🌻 [51] D I P E N J A R A

90 40 12
                                    

HAPPY READING💙
_______________

"Gue emang suka sama Dira. Tapi, gue gak bakal ngerebut dia dari lo."
_____________

Hari ini Reno ditemani Iqbaal datang ke kantor polisi untuk menjenguk Ferly. Siska tidak ikut karena menemani Dara di rumah.

Setelah dipersilakan masuk, Reno dan Iqbaal duduk di kursi sambil menunggu Ferly. Tak lama kemudian Ferly datang bersama seorang polisi. Ferly berdiri di depan keduanya. Sementara polisi tadi berdiri agak jauh dari mereka.

"Gimana keadaan lo?" tanya Iqbaal.

Ferly menoleh pada Iqbaal. Cowok dengan baju tahanan berwarna orange itu tersenyum tipis lalu mengatakan ia baik-baik saja.

Meski pada kenyataannya ia tidak sedang baik-baik. Sepanjang malam ia tak bisa tidur di dalam penjara tersebut. Pikiran Ferly sangat kacau. Belum sembuh duka atas kehilangan kakeknya, sekarang ditambah lagi kasus pembunuhan Alvaro yang membuatnya ditetapkan sebagai tersangka.

Selain itu, di dalam penjara tersebut hanya ada selapis karton sebagai alas untuk tidur. Belum lagi udara yang dingin dan nyamuk yang begitu banyak, membuat Ferly sama sekali tak bisa tidur walau hanya sebentar.

"Kamu itu yah, memang gak pernah berhenti cari masalah!" tukas Reno pada Ferly.

Ferly tidak terkejut dengan bentakan Reno. Ia sudah menduga bahwa pasti Reno akan sangat marah padanya.

"Kamu itu bikin malu keluarga! Apa kamu sadar atas apa yang kamu lakukan?!" bentaknya.

"Maafin Ferly, om," ujar Ferly tanpa menatap pada Reno.

"Maaf kamu bilang?! Udah berapa kali kamu minta maaf, dan kembali buat masalah baru!" hardik Reno.

"Keluarga kita itu baru aja berduka atas kepergian kakek kalian. Dan sekarang, kamu malah menambah masalah dengan melakukan perbuatan kriminal seperti itu?!"

Iqbaal berusaha menenangkan ayahnya itu. "Ayah, cukup. Jangan marah-marah terus, ini kantor polisi," ujarnya.

Reno menarik nafas pelan lalu menghembuskannya kasar. "Selama ini di keluarga kita tidak ada seorang kriminal seperti kamu!" tampiknya.

"Tidak ada satu pun keturunan Adhitama yang merupakan pembunuh seperti kamu ini!" hardik Reno penuh amarah.

Reno benar-benar tak bisa mengendalikan amarahnya.

"Cukup, om!" berang Ferly. "Kalo Om kesini cuma buat menghakimi saya, menghina saya, ngomong seenaknya sama saya, mending Om pergi dari sini!" sentaknya sambil menunjuk keluar ruangan tersebut.

"Kamu itu sudah salah masih berani melawan?! Apa kamu gak punya malu?!"

"Om, cukup! Saya tau saya salah, tapi Om gak berhak bicara seenaknya sama saya. Saya sudah cukup sabar menghadapi Om, tapi kesabaran saya sudah habis, Om," ungkap Ferly.

"Tolong Om pergi dari sini, karena saya gak butuh anda!" usir Ferly.

Mendengar ucapan Ferly yang terkesan tak sopan membuat Reno geram. Hampir saja ia memukul keponakannya itu jika saja ia tidak sadar bahwa sekarang mereka sedang berada di kantor polisi. Bahkan polisi yang tadi datang bersama Ferly, yang mengawasi di ruangan tersebut menatap mereka dengan tajam.

JUARA KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang