🌻 [2] PANGERAN

1K 461 498
                                    

"Jatuh cinta bisa dalam sekejap mata. Tanpa aba-aba, dan tanpa persiapan."

💙 HAPPY READING 💙

Dengan jalan sedikit tergesa, Dira menuju kelasnya. Rambut panjangnya yang diikat bergerak mengikuti langkahnya.

Bunyi notifikasi yang berasal dari ponselnya, membuat Dira segera meraih benda pipih itu dari saku roknya. Rupanya ada pesan masuk dari Amanda yang menanyakan keberadaan Dira yang hingga kini belum tiba di kelas.

Sambil mengetikkan balasan untuk Amanda, Dira terus berjalan tanpa memperhatikan sekitarnya. Tanpa sengaja, ia menabrak seseorang dan ponselnya pun terjatuh.

"Awh!" Dira meringis sambil mengelus dahinya yang terasa sakit akibat menabrak cowok di depannya.

Cowok dengan seragam abu-abu yang sangat rapi itu, sedikit membungkukkan badan lalu mengambil ponsel Dira yang terjatuh.

Tangannya bergerak mengulurkan ponsel itu kepada si empunya.

"Makasih ...," jawab Dira sambil tersenyum.

Tatapan Dira terkunci pada kedua bola mata hitam milik cowok di depannya itu. Ia cowok yang sama, yang kemarin dilihat Dira di kantin.

"Lain kali, kalau jalan itu hati-hati," ujar Iqbaal ramah. "Kalau bisa, jangan sambil main handphone kayak tadi."

Suara itu terdengar sangat lembut di telinga Dira. Ternyata selain tampan, cowok itu juga berhati lembut.

"Maaf, ya, Kak," ujar Dira.

Cowok dengan nama lengkap Iqbaal Danendra Adhitama itu, tersenyum manis kepada Dira.

Untung saja orang yang ia tabrak itu adalah Iqbaal. Cowok baik dan ramah, yang tidak akan mempermasalahkan kejadian kecil seperti tadi. Seandainya yang ditabrak adalah Ferly, maka sudah pasti Dira sekarang dalam masalah.

"Gue Iqbaal," ujarnya memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan pada Dira.

Dengan sedikit ragu, Dira menerima uluran tangan itu. Tangan mereka saling bersentuhan, menciptakan sensasi yang belum pernah keduanya rasakan.

"Dira," jawab gadis itu, lalu jabatan tangan mereka pun terlepas.

"Sekelas sama Amanda?" tanya Iqbaal.

"Iya, Kak," jawab Dira. "Kakak kenal Amanda?" tanyanya balik.

"Enggak. Cuma sekadar tau aja, sih," jawab Iqbaal lalu terkekeh pelan.

Bunyi notifikasi dari ponselnya kembali mengambil alih perhatian Dira.

Lagi-lagi pesan masuk dari Amanda.
Teman barunya itu tidak tahu saja jika ia sedang bertemu dengan pangeran yang sangat tampan dan manis.

"Gue ke kelas dulu, ya, Kak," pamit Dira.

"Eh, iya," jawab Iqbaal. "Hati-hati, ya."

Dengan senyum malu Dira mengangguk, lalu berlalu meninggalkan Iqbaal yang masih berdiri di posisinya sambil menatap kepergian gadis itu.

Baru kali ini seorang Iqbaal Danendra Adhitama‒cowok paling pintar di SMA Adhitama‒itu tertarik pada seorang gadis yang belum dikenalnya.

⸙⸙⸙

"Lo pada nggak mau ke kantin?" tanya Revan pada ketiga sahabatnya.

Dua di antaranya sedang bermain game online di ponsel, sementara yang satu sedang sibuk dengan buku di mejanya.

"Bentar, bentar ...," ujar Kevin yang masih fokus dengan layar ponselnya.

"Gue duluan aja, deh," kesal Revan. "Cewek-cewek di kantin pasti udah pada nungguin gue."

Revan Aryaduta. Playboy senior di SMA Adhitama itu dikenal hampir oleh seluruh murid di sekolah tersebut.

Jika sahabatnya Iqbaal, terkenal dengan kepintarannya, Ferly dengan kenakalannya, maka lain halnya dengan Revan yang terkenal dengan keahliannya dalam menaklukkan hati para gadis. Bahkan janda sekalipun. Jangan heran!

Iqbaal menutup buku yang sejak tadi ia baca, lalu mengambil buku lain yang ada di dalam tas ranselnya.

"Nah, gitu, dong, Bal!" seru Revan bersemangat sambil merangkul bahu Iqbaal. Mengira bahwa sahabatnya itu akan pergi ke kantin bersamanya.

"Apa?" tanya Iqbaal bingung.

"Mau ke kantin, kan?" tanya Revan balik.

Iqbaal menurunkan tangan Revan dari bahunya, lalu memperlihatkan sebuah buku yang ia pegang. "Gue mau ke perpustakaan, balikin buku."

Revan berdiri dengan ekspresi kecewa yang dibuat-buat. Padahal dia sudah sangat percaya diri bahwa Iqbaal akan ikut ke kantin bersamanya, tetapi ternyata salah.

"Gue duluan, ya," pamit Iqbaal pada Revan, lalu menoleh pada Ferly dan Kevin. "Temenin dia, nih. Enggak kasihan apa."

Sambil terkekeh pelan, Iqbaal berjalan meninggalkan kelas dan menuju ke perpustakaan.

Melihat Ferly dan Kevin yang sama sekali tak mengalihkan pandangan dari ponsel masing-masing, membuat Revan geram. Cowok dengan baju yang keluar dari celana itu menggebrak meja kedua cowok itu dengan kesal.

"KANTIN, WOY! KANTIN! MABAR MAH NANTI AJA! KEBURU BEL MASUK, NIH!"

"Shit!" umpat Ferly geram. Terkejut akibat kelakuan Revan.

Kevin yang sama geramnya dengan Ferly, memasukkan ponselnya ke dalam saku celana lalu berdiri.

"Sini lo," titah Kevin dengan wajah seramnya. Sementara Revan tertawa ngakak melihat ekspresi cowok itu.

"Ayo kita hajar dia, Fer!" ajak Kevin pada Ferly.

Ferly berdiri di samping Kevin lalu bersiap menerkam Revan dan mengeroyoknya saat itu juga.

Sadar akan situasi yang tak baik untuknya, Revan perlahan mundur, lalu detik berikutnya saat Kevin dan Ferly bergerak maju, ia dengan secepat kilat berlari meninggalkan kelas.


***Juara Kedua***

Semoga kalian suka yah, heheh.
Inget, jangan lupa vote sama coment yah, heheh.

See u

JUARA KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang