🌻 [10] BELAJAR BARENG

601 260 174
                                    

"Tidak ada orang yang benar-benar bodoh, yang ada hanya orang yang malas belajar."

💙 HAPPY READING 💙

Hari ini Iqbaal dan Dira sepakat untuk mulai belajar bersama di sebuah kafe setelah pulang sekolah.

Kafe outdoor dengan nuansa vintage yang menyejukkan. Iqbaal yang memilih tempat itu, karena menurutnya, belajar itu juga perlu suasana yang mendukung. Tenang, sejuk, dan nyaman dengan angin sepoi-sepoi dan pemandangan perkotaan dari atas.

Keduanya duduk berhadapan dengan meja persegi sebagai penghalang, dengan masih menggunakan seragam sekolah.

"Minum dulu," ujar Iqbaal setelah pelayan kafe membawakan mereka jus alpukat untuk Iqbaal, serta jus jeruk untuk Dira.

"Mau belajar apa dulu?" tanya Iqbaal setelah Dira mengeluarkan buku-bukunya dan meletakkannya di atas meja.

Sejenak Dira memperhatikan buku-buku tersebut. Pilihannya jatuh pada pelajaran matematika. Entah mengapa, Dira selalu susah memahami materi dan rumus-rumus pelajaran tersebut.

Terkadang juga Dira sudah paham jika ada satu contoh soal yang sama persis. Namun, ketika dihadapkan dengan soal yang berbeda lagi, maka sudah dipastikan ia akan pusing tujuh turunan!

"Matematika?" tanya Iqbaal yang diangguki Dira. "Yang mana?"

Dira membuka buku paket matematika beserta buku tulisnya lalu memperlihatkannya pada Iqbaal.

Iqbaal membaca judul materi yang ada di buku tersebut. "Materi ini mudah, sih, sebenarnya ... cuma kamu harus tau dulu poin-poin pentingnya."

Dira tidak menjawab apa-apa. Ia hanya menatap Iqbaal bingung.

"Kita mulai dari dasarnya dulu, ya," ujar Iqbaal.

Setelah itu Iqbaal mulai menerangkan poin-poin pembuka dari materi yang akan mereka pelajari tersebut.

Iqbaal menerangkannya dengan pelan dan detail, meskipun beberapa kali Dira terlihat melongo tak mengerti. Namun, Iqbaal adalah cowok yang penyabar. Ia terus menjelaskan pada Dira hingga gadis itu mengaku mengerti.

"Laper?" tanya Iqbaal saat melihat Dira yang nampak tak fokus.

Dengan polosnya Dira mengangguk sambil menyengir. Iqbaal terkekeh melihatnya lalu merapikan buku-buku tadi di pinggir meja dan memesan makanan.

"Mau makan apa?" tanya Iqbaal pada Dira saat pelayan kafe sudah berdiri di dekat meja mereka sambil membawa buku menu makanan.

"Nasi goreng pedas," jawab Dira antusias.

"Itu aja?" tanya Iqbaal yang kembali diangguki Dira.

Iqbaal menyerahkan buku menu itu kepada si Pelayan lalu berkata, "Nasi goreng spesial dua, ya, Mbak. Jangan yang pedas."

Pelayan itu mengangguk lalu mencatat pesanan mereka di buku kecil dan berlalu pergi.

"Gue, kan, pesennya nasi goreng pedas. Kenapa malah pesen yang nggak pedas, sih, Kak?" Dira memberengut.

"Enggak baik makan yang pedas-pedas," jawab Iqbaal.

JUARA KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang