🌻 [25] B E R D A M A I

505 112 64
                                    

"Halo, Fira!"

Suara itu tidak asing, Dira mengenalinya. Bahkan sangat mengenalnya.

"Apa kabar?"

"Lo dapat nomor gue dari mana?"

"Ada deh, kamu gausah tau"

Dira menghembuskan napasnya kasar.

"Mau lo apa si?" tanya Dira sedikit ngegas.

"Selow dong sayang, gausah ngegas gitu"

"Ngga usah manggil gue sayang!"

"Kenapa? Dulu juga kamu seneng aku panggil sayang? Atau kamu mau panggilan baru, misalnya beb? Atau honey? Atau---"

"Itu dulu! Sekarang gue malah jijik lo manggil gue kayak gitu"

"Segitu bencinya yah kamu sama aku?"

Dira tertawa pelan sambil tersenyum sinis.

"Menurut lo?"

"Sorry, Dir. Aku tau aku salah, tapi apa aku gak bisa dapat kesempatan kedua?"

Dira tertawa hambar

"Dir, aku janji bakal memperbaiki semuanya"

"Gue mau tidur!"

"Tunggu Fir, jangan dimatiin dulu"

"Apa lagi sih?!"

"Besok aku jemput. Selamat tidur mantan kesayangan"

Setelah mengatakan itu, Vito memutuskan sambungan telepon. Dira menghembuskan napasnya kasar, kemudian berjalan menuju kasurnya dan langsung menghempaskan tubuhnya di kasur empuk tersebut.

Dira menghembuskan napasnya kasar. Dia merasa dipermaikan oleh takdir. Di saat dia sudah mengubur dalam-dalam perasaannya untuk cowok itu, berusaha untuk melupakan semua kenangan diantara mereka. Cowok itu datang kembali, menyapa Dira dengan santainya seperti tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

Ada banyak pertanyaan yang bermunculan dibenak Dira. Tentang apa tujuan sebenarnya Vito datang kembali dalam kehidupannya, berusaha memperbaiki semuanya. Apakah murni karena dia masih cinta? atau dia memiliki tujuan lain? Dira tidak tahu.

Lalu darimana cowok itu mendapatkan nomornya?

Perlahan, Dira mengusap wajahnya frustasi. Ini salah, tidak seharusnya Dira memikirkan tentang cowok itu, cowok yang berstatus sebagai mantannya. Dira sudah memiliki pacar sekarang, pacar yang manis dan sangat pengertian dan sayang kepadanya. Seharusnya pertahanan Dira tidak goyah begitu saja hanya karena sapaan seseorang dari masa lalunya. Dira sangat mencintai Iqbaal, dia tidak mau mengecewakannya. Dia tidak ingin kehilangan cowok itu.

Ngomong-ngomong soal Iqbaal, cowok itu belum membalas pesan yang dikirim Dira sejak tadi. Jangankan di balas, di read pun tidak. Hanya centang satu.

Dira menghembuskan napas gusar. Kemana perginya Iqbaal? Apa sesibuk itu sampai tidak membalas pesannya?

***

Pagi harinya, Dira menunggu Iqbaal di depan gerbang rumahnya. Walaupun sebenarnya dia sendiri tidak yakin jika Iqbaal akan datang. Semalam cowok itu tidak membalas pesannya, sampai-sampai Dira tertidur sambil memegang ponselnya karena menunggu pesan dari kekasihnya itu.

Sudah hampir 20 menit Dira menunggu, namun belum ada tanda-tanda kedatangan Iqbaal.

Dira mengeluarkan ponselnya lalu mengirimkan pesan pada Iqbaal, namun lagi-lagi hanya centang satu.

JUARA KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang