🌻 [49] B E R D U K A

115 53 10
                                    

HAPPY READING 💙

______________

"Tidak ada yang lebih menyakitkan dari kehilangan seseorang yang paling disayang untuk selamanya."
_______________

Keadaan di rumah sakit malam itu, sangat mengharukan. Suara tangisan pilu memenuhi koridor di depan sebuah ruangan bertuliskan, 'Kamar jenazah' itu.

Beberapa menit yang lalu, Ferly, Revan, Kevin, serta Iqbaal dan kedua orang tuanya keluar dari kamar jenazah tersebut setelah melihat jenazah Adhitama.

Adhitama menghembuskan nafas terakhirnya saat mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Kevin dan Revan berusaha menenangkan Ferly. Cowok itu  sangat terpukul atas kepergian kakeknya.

Sementara Dira duduk di samping Iqbaal sambil mengelus bahu cowok itu dengan lembut. Sejak tadi Iqbaal terus menangis sambil menunduk. Kedua mata cowok itu bahkan memerah.

Reno dan Siska duduk di kursi panjang yang berhadapan dengan Dira dan Iqbaal. Tatapan Reno terlihat kosong. Pria itu benar-benar terpukul dan merasa tak rela harus kehilangan ayahnya itu.

Tangan Ferly meninju tembok di depannya berkali-kali hingga tangannya terluka. Cowok itu benar-benar geram. Alvaro, musuhnya itu sudah menghabisi nyawa kakeknya.

Semua ini terjadi karena kesalahannya. Kenapa bukan ia saja yang Alvaro habisi? Kenapa harus orang yang paling Ferly sayang? Kenapa harus kakeknya yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya atas semua ini.

Sementara di lain sisi, Iqbaal berdiri dari duduknya lalu berjalan meninggalkan tempat tersebut tanpa sepatah kata pun.

"Iqbaal!"

Dira terus memanggil cowok itu. Namun, Iqbaal tak menghiraukannya. Ia terus berjalan dengan pincang menjauh meninggalkan tempat tersebut.

Luka di kaki Iqbaal pasti membuat cowok itu sangat kesakitan hingga sedikit sulit untuk berjalan. Meski tadi ia sudah diobati oleh dokter, tapi tetap saja Dira khawatir. Seharusnya cowok itu tidak banyak bergerak dulu.

"Gak usah dikejar, Dir. Mungkin Iqbaal lagi butuh waktu sendiri," ujar Kevin saat Dira berniat menyusul Iqbaal.

Mungkin yang dikatakan Kevin memang benar. Iqbaal butuh waktu untuk menenangkan pikirannya sendiri.

Dira kembali duduk di kursi tadi. Pandangannya lalu jatuh pada Ferly. Sama seperti Iqbaal, Ferly juga terlihat sangat terpukul.

Dira jadi merasa bersalah. Seharusnya tadi ia tidak ikut ke markas tersebut. Jika saja ia tak ada disana, Ferly dan Iqbaal pasti bisa fokus menyelamatkan kakek mereka. Tapi, keberadaan Dira disana hanya menambah masalah. Membuat semuanya menjadi semakin rumit.

Air mata Dira terus mengalir. Rasanya ia tak sanggup melihat Iqbaal dan juga Ferly seperti ini. Apalagi kedua orang tua Iqbaal. Mereka pasti sangat sedih dan terpukul.

Tatapan Dira beralih pada ponselnya. Malam semakin larut, dan Dira tak tahu entah kemana Iqbaal pergi. Dira sangat khawatir. Apalagi cowok itu pergi sendiri dengan keadaan seperti tadi. Semoga saja tidak terjadi hal-hal buruk pada cowok itu.

JUARA KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang