M&M : 32

3.1K 200 1
                                    

Happy Reading

Pada akhirnya, mereka berdua tidur di kasur yang sama. Dengan Mahesa yang begitu santai, sementara Sita yang merapat ke pinggir. Semua terjadi karena Mahesa mengeluh kedinginan. Padahal Sita sudah menyarankan untuk mematikan AC tapi pria itu kembali beralasan tidak bisa tidur tanpa AC. Itu membuat akhirnya mau tidak mau mereka berbagi tempat tidur.

Setiap Mahesa bergerak, Sita akan merapatkan tubuhnya ke pinggir. Terlalu waspada dengan pria mesum di belakangnya. Bisa saja Mahesa melakukan sesuatu jika ia tidak berhati - hati.

"Aku ga bakal nyentuh kamu. Tenang aja." Seakan bisa membaca pikirannya, Mahesa tiba - tiba bersuara.

"Makasi, tapi saya ga percaya." Jawab Sita membuat Mahesa tersenyum.

"Aku ga sebrengsek itu lho."

"Masa?"

Mahesa menghela nafas. Ia meletakkan sebelah tangan di belakang kepalanya dan menatap langit - langit kamar.

"Kamu baru aja ngalamin hal kaya gini. Aku ga mungkin setega itu." Jelas Mahesa yang malah membuat Sita semakin menjauh.

"Itu artinya anda memiliki niat."

Mendengar itu Mahesa mendengus dan berbalik memunggungi Sita dengan kesal. Sengaja membuat wanita itu puas karena ia sendiri sudah lelah.

"...btw makasi." Baru saja memejamkan mata, Mahesa kembali membukanya saat mendengar itu.

Tanpa berbalik, Sita mencoba untuk berterima kasih pada Mahesa yang telah datang menyelamatkannya. Sementara itu, Mahesa mendengarkan masih dengan posisi yang sama.

"..aku pikir, kamu ga bakalan datang. Tapi, ternyata kamu datang meski lama..." Sita memberikan penekanan pada kata lama yang membuat Mahesa mendengus geli.

"..Maaf uda bikin kamu basah kuyup, seharusnya aku dengerin kamu tapi, maaf.."

Mahesa menjawab dengan dehaman dan senyuman yang diam - diam mengembang. Lalu tidak ada suara yang terdengar selain pergerakan kasur, tanda bahwa ada yang bergerak dan itu adalah Sita. Ia berbalik menghadap Mahesa dan memperhatikan punggung pria itu yang terlihat begitu kokoh dan hangat.

Berpikir sesaat jika saja Mahesa tidak datang, mungkin dia akan pingsan atau bahkan mati disana saking takutnya. Mengingat kembali kejadian itu membuat Sita gemetar. Bagaimana ia berhasil melarikan diri saat empat pria gila berusaha menyeretnya masuk
ke mobil. Bahkan tenaganya yang biasa melebihi rata - rata tenaga wanita, bisa kalah dengan pria - pria
itu. Beruntung, hanya koper yang berhasil diambil. Beruntung, saat kakinya ditarik ia masih bisa melawan dan saat...

"Ada apa?" Tenggelam dalam lamunan dan ingatan mengerikan itu, membuat Sita tanpa sadar menarik dan meremas kaos Mahesa.

Pria itu menoleh untuk melihat Sita dengan khawatir, karena wanita itu terlihat pucat dan ketakutan. Perlahan ia juga berbalik dan menyentuh wajah Sita.

"Kamu gapapa?"

Lamunan Sita buyar dan ia menatap Mahesa dengan kaget.

"Eh! Maaf, saya ga maksud--" Sita refleks bangun dan duduk dengan begitu cepat tanpa menyadari bahwa hal itu menyebabkan bathrobe yang ia kenakan terbuka.

Mata Mahesa yang langsung tertuju ke hal itu membuat Sita menyadari dan dengan cepat menutupinya sembari menjatuhkan diri memunggungi Mahesa. Ia menjerit dan mengumpat pelan, merasa begitu malu karena ia tidak menggunakan apapun bahkan satu - satunya bra yang tersisa sedang dikeringkan. Sehingga pasti Mahesa melihat...

Marsita & MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang