🌻[15] KEDEKATAN

559 205 253
                                    

"Rasa nyaman tanpa sadar akan bermetamorfosis menjadi rasa suka, lalu berubah menjadi rasa sayang dan akhirnya rasa takut kehilangan."

Semakin hari, Dira semakin dekat dengan Iqbaal. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, bahkan sering teleponan saat malam hari.

Benih-benih cinta di antara mereka sepertinya sudah tumbuh dengan subur. Keduanya pun mengakuinya.

Dira memperhatikan Iqbaal yang sedang fokus dengan rumus-rumus di depannya. Sesekali cowok itu menanyakan apakah Dira ada kesulitan dengan soalnya, lalu ketika gadis itu menggeleng, maka Iqbaal akan kembali melanjutkan pelajarannya.

Mereka kini berada di perpustakaan sekolah. Ruangan yang minim pengunjung itu memberikan suasana tenang, sejuk, dan damai. Pas sekali untuk belajar.

Seperti Iqbaal, saat ini ia sedang mengerjakan soal-soal dari olimpiade tingkat Nasional tahun-tahun sebelumnya. Seminggu lagi lombanya akan dimulai, maka Iqbaal harus belajar, berdoa, dan bekerja extra.

Sementara Dira mengerjakan tugas sekaligus modus pada Iqbaal.

"Kak," panggil Dira.

Iqbaal yang sedang konsentrasi menghitung angka-angka yang lumayan banyak tidak menjawab Dira, membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya.

Dira terdiam sebentar, sambil berusaha mengerjakan soal yang sangat sulit untuknya. Menunggu Iqbaal selesai dengan hitung-hitungannya.

"Kenapa, Dir?" tanya Iqbaal kemudian.

Dengan ragu Dira mendorong pelan buku tulisnya. Iqbaal membacanya sebentar lalu seperti biasa mulai menuliskan rumus di bawah soal tadi, sekaligus dengan keterangannya dan cara memasukkan angka-angka tersebut ke dalam rumus.

Dira memperhatikannya sebentar, lalu mencoba mengerjakannya. Dan, berhasil! Gadis itu tampak senang saat Iqbaal mengatakan jawabannya benar.

"Em ... Kak," panggil Dira lagi.

Kali ini Iqbaal langsung menoleh dan berkata, "Ada yang susah lagi?"

Dira menggeleng polos. "Bukan, Kak. Aku kayak gini ganggu Kak Iqbaal, nggak, sih?"

Iqbaal menatap Dira yang juga sedang menatapnya dengan ekspresi kaku. Pandangan mereka bertemu.

"Kamu nggak ganggu, kok," jawab Iqbaal tulus. "Aku malah senang, ada yang nemenin belajar."

Tidak dapat ditutupi. Dira tersipu mendengarnya. "Serius, Kak?" tanyanya lagi untuk memastikan.

Iqbaal mengangguk cepat. "Enggak tau kenapa, kalau deket sama kamu, tuh, rasanya nyaman," ungkap Iqbaal.

"Aku juga sama," batin Dira. Tidak punya keberanian untuk mengatakannya secara gamblang.

Dira hanya terdiam dengan muka memerah bak tomat. Walaupun begitu, Iqbaal merasa bahwa ia memiliki kesempatan saat melihat ekspresi Dira.

Mereka lalu melanjutkan kegiatan belajar tersebut. Saat bel tanda masuk berbunyi, mereka bersiap-siap untuk kembali ke kelas. Namun, sebelum mereka berpisah di tangga menuju kelas XII IPA, Iqbaal sempat mengatakan sesuatu yang membuat tubuh Dira meremang.

"Kalau suatu hari nanti aku benar jatuh cinta sama kamu, apa kamu mau kasih aku kesempatan?"

⸙⸙⸙

Sejak tadi Amanda menatap aneh ke arah Dira. Wajah temannya itu terlihat sangat cerah dan ceria. Seperti habis menang lotre saja.

"Kenapa, sih, Dir?" tanya Amanda bingung. "Cerita-cerita, dong, sini."

JUARA KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang