🌻 [53] M E N U N G G U M U

95 35 7
                                    

HAPPY READING 💙

"Menunggu adalah bukti cinta sejati.
Semua orang mungkin bisa mengatakan cinta. Tetapi, tidak semua orang bisa sabar dan setia menunggu."
_____________


Note : Jangan Lupa Vote, yah:)

"Dira, stop!" pinta Iqbaal yang terus mengikuti Dira dari belakang.

Dira tidak menghiraukan ucapan Iqbaal, dan semakin mempercepat langkahnya meninggalkan halaman rumah tersebut.

"Dir, please dengerin aku dulu," pinta Iqbaal. Cowok itu berhasil menghentikan Dira.

"Apa, Baal?" tanya Dira lirih.

Kedua mata Dira tampak memerah. Genangan air mata terlihat sangat jelas di pelupuk matanya.

"Aku minta maaf," pinta Iqbaal. Kepalanya menunduk dalam, penuh penyesalan.

"Kenapa minta maaf sama aku? Harusnya kamu minta maaf sama Kak Ferly!" tukas Dira.

"Aku--"

"Kenapa kamu nutupin ini dari semua orang, Baal? Kenapa?!"

"Dir, aku ... aku takut kamu marah sama aku, Dir. Aku takut kamu ngejauhin aku karena tau kalau aku adalah seorang pembunuh," jelas Iqbaal. "Aku juga takut sama ayah. Aku takut sama bunda. Aku juga gak mau buat Dara takut dan benci sama aku," pungkas cowok itu.

Dira berusaha mengendalikan dirinya. Ia tahu bahwa Iqbaal sangat menyayangi keluarganya, dan tak ingin membuat mereka sedih.

"Aku tau kamu sayang banget sama orang tua kamu, sayang sama adik kamu, sayang sama aku. Tapi kamu gak bisa kayak gini, Baal. Yang kamu lakuin ini salah. Kamu udah ngorbanin sepupu kamu sendiri. Kamu yang udah buat kesalahan, dan Kak Ferly yang menanggung semuanya!" kesal Dira.

"Dir, aku--"

"Diem, Baal!" potong Dira. "Aku belum selesai bicara."

Iqbaal menuruti Dira. Memilih terdiam dan menunggu Dira untuk melampiaskan segala kemarahan dan kekecewaan pada dirinya.

"Aku gak tau apa yang ada di pikiran kamu, sampai kamu bisa berbuat kriminal kayak gini. Mana Iqbaal yang dulu aku kenal? Iqbaal yang selalu sabar, Iqbaal yang pemaaf, yang selalu bisa ngendaliin emosinya? Kemana? Kenapa Iqbaal yang sekarang udah berubah?!" tukas Dira.

"Jawab, Baal," pinta Dira.

"Tadi kamu minta aku diam," jawab Iqbaal lugu membuat Dira semakin menangis. Nafasnya sesenggukan.

Iqbaal mendekat dan membawa gadis itu dalam dekapannya. Dipeluknya tubuh Dira yang gemetaran itu dengan erat. Iqbaal berusaha menenangkan kekasihnya itu.

"Kamu pembunuh, Baal. Kamu juga gak bertanggung jawab," lirih Dira sambil memukul dada bidang Iqbaal.

Tidak ada yang Iqbaal lakukan, selain membiarkan Dira terus memukulnya dan meluapkan kemarahannya.

Setelah cukup lama, Iqbaal melerai pelukannya lalu menangkup wajah Dira dengan kedua tangannya. Air mata Dira membasahi pipinya, membuat Iqbaal merasa sangat bersalah karena lagi-lagi dirinya lah yang menjadi penyebab gadis itu menangis.

JUARA KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang