M&M : 28

1.7K 158 8
                                    

Happy Reading!

Hendra terus menatap ponselnya yang sudah berulang kali berdering. Membiarkan begitu saja benda itu berbunyi tanpa keinginan untuk mengangkatnya. Meski ia ingin menjawab panggilan itu, tapi hatinya menolak. Karena ia tau apa yang akan Sita katakan saat ia mengangkat telpon itu.

Akhirnya, setelah 10 kali panggilan tak terjawab, Sita berhenti. Ponsel itu tidak lagi berdering. Hendra masih menunggu, berikutnya pasti Sita akan mengiriminya berpuluh - puluh pesan. Ia sudah menghapal kebiasaan wanita itu.

Seperti yang ia katakan, pesan pertama masuk dan dilanjuti dengan pesan - pesan berikutnya yang hampir semuanya berisi makian. Tapi, seperti Sita yang ia kenal, meskipun pemarah, Sita sangat peduli dengan orang lain. Terutama padanya.

'Woy, lu gapapa kan, Nyet?'

'Lu sakit?'

'Lu ga sekarat kan, woy!'

'Ndra! Lu mati ya?!'

'Ndra! Seriusan dong!'

'Hendraaaa'

'Kasih kabar dong, kan gua takut!'

'Mati beneran ini orang kayanya..'

'WOY BODAT!'

Hendra tidak bisa berhenti tersenyum melihat setiap balasan Sita. Pesan - pesan wanita itu selalu berhasil membuatnya tertawa dan terhibur. Tanpa diketahui Sita, wanita itu selalu menjadi tempat pelariannya saat sedang stress, sedih dan butuh teman. Dan hanya wanita itu yang bisa menghibur dan membuatnya nyaman. Selalu ada untuknya disaat ia butuhkan. Meski ia menolak untuk mengakuinya.

Mengakui bahwa ia membutuhkan Sita.

Iya, dia baru menyadarinya. Menyadari bagaimana perasaannya pada wanita itu. Dia sendiri terkejut dan tidak percaya, seseorang seperti dia jatuh cinta pada wanita yang bahkan tidak pernah menjadi tipe kesukaannya.

"Dasar bodoh." Gumam Hendra membaca semua pesan tidak penting Sita dari pop up yang muncul.

Raut wajahnya berubah menjadi sedikit heran saat melihat pesan selanjutnya.

'Gua bingung nih, Ndra.'

'Lu kemana sih?'

'Pas gua butuh, lu selalu ilang.'

Saat itu seakan ditusuk ribuan jarum, hati Hendra terasa perih. Mengingat betapa bodohnya dia selama ini. Memperlakukan Sita dengan seenaknya. Menghubungi saat ia butuhkan dan meninggalkan nya saat tidak lagi ia butuhkan. Dia sadar itu, tapi ia harus melakukannya. Dia membutuhkan Sita, namun tidak ingin wanita itu salah paham. Ia takut Sita akan menganggap lebih dan itu bisa menyebabkan persahabatan mereka hancur untuk selamanya.

Ia tidak ingin itu terjadi, sehingga ia harus melakukan ini. Memanfaatkan kebaikan hati Sita yang tidak akan tega setiap ia menghubunginya meski sudah ia lupakan. Lalu menerapkan cara seperti yang ia mau. Sekedar ingin mengetahui keadaan wanita itu. Tidak lebih.

Tapi, setelah kini ia tidak memiliki pengalihan lagi, Hendra tidak bisa berhenti. Ia tidak bisa berhenti menghubungi Sita. Meski kadang mereka akan berhenti chat - chatan, beberapa hari berikutnya ia pasti akan kembali menghubungi wanita itu.

Tidak seperti dulu, ia bisa tidak menghubungi Sita lebih dari 2 bulan atau bahkan paling lama 7 bulan. Tetapi tetap bisa mengetahui keadaan wanita itu dari socmed. Sekarang, sejak Sita jarang menggunakan hal itu, ia mulai tidak tenang.

Membaca tiga pesan terakhir Sita, pria itu hampir mengirim balasan. Namun, ia tahan dan ia berharap Sita tidak akan pergi. Itulah alasan kenapa dirinya tidak ingin mengangkat telponnya.

Marsita & MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang