🌻 [6] PLAYBOY

737 335 239
                                    

"Semakin hari, manusia semakin membingungkan saja. Yang terlihat fuckboy dari luar ternyata goodboy aslinya. Sementara yang terlihat goodboy dari luar, ternyata dialah fuckboy sesungguhnya."

🌷 HAPPY READING 🌷

"

Hujan gerimis makan kedondong, percuma adek manis, kalau sama Abang sombong."

Pantun receh yang dilontarkan Revan sukses membuat adik kelas yang sejak tadi ia usik itu, semakin risih.

Ferly, Iqbaal, dan Revan hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah nyeleneh sahabat mereka itu.

"Ganteng doang, hobinya ngebuaya," cibir adik kelas tadi, kemudian berlalu meninggalkan kantin.

Beberapa murid di kantin yang mendengar sindiran adik kelas itu tertawa pelan. Memang dasar Revan rajanya playboy SMA Adhitama.

"Kena juga lu!" ujar Kevin lalu kembali tertawa.

Revan mengelus dadanya pelan lalu kembali duduk di kursi yang ada di samping Iqbaal. Tadinya ia berdiri di sisi meja, memasang gaya dan tampang sok cool-nya lalu menggoda setiap gadis yang lewat di depannya.

Para siswi yang ada di sekolah tersebut sudah terbiasa dengan gombalan receh dari si Buaya Darat itu. Ada yang merasa senang, malu, baper, dan tak jarang ada juga yang merasa risi seperti adik kelas tadi.

"Parah, Bro. Masa gue dikatain buaya."

Revan mengadu pada ketiga sahabatnya yang tentu saja tidak peduli. Ia lalu mengambil es jeruk miliknya dan meneguknya hingga tandas.

"Tapi nggak apa-apa, sih, dikatain buaya, yang penting dia masih mengakui kegantengan gue," lanjut Revan lagi.

Kevin mendorong pelan mangkuk berisi mi pangsit ke depan Revan. Aroma sedap langsung menyambut penciuman cowok itu.

"Makan. Jangan cewek terus lo pikirin," ujar Kevin menasihati.

Jika sudah dihadapkan dengan makanan favoritnya, maka Revan tidak akan bisa menolak. Tanpa menunggu lama, ia langsung melahap mi pangsit itu.

"Gini, nih, cara ngasih makan buaya," ujar Kevin pada Ferly dan Iqbaal.

"Gue baru kali ini liat buaya makan mi pangsit," kekeh Iqbaal.

"Jangan salah, Bal," ujar Kevin lalu menepuk pelan bahu Revan. "Buaya yang satu ini seleranya tinggi. Enggak bakal mau, tuh, dikasih daging mentah, harus diolah dulu."

Candaan Kevin lagi-lagi berhasil mengundang gelak tawa Iqbaal juga Ferly. Kali ini lebih keras.

"Udah, udah," ujar Iqbaal sambil berusaha menghentikan tawanya. "Makan aja makan, biar banyak tenaga buat ulangan kimia nanti."

Mendengar kata 'ulangan' apalagi mata pelajaran kimia, membuat mood ketiganya berubah.

Padahal mereka ini adalah anak-anak IPA. IPA satu pula, tapi jika sudah dihadapkan dengan Matematika, Fisika, dan Kimia, maka mereka memilih mengibarkan bendera putih.

Padahal pelajaran-pelajaran itu seharusnya menjadi makanan pokok mereka sebagai anak IPA.

"Pake ngingetin segala," ujar Ferly.

"Tau, nih, Bal. Udah enak-enakan makan juga," sahut Revan.

"Iqbaal nggak asyik, ah!" timpal Kevin.

Iqbaal menggeleng pelan. Mereka bertiga ini memang sama saja.

"Senang-senang, seru-seruan boleh. Asal jangan lupa tujuan utama kita ke sekolah," nasihat Iqbaal.

"Tujuan utama gue ke sekolah ya buat senang-senang," jawab Ferly enteng.

JUARA KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang