🌻 [3] BERBEDA

925 398 505
                                    

"Setiap orang memiliki sisi baik  jahat, tergantung kondisi dan dengan siapa ia berhadapan."

💙 HAPPY READING 💙


Keluar masuk ruang BK adalah hal biasa bagi seorang murid berandalan, yang tidak bisa jika tidak membuat keributan walau sehari saja.

Ferly contohnya. Badboy biang onar yang selalu merepotkan guru-guru itu, hampir setiap hari dipanggil ke ruang BK untuk diberi teguran, hukuman, dan juga ceramah panjang lebar dari Bu Reta‒guru BK paling galak seantero sekolah.

"Kamu lagi, kamu lagi," ujar Bu Reta sambil menggeleng pelan. "Apa kamu tidak bosan masuk ke ruangan ini terus?"

Memilih tidak menjawab, Ferly hanya menatap malas ke arah guru tersebut.

"Ibu saja sudah bosan melihat kamu hampir setiap hari keluar masuk ruangan ini," lanjut guru berkacamata itu.

"Bukan cuma Ibu yang bosan lihat saya. Saya juga sebaliknya," balas Ferly dengan kurang ajar.

Emosi Bu Reta sangat mudah terpancing saat sudah berhadapan dengan murid yang satu ini. Jika saja sekolah ini bukan milik kakeknya, maka pasti sejak kelas sepuluh ia sudah dikeluarkan.

"Hukuman apa lagi kali ini?" tanya Ferly seolah sangat menunggu keputusan tentang hukumannya kali ini.

Pasti tidak jauh-jauh dari mengepel lantai, membersihkan halaman belakang sekolah, menyikat toilet guru hingga kinclong, lari mengelilingi lapangan sebanyak sepuluh putaran, atau diskors. Ferly sudah sangat hafal dengan hukuman-hukuman itu dan terbiasa juga melakukannya.

"Bersihkan semua toilet perempuan yang ada di sekolah ini, tanpa terkecuali!" titah Bu Reta.

Ferly mengumpat saat mendengar hukuman yang diberikan padanya. Gila. Benar-benar gila! Biasanya ia hanya disuruh membersihkan toilet pria atau toilet guru saja, tetapi ini

Toilet perempuan!

"Saya nggak mau."

"Terima hukuman itu atau kamu saya skors," ancam Bu Reta.

Tidak mungkin jika Ferly harus diskors lagi, sementara belum ada seminggu ia bersekolah lagi setelah tiga hari di skors karena ketahuan memukuli ketua OSIS hingga babak belur. Saat itu Adhitama sangat marah pada Ferly dan mengancam akan menarik semua fasilitas seperti mobil, motor, dan juga kartu ATM jika hal serupa terulang lagi.

Maka dengan penuh rasa keterpaksaan, Ferly menerimanya. Menerima hukuman yang dianggapnya gila dari guru BK super galak itu.

"Oke, saya terima."

Setelah itu, Ferly berjalan meninggalkan ruang BK dengan santai, tanpa berpamitan terlebih dahulu.

Kedua tangannya masuk ke dalam saku celana abu-abunya. Tatapan Ferly begitu tajam dan juga horor, membuat para murid yang dilaluinya tak ada yang berani menyapa atau sekadar melihatnya.

Begitulah Ferly. Tipe murid yang disegani dan juga dihindari kebanyakan murid SMA Adhitama.

⸙⸙⸙

Toilet perempuan yang berada di lingkup kelas XI IPA, berhasil ditutup oleh Ferly. Beberapa siswi yang kebelet, terpaksa harus berbalik arah dan mencari toilet lain karena Ferly sama sekali tidak membiarkan seorang pun masuk.

Saat ini Ferly sedang mengepel lantai salah satu toilet perempuan yang ada. Tadi ia sudah menyelesaikan tugasnya di toilet perempuan kelas X.

Meski terkenal sombong dan suka membangkang, tetapi Ferly selalu melaksanakan hukuman dengan baik. Meski terkadang ketika kemalasannya kambuh, maka ia akan membebankan hukuman itu kepada siapa pun yang ia mau.

"Duh ... kebelet banget!" ujar seorang gadis sambil berlari menuju toilet.

"WOI!" bentak Ferly pada gadis itu membuatnya mendongak.

Tatapan mereka bertemu. Ferly bisa melihat dengan jelas bahwa gadis yang tanpa aba-aba langsung menerobos masuk itu adalah Dira.

"Lo nggak liat gue lagi ngapain?"

"Ngepel, kan?"

"Lo―"

"Sssttt!" Dira menutup bibirnya dengan telunjuk. "Lo diem dulu, gue bener-bener udah kebelet."

Setelah itu Dira langsung masuk ke salah satu bilik toilet di sana, tak memedulikan Ferly yang menatapnya nyalang.

Gadis itu memang sangat suka membuatnya emosi.

Selang beberapa menit, Dira keluar dengan ekspresi lega lalu mengembuskan napasnya pelan. Saat menyadari sesuatu, ia menelan salivanya gugup. Hanya ada mereka berdua di sini, dan itu sangat berbahaya apalagi melihat tatapan mata Ferly yang begitu mengintimidasi.

Ferly tidak mengatakan apa-apa, tetapi dari tatapan matanya seolah mengatakan bahwa ia tidak akan membiarkan gadis angkuh ini lewat.

"Dih, ganteng-ganteng mukanya udah kayak psikopat!" ceplos Dira, gadis itu lalu spontan menutup mulutnya.

Ferly langsung menjatuhkan alat pel yang dipegang tadi ke lantai dengan kasar. Suaranya terdengar nyaring di ruangan itu. Detik berikutnya, Ferly mendekat lalu mendorong kedua bahu Dira hingga terpojok di dinding.

"Kenapa diam?" tanya Ferly dingin.
Saat ini posisi mereka sangat dekat.

Bahkan saat Ferly berbicara, Dira bisa merasakan embusan napas cowok itu menerpa wajahnya.

"Le-lepasin gue," pinta Dira gugup.
Dari jarak sedekat ini, Ferly bisa merasakan bahwa gadis itu ketakutan. Bahkan gemetaran.

"Baru segini aja lo udah takut," kata Ferly meremehkan.

"Lepasin," lirih Dira.

Takut. Itulah yang Dira rasakan sekarang. Bukan takut Ferly akan melukainya atau memukulnya, tetapi takut cowok dengan tatapan tajam itu akan bersikap kurang ajar padanya. Apalagi sekarang situasi dan kondisi sangat menguntungkan bagi Ferly.

"Ini peringatan pertama. Gue harap setelah ini lo nggak cari gara-gara lagi sama gue," Peringat Ferly dengan nada dingin.

"Gue bisa lakuin apa aja yang gue mau," ujar Ferly lagi, "bahkan yang lebih dari ini."

Setelah mengatakan itu, Ferly melepaskan cengkramannya pada bahu Dira, lalu mundur beberapa langkah.

Baru saat itu Dira bisa bernapas sedikit lega. Tak ingin membuang waktu, ia langsung meninggalkan toilet tersebut dengan napas yang tidak beraturan.

Sial! Baru kali ini ia merasa setakut itu hanya karena tatapan dan nada bicara dari seorang cowok.

***Juara Kedua***

Hai guys!

Maap yah baru bisa up sekarang. Tahu sendiri kan anak sekolah bnyak tugas, trus banyak kesibukan yg lain juga. Hehe

Kalo ada typo maap aja yah, hehe

Jangan lupa vote sama coment

Makasih

Oke. See youu💙

JUARA KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang