitah hanya tidak ingin dering telepon mati dan segera memberikan pada Hendra. Namun, saat mendengar isakan diseberang sana. Mau tidak mau Sita meletakkan benda itu di telinganya.

"Halo?"

'....'

"Sa?"

'Hendra mana?' Akhirnya suara Sasa terdengar meski begitu ketus.

Marsita & MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang