M&M : 12

4K 250 0
                                    

Happy Reading!

Sehari setelah terkena demam tinggi, tubuh Sita sudah merasa jauh lebih baik. Apalagi setelah mendapat perawatan dari Gisel dan Hendra. Dirinya sudah kembali bisa membereskan kamar dan beraktifitas meski batuk dan pilek masih menjangkiti. Setelah di paksa oleh Gisel, Sita akhirnya mengambil cuti sehari untuk benar - benar beristirahat. Dan yg dilakukannya adalah membersihkan kamarnya yg terlihat sangat berantakan.

"Woy! Lu ngapain? Masih sakit juga." Suara itu membuat Sita untuk sesaat berhenti menyapu dan menoleh.

Wajahnya berubah kesal saat melihat sosok Hendra berdiri dengan dua bungkus plastik yg berisi makanan. Senyuman dan cengiran Hendra hanya dibalas dengan tatapan kesal Sita yg melanjutkan tugasnya.

"Jutek amat si lu?! Masa gitu sikap lu sama orang yg telah berjasa merawat dan menjaga lu saat sakit?"

"Bodo amat."

Hendra pura - pura terlihat sakit hati dan berjalan mendekati Sita yg hampir memaki saat Hendra menginjak lantai yg baru ia sapu dengan sepatu kerjanya. Dan memang benar, saat ini adalah saat jam istirahat kantor. Dimana Hendra memutuskan mengunjungi Sita dan menjenguk wanita itu.

"Baru gua sapu itu, Kampret lu. Minggir deh ah! Lepas dulu napa itu sepatu! Kotor! Hendra!" Teriak Sita frustasi ketika Hendra sama sekali tidak mendengar perkataannya.

Pria itu senang melihat amarah Sita dan bahagia ketika berhasil menganggunya. Itu adalah hal favorit Hendra sejak pertama kali mereka berkenalan. Melihat ekspresi marah, kesal dan bete Sita merupakan hal yg lucu dan ia sukai. Tapi, entah mengapa meski begitu ia tetap tidak bisa menyukai gadis itu. Begitulah yg ia rasakan.

Hendra menarik sapu dari tangan Sita dan membuat wanita itu semakin emosi. Namun, sebelum Sita meluapkan emosinya dengan menghajar Hendra, pria itu lebih dulu menarik tangan Sita dan mengajaknya masuk.

"Udah, lu makan aja dulu. Terus minum obat, baru lu istirahat lagi. Mau lanjut juga gapapa. Sekalian kosan gua lu beresin." Cerocos Hendra sesuka hati meletakkan bungkusan makanan dan duduk di kasur yg baru dirapikan Sita.

"Muka lu gua tonjok nih, bangun! Duduk di lantai! Seenak jidat! Eh kutil minggir lu!" Sita menarik tangan Hendra dan menyeret pria itu ke lantai kamarnya.

"Jahat banget lu yee, yauda sini duduk makan nih. Gua beliin lu soto ayam dan banana nugget rasa campur - campur." Bungkusan demi bungkusan dibuka Hendra lalu makanan yg telah ia beli di letakkan dengan rapi di lantai.

Siapa yg tidak tergoda saat melihat deretan makanan yg menggiurkan? Sudah pasti Sita akhirnya menyerah dan memutuskan duduk di hadapan Hendra sambil membuka satu persatu bungkusan makanan.

"Gimana kabar si entong?" Sambil mengunyah kentang goreng yg dibelinya Hendra bertanya.

Pria itu menyenderkan tubuhnya di kasur berkaki rendah milik Sita. Kedua kakinya berselonjor nyaman dengan bungkusan makanan yg sudah habis di pangkuannya. Menoleh berulang kali ke arah Sita yg sibuk mengunyah dan memasukkan apapun yg ia lihat ke dalam mulutnya. Dengan tendangan ringan Hendra, Sita akhirnya menoleh.

"Entong yg mana?"

"Emang ada berapa entong yg lu kenal?" Tanya Hendra bingung.

"Kagak ada." Jawab Sita santai dan kembali mengunyah siomay miliknya.

"Heh, sapi! Serius gua!" Sekali lg Hendra menendang paha Sita yg terpaku dengan siomaynya.

"Bentar kampret, gua lg makan. Ga punya mata lu? Sabar."

"Ya tinggal jawab aja, itu mulut jgn ngunyah mulu!"

"Suka - suka gua. Ga sabar, pergi lu sana."

Mengalah, Hendra menunggu hingga akhirnya Sita selesai menyuapkan sendok terakhir siomay nya. Butuh waktu 15 menit untuk Sita selesai mengunyah, membereskan sisa makanan, minum dan kembali duduk. Menyebabkan Hendra mengunyah dengan kesal snack yg ia makan.

Marsita & MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang