M&M : 5

4K 271 1
                                    

Happy reading!

"Boleh kami bergabung?" Tanya Anna ramah.

"Oh, kami sudah akan per--"

"Tentu saja. Silahkan." Memotong perkataan Sita, Hendra mempersilahkan Anna untuk duduk di meja mereka.

Membuat Sita refleks menoleh dan membulatkan matanya tidak percaya.

"Apa kau lakukan?" Bisik Sita kesal.

Hendra tidak menjawab, hanya menggeleng dan meletakkan jari telunjuk di bibirnya sebelum kembali tersenyum pada Anna yg sudah mengambil posisi duduk di depannya. Sementara Mahesa mendapatkan posisi di depan Sita.

Ingin rasanya Sita mencubit pria disampingnya. Yang malah cengengesan karena wanita cantik di depannya. Hendra sibuk berbicara dengan Anna yg memang mudah berbaur dengan orang.

Tidak butuh waktu lama, mereka sudah akrab. Meninggalkan Sita dan Mahesa yg hanya diam seribu bahasa.

"Hmm, bapak mau mesen makanan?" Tanya Sita memecahkan keheningan.

"Menurutmu apa yg kulakukan disini? Memesan baju?" Jawab Mahesa ketus.

Dalam hati, Sita memaki. Menyesal telah mencoba untuk mencairkan suasana yg malah semakin canggung dan membuatnya kesal.

Sita menoleh ke arah Hendra yg sibuk berbicara dengan Anna dan memutuskan untuk memotong pembicaraan.

"Hen, lu diem dulu deh. Bu Anna mau mesen makan dulu." Gumam Sita mengingatkan Hendra.

"Oh iya. Maaf, silahkan pesen dulu aja. Permisi, mba!" Dengan sok gentleman, Hendra memanggil salah seorang waitress dan meminta menu.

Setelah memilih beberapa makanan, akhirnya Sita terpaksa memesan makanan lagi.

"Gua gamau tau, lu traktir gua." Bisik Sita di telinga Hendra.

"Iye badut."

Lalu mereka kembali ke pembicaraan mereka. Kali ini Anna mengajak Sita dan Mahesa untuk bergabung.

"Jadi, kalian berdua sudah bersahabat sejak kuliah?" Tanya Anna.

Sita mengangguk.

"Wah, pantas saja. Aku dan Hesa juga. Tapi, kami sudah berteman sejak SMA. Saat itu Mahesa pindah ke L.A dan menjadi murid paling pintar di sekolah." Jelas Anna membanggakan pria dingin di sampingnya.

"Oh benarkah? Wah, anda benar - benar hebat, Sir." Puji Hendra yg mendapat anggukan Mahesa.

Ntah bagaimana, mereka bertiga mengobrol dengan lancar seakan - akan Sita tidak pernah menjadi bagian disana. Akhirnya, Sita memutuskan mengambil ponselnya dan mulai membuka pesan - pesan dan socmed yg ia miliki.

"Sita? Kenapa kau diam saja?" Tanya Anna yg sejujurnya menganggu Sita yg tengah asik melihat berita tentang boyband korea favoritnya.

Canggung, Sita hanya tersenyum dan menggeleng.

"Tidak, aku hanya lebih suka mendengarkan." Jawab Sita beralasan.

Hendra disampingnya mengeluarkan dengusan mengejek.

"Mendengarkan darimana.." bisik pria itu yg mendapat hadiah injakan kaki dari Sita.

"Jika kau mendengarkan, kau tidak akan sibuk memainkan ponsel. Dasar tidak sopan." Kata - kata itu meluncur indah dari bibir Mahesa yg membuat Sita diam.

Dalam hati ia ingin sekali membalas perkataan pria kejam itu. Tapi, ia masih menghormatinya karena dia seorang atasan.

Sita bisa melihat bagaimana Anna mencoba menghentikan Mahesa dari cara Anna menyentuh lengan Mahesa.

Marsita & MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang