🌻 [40] SEBUAH SURAT

114 40 4
                                    

HAPPY READING💙

___________

"Rasanya begitu sakit, saat mencintai seseorang yang tak mampu berpaling dari masa lalunya."

_________

Keheningan berhasil tercipta di ruangan dengan dominasi cat navy itu. Setelah Kevin, Revan, dan Amanda meninggalkan kamar Ferly, keduanya tak saling bicara.

Baik Dira maupun Ferly sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Makasih udah nemenin gue." Itulah yang terucap dari Ferly, meski tatapannya bukan pada Dira.

"Justru aku yang bilang makasih, karena Kak Ferly udah nolongin aku," ujar Dira.

Ferly menoleh pada gadis itu. "Itu udah jadi kewajiban gue."

Alis Dira sedikit terangkat saat mendengar ucapan Ferly barusan. Kewajiban? Kewajiban apa?

"Maksudnya kak?" tanya Dira meminta penjelasan.

Cowok dengan perban di kepala itu terdiam cukup lama. "Iqbaal minta gue buat jagain lo."

Dira terpaku beberapa saat mendengarnya. Ada perasaan senang saat tahu Iqbaal masih peduli padanya.

"Lo masih berharap sama dia?"

Pertanyaan itu berhasil membuat Dira bungkam. Ia tak dapat membohongi perasaannya. Gadis itu masih berharap suatu hari Iqbaal akan kembali lagi padanya. Tapi, disisi lain Dira berusaha mengubur harapan itu dalam-dalam. Iqbaal tak akan kembali. Cowok itu sendiri yang mengatakannya.

"Gapapa kalo lo gak mau jawab." Ferly berucap seolah mengerti perasaan gadis itu.

"Kak Ferly udah makan obat?" tanya Dira, sengaja mengalihkan pemicaraan.

Cowok itu hanya menggeleng pelan.

"Obatnya dimana?" tanya Dira lagi.

Ferly menoleh datar. "Di laci nakas."

Dira mengangguk, kemudian berjalan menuju nakas yang berada di samping kiri kasur.

Tangan Dira bergerak membuka laci nakas tersebut. Ada beberapa obat-obatan disana. Dira mengambilnya, lalu menutup kembali nakas tersebut.

Pandangan Dira tertuju pada laci nakas nomor dua yang sedikit terbuka. Dira sedikit berjongkok lalu berniat menutup rapat laci tersebut.

Dira tidak jadi menutupnya, saat tak sengaja melihat sesuatu dalam laci itu. Sebuah amplop berwarna biru, bertuliskan untuk Di. Karena penasaran, Dira sedikit membuka laci itu untuk membaca kelanjutannya.

untuk Dira,

Begitulah tulisan yang tertera pada amplop berwarna biru itu. Dira menatapnya bingung. Apa itu untuknya?

"Udah dapat obatnya?" Suara Ferly membuat Dira langsung menutup laci tersebut, lalu berdiri dan melangkah kesamping kasur.

"Udah kak," jawabnya.

Dira membuka obat tersebut lalu memberikannya pada Ferly.

Pikiran Dira selalu tertuju pada surat tersebut. Ia sangat yakin surat itu untuknya. Bukan untuk Dira yang lain.

Beberapa menit kemudian, akhirnya Ferly tertidur. Dira tak ingin melewatkan kesempatan. Ia harus mengetahui isi surat itu.

JUARA KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang