M&M : 29

3.5K 175 5
                                    

Happy Reading!

Mahesa menciumnya. Meskipun hanya di kening, tapi tetap saja Mahesa menciumnya.

Bahkan, Sita tidak mendengarkan apa yang dikatakan Mahesa karena terlalu kaget dengan apa yang dilakukan pria itu barusan.

Sita menjauhkan dirinya dari Mahesa dan menyentuh keningnya. Menatap marah Mahesa yang tersenyum geli di depannya.

"Katakanya gabakal cium!" Bentak Sita marah.

"Siapa yang bilang?" Tanya Mahesa santai.

Sita menunjuk Mahesa dengan emosi.

"Kan tadi kamu bilang ga ada syaratnya!"

Raut Mahesa berubah bingung.

"Hah? Aku ga ingat pernah ngomong gitu."

Tidak percaya, Sita menatap Mahesa dan berharap bisa menendang wajah pria itu sekarang. Tapi, yang ia lakukan hanya mengerang marah.

"Dasar penipu!"

"Lho lho? Kok gitu?"

"Gausa sok lupa! Ih ngeselin banget!" Teriak Sita sembari menggosok keningnya dengan emosi.

Lalu Mahesa menyambar tangan itu dan menariknya.

"Hey, kan aku cuma bilang kalo kamu yang ga perlu ngapa - ngapain. Bukan berarti aku gabisa nyium kan?" Jelas Mahesa yang tetap saja semakin membuat Sita kesal karena malu.

Wanita itu menarik tangannya dari Mahesa dan hendak berjalan masuk. Meninggalkan pria yang tengah tertawa kecil dibelakangnya, sebelum kembali berbalik dan menatap Mahesa masih dengan wajah kesal.

"Btw.. Makasi uda dianter. Bye!" Ujar Sita sebelum menghilang dibalik pagar kosan.

Tidak sempat melihat ekspresi senang Mahesa yang tersenyum begitu lebar. Pria itu mengangguk - angguk sendiri dan berbalik kembali ke jalan tadi. Selagi tersenyum, ia menangkap sosok seseorang berdiri tidak jauh dari tempatnya. Seseorang yang seketika menghilangkan senyumannya.

"Long time no see, Ndra."

🍂🍂🍂🍂🍂

Sita sudah membersihkan diri dan tengah memakai cream malamnya saat adegan di depan kosannya kembali terputar. Ia kembali mengerang dan menepuk keningnya kesal. Sudah begitu bodoh membiarkan Mahesa mengambil kesempatan dengan mudahnya.

"Lu sih teledor." Ujar Sita pada dirinya melalui cermin.

Di satu sisi, diam - diam Sita tidak bisa berhenti menatap keningnya dan menyentuhnya. Masih bisa merasakan sentuhan bibir Mahesa disana. Sejujurnya, ia menyukainya. Tapi...

"Gila lu!" Bentak Sita pada dirinya sendiri dan buru - buru mematikan lampu dan naik ke kasurnya.

Ia tidak lupa mengambil ponselnya dan memeriksa benda itu. Begitu banyak pesan masuk dan salah satunya membuat Sita bingung. Kenapa Hendra banyak sekali mengiriminya pesan? Bahkan pria itu menghubunginya 25 kali.

Sita baru ingat jika ia menggunakan silent mode karena acara tadi dan tidak sadar jika ada yang menghubunginya. Ia lalu membuka pesan - pesan itu dan mengerutkan kening. Bahkan Hendra mengiriminya pesan suara dan Sita membukanya.

'Sit? Lu dimana? Lu pergi? Lu seriusan pergi?!'

'Sit! Lu tidur ya?! Gw ke kosan lu ya? Lu ga pergi kan?'

'Sit, kalo lu denger voice note gw, telepon gw.'

Kerutan di kening Sita semakin dalam saat mendengar nada bicara Hendra yang begitu panik dan kata - kata yang ia ucapkan.

Marsita & MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang