M&M : 44

2.7K 209 5
                                    

Happy Reading!

"Ini semua salahmu! Kenapa egois sekali?" Seru Anna terlihat begitu kesal karena kejadian barusan.

Mereka berdua berjalan kesana kemari mencari Sita yang tidak kunjung terlihat. Kemana sebenarnya wanita itu pergi? Mahesa benar - benar khawatir. Berulang kali ia menatap ponselnya dan mencoba menghubungi Sita, tapi tidak ada jawaban. Umpatan demi umpatan lolos dari bibirnya dan tetap ia tidak berhenti mencari Sita.

"Why don't you pick up my call?!" Seru Mahesa kesal pada layar ponselnya.

"Dia juga ga angkat telponku." Ujar Anna yang ikut menghubungi Sita.

Setelah hampir setengah jam mencari, akhirnya Mahesa mendapatkan balasan dari wanita itu.

'Aku pulang sendiri.'

Dengan geraman di bibirnya, Mahesa kembali menghubungi Sita tapi panggilan itu tetap tidak diangkat. Sehingga Mahesa kembali memaki kesal.

"Sudahlah, biarkan dia sendiri dulu. Dia butuh waktu." Mengerti akan sikap Sita, sebagai seorang psikolog Anna menyarankan hal itu.

Setelah menenangkan diri, Mahesa menghela nafas dan mendengarkan Anna. Hanya saja ia ingin segera pulang dan menghampiri Sita ke kosannya. Namun, karena Anna tidak membawa mobil, terpaksa Mahesa harus mengantarkannya lebih dulu.

Sudah begitu lama sejak terakhir kali mereka berdua dalam satu mobil. Hal ini mengembalikan ingatan Anna pada masa - masa dulu. Sedikitnya menghangatkan dan membuatnya rindu. Tapi, ia harus menyadarkan diri, sekarang ia dan Mahesa tidak seperti dulu lagi.

"Kenapa kau melakukan itu?" Setelah keheningan yang panjang, Anna membuka suara.

"Apa?"

"Kau tau maksudku. Kenapa kau bertingkah seperti itu?"

Mahesa tidak langsung menjawab. Ia diam beberapa saat sebelum mengeluarkan suara.

"Sudah aku bilang, jangan memilihkan baju yang seperti itu. Kau melupakan semua permintaanku." Gumam Mahesa dengan suara pelan.

Anna menunduk dan teringat akan permintaan Mahesa di chat. Bagaimana pria itu meminta pertolongannya untuk mengesankan ayahnya dan tidak membuat Sita malu jika Ayahnya melakukan sesuatu. Anna tau Mahesa hanya ingin dia memilih gaun yang 'pantas' dan bukan yang begitu menarik perhatian seperti itu.

Sudah sifat Mahesa untuk tidak memamerkan miliknya di depan umum. Anna sangat mengetahui itu, Mahesa benci hal itu. Bukan tidak suka, Anna bisa melihat jika reaksi Mahesa saat melihat Sita adalah tergila - gila. Pria itu bisa saja membuat kehebohan dengan menyerang kekasihnya di tempat umum saat itu, tapi ia menahannya.

"Maaf."

Mahesa menghela nafas.

"Just choose something nice. Bukan untuk pamerkan, aku benci saat mata - mata lapar itu menatapnya."

Anna menatap Mahesa dalam. Memperhatikan raut wajah pria itu saat mengatakan semuanya. Ia lagi - lagi merasa cemburu. Bagaimana pria ini begitu memperdulikan Sita, membuatnya kesal. Tapi, ia tidak punya hak apapun. Tidak ada celah untuknya lagi. Hati itu benar - benar sudah dipenuhi wanita lain.

"Kau benar - benar mencintainya ya?"

"Menurutmu?"

Kata - kata itu membuat Anna tersenyum. Begitulah Mahesa, ia hanya akan mengatakan kata singkat saat kesal.

"Tapi, bagaimana bisa kalian tidak menemukan satupun yang.."

"..Kau tau bagaimana semua gaun itu kan? Tidak ada yang menutup bagian itu sama sekali!" Akhirnya teriakan frustasi Mahesa keluar.

Marsita & MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang