Happy Reading!
"Maaf Lin, gua pass." Gumam Sita dengan begitu berat.
Hatinya benar - benar tidak rela saat ia harus menghubungi Linda di pagi hari hanya untuk mengatakan bahwa ia batal ikut berlibur dengan tim IT. Begitu juga dengan sahabatnya yang saat mendengar berita itu. Mereka melakukan drama untuk beberapa saat sebelum akhirnya memutuskan panggilan.
Ingin menangis? Sudah pasti. Sita sangat ingin melakukannya, kenapa? Karena ia sudah menyiapkan semuanya untuk berlibur. Pakaian dan keperluan lain sudah tersusun rapi di dalam kopernya, menunggu saat matahari terbit. Namun, semua tinggal kenangan. Sekarang mereka semua harus kembali dikeluarkan jika saja Sita memiliki kesempatan itu.
Yang ia lakukan sekarang adalah berangkat ke kantor dan mengambil dokumen penting yang diperlukan Mahesa untuk rapat. Hanya dia dan Edward yang dipercaya Mahesa untuk mengambil dokumen itu di ruangannya dan membawanya ke tempat dimana Mahesa mengadakan rapat.
Kebetulan sekali Edward sedang tidak berada di jakarta, dan itu artinya hanya dia yang bisa melakukan tugas itu.
'Ini menyangkut hidup dan mati perusahaan, jika kau tidak membawa dokumen sialan itu, maka kita semua akan tamat.' Ujar Mahesa 1 jam yang lalu.
Hampir saja Sita memaki atasannya yang bisa - bisanya melupakan dokumen itu disaat penting seperti ini. Kenapa? Kenapa? Kenapa harus disaat ia hendak pergi berlibur?
"Lho? Kamu bukannya--" perkataan Yuni, staff HRD, hanya dijawab dengan lambaian tangan.
Ia harus cepat, karena rapat akan dimulai 1 jam lagi. Belum lagi perjalanan ke tempat Mahesa rapat. Semoga ia bisa membawa dokumen itu tepat waktu.
"Dimana kamu wahai dokumen sayang?" Geram Sita mencari di meja Mahesa dan akhirnya menemukan map yang berisi dokumen - dokumen penting di dalam laci. Tidak menunggu lama, Sita langsung membawa dokumen itu pergi.
"Sita? Kamu ga ik--"
"Nanti ya, nanti! Panjang cerita!" Teriak Sita saat lagi - lagi warga kantor menanyakan hal yang sama.
Sita berulang kali melihat jam tangannya dan menunggu mang ojol datang menjemputnya. Satu - satunya yang bisa menolong nya di tengah padatnya jakarta.
"Mba Sita?" Tanya mang ojol yang segera di anggukin Sita.
Wanita itu segera naik dan refleks menepuk pundak mang ojol agar segera dilarikan ke tempat tujuan nya. Karena sisa waktu tidak banyak.
"Mas, bisa tolong kebut ga? Terjang aja! Saya mah santai." Ujar Sita memberitahu mang ojol.
Mang ojol mengangguk dan menambah kecepatan, membuat Sita hampir terjengkang karena lupa berpegangan. Beruntung mang ojol sudah ahli mempertahankan motornya dan bisa menahan berat Sita. Jika tidak, mungkin mereka sudah jatuh bersama.
Beberapa menit kemudian, Sita akhirnya tiba di lokasi. Bersamaan dengan ponselnya yang berdering.
"Iya pak. Ini saya uda di bawah. Lantai 10? Oke oke. Nanti bilangnya apa? Iya, baik." Setelah memutuskan panggilan, Sita berjalan cepat ke dalam gedung besar itu.
Ia berjalan ke meja resepsionis dan mengatakan jika ia membawa dokumen penting untuk rapat.
"Anda sekretaris Pak Mahesa?" Tanya resepsionis dan Sita mengangguk.
Beberapa saat kemudian ia menghubungi seseorang sebelum akhirnya yakin bahwa Sita tidak berbohong. Resepsionis itu membantu memanggil petugas yang akan membawa Sita ke lantai 10 dengan lift khusus. Tidak perlu menunggu dan mengantri.
"Terima kasih." Ujar Sita pada petugas yang mengantarnya dan keluar dari lift.
Sita menjadi ruangan rapat yang dikatakan Mahesa. Hingga akhirnya ia melihat sosok itu berdiri dengan tenang di depan pintu. Tenang?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Marsita & Mahesa
RomanceMarsita Aysha Yusuf Wanita berusia 22 Tahun, bertubuh gemuk, dengan penampilan biasa, memiliki kepintaran standar, belum memiliki pengalaman pacaran satu kalipun. Hidup Sita awalnya begitu damai, hingga ia dipertemukan dengan seorang pria arogan yg...