M&M : 39

3.2K 202 6
                                    

Happy Reading!

Mahesa duduk di pinggir kasur, dengan hanya menggunakan boxer yang akhirnya ia pakai, menunduk dengan jari tangan saling bertautan. Ia tengah menyesali perbuatannya. Perbuatan yang telah membuat Sita menangis dan tersakiti. Hanya karena nafsu birahi yang tidak bisa ia kendalikan.

Mahesa mengacak rambutnya frustasi dan memaki diri sendiri. Ia tidak seharusnya lepas kendali, hanya karena sebuah ciuman di kening. Hanya saja..

Suara isakan dibelakangnya, membuat Mahesa berbalik. Begitu perlahan dan merasa bersalah karena ia yang menyebabkannya.

Dibalik selimut, Sita berbaring membelakanginya. Dengan hanya memperlihatkan kepala saja, karena ia menutupi semua dibalik selimut abu - abu itu. Meski begitu, Mahesa bisa melihat tubuhnya yang bergetar karena menangis.

"Sita." Mahesa dengan perlahan mendekat dan mencoba menenangkan wanita itu.

Ia masuk ke balik selimut dan mendekatkan tubuh mereka yang sama - sama tanpa busana selain boxer miliknya. Lengannya memeluk tubuh Sita yang masih bergetar karena terisak. Mendekap wanita itu erat dalam pelukannya. Tidak lupa dengan ciuman hangat di kepala Sita.

"Maafkan aku. Aku akan bertanggungjawab dengan apa yang akan terjadi. Maaf." Gumam Mahesa lembut dan semakin mengeratkan pelukannya.

Membuat Sita semakin terisak hingga akhirnya tertidur. Karena terlalu lelah menangis, wanita itu terlelap dalam dekapan Mahesa. Terlihat begitu nyaman dan damai, yang membuat Mahesa tidak tega untuk menganggunya.

Dengan begitu perlahan, Mahesa menarik lengannya agar tidak membangunkan Sita. Tapi, baru saja ia menggerakkan tangannya, erangan pelan keluar dari bibir Sita. Terlihat dari kerutan di wajahnya, bahwa ia tidak mau Mahesa melakukannya. Seperti seorang bayi yang lupa sudah menangis kencang.

Sehingga akhirnya Mahesa membatalkan rencananya untuk bangun. Meski pada kenyataannya, ia harus mengerjakan sesuatu segera. Tentu saja pekerjaannya. Tapi, bagaimana bisa?

Ditambah dengan Sita yang tiba - tiba bergerak dipelukannya, berbalik menghadapnya dan balas memeluknya erat. Seakan Mahesa adala guling. Menempelkan tubuh mereka yang sama - sama tidak memakai apapun. Sungguh memberikan cobaan bagi Mahesa.

"Kalo kaya gini, gimana aku bisa— God, damn it, Sita." Geram Mahesa dengan rahang terkatup.

Mencoba menahan sensasi yang muncul kembali karena perbuatan Sita. Sesuatu dibawah sana kembali terbangun dan ia butuh untuk menenangkannya. Tidak dengan cara yang akan disesalinya kembali, melainkan ia harus mandi sesegera mungkin.

Sebelum ia sempat melakukan hal yang bisa membuat Sita menangis kembali, Mahesa dengan cepat melepaskan diri. Meski sulit karena Sita memeluknya, tapi ia harus melakukannya.

"Seriously?" Mahesa tidak percaya saat Sita malah semakin memeluknya.

Seakan sengaja menyiksa dan balas dendam atas apa yang terjadi tadi malam. Dengan keadaan ini, kemungkinan Mahesa tersiksa sangat besar. Karena pada akhirnya pria itu menyerah dan pasrah. Mencoba menahan nafsunya saat kulit itu menggesek kulitnya.

Rahang Mahesa terkatup rapat dan ia menutup matanya. Tidak lagi bergerak atau mencoba melepaskan diri karena jika Sita bergerak lagi, mungkin dia akan kembali menyerang wanita ini.

"Sialan." Umpat Mahesa dan tidak lama ikut terlelap juga.

Saat ketukan dipintu terdengar, Mahesa kembali membuka mata. Mencari tau pukul berapa sekarang? Tapi, suara bu Ida membuat Mahesa menoleh dan melihat jika wanita tua itu tengah memberinya tatapan datar sembari menggelengkan kepala.

Marsita & MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang