M&M : 26

1.8K 147 8
                                    

Sorry for the late update ya. Saya sekeluarga masuk rs ganti - gantian seakan tengah ngantri vaksin. Dari anak - anak, mama, kakak dan terakhir saya juga ikutan kebagian nikmati diinfus 🥲
Untuk part berikut saya update secepatnya, kalo ga besok mungkin lusa..
Terima kasih sudah baca cerita ini.

Happy Reading!

"Jadi, kamu bakal datang kan?" Suara Mahesa yang tiba - tiba muncul di belakang telinganya, membuat Sita tersentak.

Hampir saja ia menimpuk atasan iblis itu dengan tas yang ia pegang karena kaget. Tapi, pria itu lebih dulu menahannya dengan sigap. Kalimat makian pun hampir keluar dari bibir Sita sebelum terganti dengan istighfar.

"Astaghfirullah! Bener - bener ya pak! Kalo saya pingsan gimana?" Seru Sita yang marah karena keisengan Mahesa.

Sita sedang menunggu Linda buang air kecil di lobby kantor sebelum kejadian barusan. Tentu saja, melihat Sita yang melamun menatap keluar dinding kaca menimbulkan kejahilan Mahesa yang kebetulan baru turun dari lantai atas. Pria itu kini tertawa terbahak - bahak karena reaksi wanita itu. Meski dirinya bisa celaka.

"Lagian ngapain bengong sih? Kesambet baru tau."

"Ya kan lagi mikir itu bukan bengong." Elak Sita yang ketauan melamun. Tapi, dia tidak sepenuhnya bohong, memang dia melamun karena sedang memikirkan sesuatu.

Sesuatu yang membuat kepalanya pusing tujuh keliling.

"Mikirin apa sih? Aku ya?" Dengan pedenya Mahesa menunjuk diri sendiri dan membuat Sita refleks memperagakan ekspresi mual.

Kembali Mahesa tertawa. Ingin rasanya ia mencubit pipi Sita karena gemas jika saja Sita tidak akan marah dan mengamuk. Dengan berat hati dia menahan keinginan itu.

"Najis."

Mata Mahesa melotot karena kaget mendengar perkataan Sita tapi dia hanya tertawa. Tidak heran, wanita ini memang unik.

"Kamu ya, untung sayang. Eh."

"Apaan sih!" Sita menatap sekitar saat Mahesa tiba - tiba mengusap kepalanya.

Itu adalah tindakan canggung jika dilihat orang lain. Apalagi status Mahesa sudah memiliki tunangan. Meski hanya sebatas karyawan dan atasan, ini sudah kelewatan. Dia sendiri akan marah jika melihat perilaku seperti ini.

"Kenapa sih? Biasa aja. Ngomong - ngomong, kamu uda ada gaun buat pestanya kan?" Tanya Mahesa yang membuat Sita bengong.

Gaun? Apa dia tidak salah dengar?

"Buat apa gaun?" Sita terbodoh saat mengatakannya.

"Buat pesta nanti lah. Kan pake gaun atau dress formal. Kamu ga liat dress code?" Mahesa menatap Sita dengan tampang tidak berdosa. Seakan - akan wanita itu sudah sering mendatangi pesta kalangan atas seperti itu.

Ini benar - benar diluar perkiraan. Sita tidak tau jika pesta ini harus memakai pakaian yang.. sialan gaun? Dress formal? Dia cuma punya gamis lebaran yang sudah usang untuk satu - satunya pakaian sambung formal. Selebihnya, hanya setelan celana dan kemeja. Well, lihat bentuk tubuhnya! Apa dia pantas memakai dress? Meski pantas, Sita tidak begitu menyukainya.

"Gabisa pake kemeja rok aja gitu pak?!" Tanpa sadar Sita berteriak dan mengagetkan Mahesa bahkan dirinya sendiri yang buru - buru menutup mulut.

Mahesa menggaruk keningnya dengan ragu.

"Well, bisa aja sih. Tapi, ya ntar kamu dikira pelayan." Jawaban itu membuat Sita menatap Mahesa dengan horor.

Gila! Sebenarnya, pesta apa yang akan dia hadiri ini? Apa benar - benar tidak bisa jika memakai sesuatu selain gaun atau dress? Bagaimana bisa dia menjahit... tidak. Tidak. Siapa dan dimana yang menjual gaun atau dress ukuran tubuhnya?!

Marsita & MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang