Happy Reading!
"Jadi, kenapa lu nelfon gw?"
Suara Hendra dari sebrang menyadarkan Sita yang sedari tadi melamun. Ia tidak tau kenapa refleks menghubungi pria itu ketika bingung harus berbicara tentang gaun. Memang siapa Hendra? Stylish? Perancang busana? Bukan. Tapi, dia punya selera yang bagus sebagai pria.
Untuk apa dia melakukan ini?
Sitah kembali mengingat kejadian belum lama dengan Mahesa. Dimana pria itu ternyata sudah mengetahui perihal pembicaraannya dengan Anna. Bahkan tantangan yang diberikan Anna pun juga. Tapi, kenapa? Kenapa Anna harus memberitahu Mahesa?
Kenapa tidak?
"Huft." Sita menghela nafas lelah dan menjambak sebagian rambutnya karena frustasi.
"Kenapa lu?"
"Ndra, bantuin gw dong." Akhirnya, dia berbicara.
"Bantuin apa?"
Kembali Sita diam, antara ragu tapi ingin menceritakannya.
"......"
"Woy! Gw tutup ni ya! Emosi."
"Eh, tunggu.. tunggu.."
Sita benar - benar kehilangan akal, dia teringat perkataan sialan Mahesa sebelum mendadak mendapat panggilan penting yang mengharuskan mereka berpisah tadi. Iya, ditengah makan, Mahesa ditelfon Edward yang langsung membuat pria itu pergi dan meninggalkan pesan sialan.
'Be my partner. Gaboleh nolak. Aku bakal jemput kamu nanti. Pakai gaun dan dandan yang cantik, aku menantikannya.'
Setelah itu, Mahesa pergi meninggalkannya sendirian. Kebingungan dan marah. Jika tidak ada kalimat 'Gaboleh nolak' mungkin Sita akan bodoh amat dan berpura - pura lupa. Tapi, alasan apapun pasti tidak akan diterima Mahesa dan dia tau bagaimana bos iblisnya itu.
"Jadi, mau ngomong apa kagak lu?" Sekali lagi, ia tersadar dan mulai memijit cuping hidungnya.
"Iya iya, maaf ya. Gw mikir dulu tadi."
"Mikir apaan sih? Emang otak lu masih bekerja ya?" Sindiran Hendra biasa membuat Sita meledak, tapi kali ini dia tidak memiliki banyak tenaga dan terlalu pusing.
"Ndra, Sabtu lu kosong ga? Temenin gw ya?"
"Hah? Kemana? Lu mau ngajak gw ngedate?"
Helaan nafas Sita membuat tawa Hendra berhenti.
"Ada apa Sit?"
Sita menghela nafas lagi.
"Sabtu gw ceritain deh. Pusing gw uda. Mau bobo. Jadi lu bisa atau sibuk?" Tidak ingin berkelit - kelit, Sita langsung menanyakan perihal kelowongan Hendra.
Biasanya, jika Sita bicara begitu, Hendra bakal menggoda dan mengerjainya hingga marah yang berujung Sita ngambek. Tapi, kali ini tanpa banyak tingkah Hendra langsung setuju.
"Bisa. Mau jam berapa? Gw jemput?"
Kali ini Sita menghela nafas lega.
"Gausa, ketemuan aja di PIM. Jam 12 ya."
"Ok."
🍂🍂🍂🍂🍂
"Jadi, gimana ceritanya?" Hendra duduk setelah memesan salah satu ayam terbaik di indonesia itu dan membawanya ke meja mereka.
Sita yang menatap Hendra tidak percaya tetap mengambil minuman cola yang sudah dipesan lalu menyeruputnya. Beberapa teguk hingga akhirnya ia mulai berbicara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Marsita & Mahesa
Storie d'amoreMarsita Aysha Yusuf Wanita berusia 22 Tahun, bertubuh gemuk, dengan penampilan biasa, memiliki kepintaran standar, belum memiliki pengalaman pacaran satu kalipun. Hidup Sita awalnya begitu damai, hingga ia dipertemukan dengan seorang pria arogan yg...