M&M : 2

5K 315 2
                                    

Happy reading!

"Jangan pernah mengejar cinta, karena jika ia pantas, ia akan datang."

***

Sinar matahari yg menembus jendela kamarnya, membuat Sita dengan terpaksa membuka matanya. Ia mengerjap beberapa kali sebelum mengulurkan tangannya ke arah meja kecil di samping tempat tidur, dimana ia meletakkan ponselnya.

Rasa kantuk benar - benar menguasainya, karena laporan sialan yg membuatnya harus begadang dan menyelesaikan hingga pukul 3 pagi. Beruntung pak satpam mau menemaninya dan tidur di sofa yg ada di dekat mejanya.

Ia telah mencetak laporan dan meletakkannya di meja atasan tercintanya. Tugasnya telah selesai dan akhirnya ia bisa pulang ke kosan tercinta pada pukul 5 pagi.

Tring.. tring..

Bunyi alarm di ponselnya menandakan sudah waktunya ia kembali bangun dan bersiap untuk bekerja. Meski rasanya baru sesaat ia menikmati mimpi indahnya, tetap saja ia harus menerima kenyataan.

Dengan malas, Sita mencoba bangun dan menatap kosong tv di hadapannya. Sama sekali tidak berniat untuk melakukan apapun apalagi harus mandi.

Getaran ponsel menbuat Sita menoleh dan melihat pop up chat yg muncul di layarnya.

'Sita, lu dimana? Lu uda nyelesaiin laporan kan?' Kata Linda di chat itu.

Sita membalas dengan malas dan segera berjalan menuju kamar mandi.

'Di RSJ, Lin.'

***

"Dimana Marsita?" Suara rendah itu mengejutkan Linda yg tengah memeriksa daftar barang baru yg akan diterima.

Wajah Linda berubah panik saat melihat sosok atasan mereka sudah berdiri di depan meja kerja nya. Menatap tajam ke meja kerja kosong di sampingnya.

"Ah, Sita lagi dalam perjalanan, pak. Tadi dia bilang sedang kurang enak badan, jadi mungkin akan sedikit terlambat." Jelas Linda mencoba mencari alasan untuk temannya itu.

Untuk sesaat Mahesa diam, namun wajah nya menunjukkan ketidaksukaan. Ia lalu mendecak dan menatap Linda.

"Katakan padanya untuk menemuiku saat ia tiba." Tegas Mahesa dan pergi meninggalkan meja Linda.

Linda mengangguk dan menggumam patuh sebelum terburu - buru mengambil ponselnya dan menghubungi Sita.

'SITA! LU DIMANA?! SERIUSAN!!' Ketik Linda panik.

Tidak lama, pesan balasan masuk.

'Ini gua masih di busway, kenapa sih? Baru juga telat dikit, kangen lu ya?'

Linda ingin sekali mencubit wanita gembul itu jika ia berada di depannya sekarang. Namun, yg ia lakukan hanya mengerang dan kembali membalas.

'Bukan bego. Lu dicariin si bos! Buruan lu! Muka dia uda ga enak.'

'Lah, kapan juga mukanya enak? Pahit mulu perasaan, kaya ampas kopi.'

Sekali lagi Linda mengerang kesal membaca balasan Sita.

'Gua serius MARSITA! BURUAN!!'

'Iyee baweeel! Lagian gimana caranya gua nerbangin ini busway? Lu kira gua pokemon?'

'Yauda, pokoknya kalo uda nyampe halte, lu lari. Si bos mau lu temuin dia sesegera mungkin.'

Balas Linda terakhir kali sebelum meletakkan ponselnya.

***

Di dalam busway yg sudah lumayan sepi, Sita menghela nafas. Setelah berulang kali menguap dan mendengus kesal. Bagaimana tidak? Baru saja ia ingin mengistirahatkan diri sesaat di busway, pesan dari Linda masuk dan menggagalkan semua.

Apalagi yg diinginkan pria itu? Kenapa pria itu tidak juga puas menyiksanya? Ini sudah hari kelima semenjak kesialan pertama menghampiri hidup Sita yg dikarenakan pria bernama Mahesa itu.

Suara pemberitahuan busway menarik perhatian Sita yg kemudian berdiri dan bersiap - siap keluar. Ia lalu berjalan cepat menuju kantornya yg berada di seberang jalan dengan menggunakan jembatan penyebrangan.

Langkah Sita memelan saat melihat sebuah mobil range over yg berhenti di depan pintu masuk perusahaan tempatnya bekerja. Seorang wanita cantik bak model keluar dari kursi penumpang dengan menggunakan setelan black shirt berbahan tipis yg mencetak jelas bra hitam dibaliknya dan white jeans.

Rambut pirang yg dipotong pendek itu terlihat cocok di wajahnya yg tidak begitu tirus maupun besar.

Memandangi wanita bergaya casual namun nyentrik itu membuat Sita tidak sadar bahwa dirinya sudah menghalangi laju kendaraan di belakangnya. Buru - buru ia berjalan menghindar dan meminta maaf pada pengemudi. Begitu ia menoleh, sosok wanita itu sudah menghilang masuk ke dalam gedung.

'Siapa dia?' Gumam Sita penasaran.

Namun, ia mengabaikannya dan kembali berjalan cepat saat mengingat bahwa ada seseorang yg mencarinya.

***

"Doain gua, Lin." Ujar Sita sebelum berjalan menuju ruang kematiannya.

Ia baru akan mengetuk pintu saat mendengar suara aneh dari dalam ruangan. Sesaat dia diam, mencoba menajamkan pendengaran. Kembali ia mendengar suara seperti desahan yg membuat keningnya mengerut bingung.

'What the...' batin Sita jijik saat membayangkan apa yg tengah dilakukan atasan mudanya itu di ruang kantor yg sama sekali terbuka untuk umum itu.

Kecewa adalah hal pertama yg di rasakan Sita. Mengapa? Karena fantasi yg selalu ia bayangkan hancur sudah saat mengetahui bahwa atasannya telah memiliki kekasih dan telah melakukan itu. Apalagi di kantor mereka.

"Apa yg kau lakukan, Sita?" Sebuah suara mengejutkan Sita yg refleks menekan engsel pintu yg sedari tadi ia genggam.

Tanpa sengaja ia membuka pintu itu dan menunjukkan pemandangan yg tengah terjadi di dalam ruangan. Tidak hanya dirinya, dua insan yg tengah bercinta didepannya beserta karyawan lain yg telah mengejutkannya ikut membeku kaget.

"Ups, aku pikir aku telah menguncinya." Ujar wanita yg Sita yakin ia lihat keluar dari mobil besar itu tadi.

Erangan kesal keluar dari bibir Mahesa yg merasa kegiatan pribadinya diganggu. Menahan gairah yg tertunda, Mahesa menatap tajam kearah Sita yg yakin hidupnya akan berakhir detik itu juga.

***

TBC

Marsita & MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang