🌻 [54] J U A R A K E D U A

131 38 33
                                    

HAPPY READING 💙 :(

Note : Jika kalian ingin menerima saranku, maka bacalah part ini sambil mendengarkan lagu berjudul "Juara Kedua" dari Fiersa Besari. Kuyakin feel-nya akan semakin terasa:)
___________________

"Bukannya tak pandai mengutarakan rasa. Hanya saja aku sadar. Jika aku berteriak sekali pun, kau tak akan mendengarkannya."

-Ferly Dhiafakhri Adhitama-

***
"Aku tak berniat menyakitimu, atau melukai perasaanmu. Bukannya dari awal kamu tahu, bahwa laki-laki yang aku mau hanya dia? Lalu mengapa kamu dan perasaanmu itu keras kepala?"

-Andira Shalsabilla Elfira-

***
"Kali ini, boleh kah aku egois? Aku ingin kamu tetap menjadi milikku, meski tak lagi ada aku di sisimu. Meski realitanya ada orang lain yang selalu ada untukmu?"

-Iqbaal Danendra Adhitama-

____________________

Hari ini mungkin menjadi hari paling dramatis bagi keluarga Adhitama. Terutama Iqbaal Danendra Adhitama.
Dengan langkah ragu, cowok itu turun dari mobil diikuti Reno, Siska, dan juga kekasihnya, Andira Shalsabilla Elfira.

Bersamaan dengan itu, mobil Ferly baru saja tiba. Di sana ada Kevin, Revan, dan yang pasti si empunya mobil itu sendiri.

Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah untuk menyerahkan diri ke polisi. Tak ada pilihan lain. Iqbaal memang bersalah dan memang sudah seharusnya ia mempertangungjawabkan perbuatannya.

Sudah cukup selama ini Iqbaal bersembunyi dibalik tampangnya yang lugu juga kepribadiannya yang hampir sempurna tanpa celah. Sudah cukup ia lari dari kesalahannya. Ibaratnya selama ini Iqbaal melempar batu sembunyi tangan.

Suasana tegang dan haru semakin terasa, tatkala polisi mengatakan bahwa Iqbaal sebagai pelaku pembunuhan Alvaro itu akan dijerat hukuman selama lima belas tahun penjara. Meski polisi menambahkan bahwa hukuman itu masih ada peluang untuk diringankan jika selama masa tahanan narapidana berkelakuan baik. Atau bisa saja mendapat remisi.

Tapi tetap saja, kesedihan menjadi hal yang tak dapat dihindari. Siska tak mampu menahan air matanya. Dipeluknya Iqbaal dengan sangat erat sambil mengelus punggung kokoh anaknya itu. Setelah cukup lama Iqbaal melerai pelukan tersebut. Dihapusnya air mata yang membasahi pipi bundanya dengan tangannya. Tangan yang sudah ia gunakan untuk menghilangkan nyawa seseorang yang membuatnya seperti ini sekarang.

"Udah, ya, Bund. Jangan nangis lagi," pinta Iqbaal.

"Bunda khawatir sama kamu, Nak. Bunda enggak akan tenang kalau anak bunda harus tinggal di sel tahanan sampai bertahun-tahun," lirih Siska.

"Bunda ... bunda jangan khawatir," kata Iqbaal. Tangannya bergerak menggenggam kedua tangan Siska. "Aku tahu ini berat buat aku, buat Bunda, buat ayah. Bahkan buat semuanya. Tapi enggak ada pilihan lain, Bun. Aku salah. Aku udah ngebunuh orang, dan aku harus siap menanggung konsekuensinya."

"Nak ... bunda enggak bisa. Bunda enggak bisa ...."

"Bunda ...," potong Iqbaal. "Bunda tenang aja, ya. Iqbaal bakal baik-baik aja kok di sini. Lagian walaupun Iqbaal ini seorang kriminal, tapi bakal tetep dikasi makan kok di sini. Jadi Bunda tenang aja," ujar Iqbaal diselingi kekehan hambar di kalimat terakhirnya.

JUARA KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang