4.//Tak Sendiri.

76 27 5
                                    

Sepulang sekolah Nisel sangat lelah karena dia mulai latihan dance untuk pertama kali nya,ya menurut nya lumayan asik lah di tambah seniornya yang care dengan nya walaupun dia member baru.

Sampai di rumah ia menatap nanar papanya yang bermesraan di rumahnya dengan gadis seumuran dengan dirinya, Nisel sangat muak dan sengaja membanting pintu agar keduanya menghentikan aktivitas menjijikan itu.

Dorrr!!! .

Bantingan pintu yang nyaring membuat papa Nisel menghentikan aktivitasnya dan menatap benci pada Nisel.

"Kamu sekolah di ajari sopan santun ngak hah?".Bentak papa Nisel yang sama sekali tidak di gubris oleh Nisel.

" Kamu budeg?.Kalau orang tua ngomong di dengerin!".Lanjut papa Nisel yang memancarkan tatapan kemarahan.

" Saya tidak mau mengganggu kegiatan menjijikan anda!". Jawab Nisel sambil menatap jijik gadis di samping ayahnya membuat dia menduduk takut di tatap oleh Nisel.

Plakk!!!

Tamparan papanya melayang di pipi Nisel terasa perih dan sakit.
"Kenapa hanya sekali? Ayo lanjutkan agar dia si jalang puas melihat seorang papa menampar anaknya demi perempuan kotor seperti dia," Nisel tidak takut dengan papanya justru ia menjawab dengan kalimat pedas menantang.

"Dan kamu pake jurus apaan sih sampe papa aku bertekuk lutut! Lo itu pelac!!!

Belum sempat Nisel menyelsaikan kata kata nya yang mencaci perempuan itu papanya mendorong Nisel sampai dia terbentur pinggiran meja yang cukup tajam,dan mengalir lah darah segar di kening nya. Nisel terluka ayahnya kasar hingga tega berbuat semacam itu pada dirinya.

" Sudah cukup om!!". Teriak perempuan tersebut sambil berjalan kearah Nisel dan mengulurkan tangan nya berniat menolong Nisel tapi langsung di tepis kasar oleh Nisel dia langsung berlalu meninggalkan papanya dengan air mata yang di tahan agar tidak jatuh,agar dia tidak terlihat lemah dan kacau.

...

Semenjak kejadian tadi Nisel enggan keluar kamar bahkan makan dia meneguk setetes air saja belum rasanya dia hidup sendiri tak ada pelarian untuk menumpahkan beban nya, mamanya saja entah di mana sejak bertengkar dengan papanya dia tidak pulang membuat Nisel tersenyum kecut mengingat papanya berlaku kasar sampai keningnya terluka.

Pembantu rumah tangga Nisel pulang kampung hanya pembantu nya yang Nisel panggil mbok itu mengerti keadaan dirinya yang rapuh tapi kali ini dia sendiri. Nisel menangis tanpa henti sampai dia tertidur di meja belajarnya.

Dia mengerjap menatap luar jendela yang terlihat sudah gelap menandakan ini sudah malam,Nisel merasakan pening di kepalanya dan perutnya sakit karena belum makan. Dia memutuskan ke dapur sambil sempoyongan dia terjatuh dari untungnya ada tangan kekar yang menangkapnya,belum terlihat jelas siapa yang menolong nya pandangan Nisel gelap dia hilang kesadaran. Otomatis cowok teresbut membawa Nisel ke kamar dan mengambil kompres dan kotak P3K untuk mengobati luka Nisel dan mengompres Nisel yang demam.

" Lo kenapa sampai sekacau gini?" Ucap nya lirih,.

" Setiap kali gue nemuin lo pasti lo nangis ada apa dengan lo?". Lanjut nya sambil merapihkan anak rambut Nisel,membuat Nisel bergerak mengeliat kecil sambil meringis menahan sakit,pelan pelan Nisel membuka mata mengumpulkan tenaga.

" Raihan! Lo kok disin?...

" Stttttt,,jangan banyak gerak lo masih sakit". Potong cowok tersebut yang ternyata Raihan si pengganggu yang menolong Nisel.

" Lo kok disini?" . Ulang Nisel dengan nada yang lebih lembut tak seperti biasanya membuat Raihan geli.

" Gue tadi pengen belajar dance sama lo gue tanya orang sini mana rumah lo yaudah gue kerumah lo,gue ketok ngak nyaut gue masuk nemuin lo hampir jatuh dari tangga". Jawab Raihan panjang lebar membuat Nisel kaget untung ada Raihan kalau tidak ia bakal mati jatuh dari tangga.

"Oke thanks bantuan lo".

Raihan mengangguk.
"Orang tua lo mana?". Pertanyaan yang sedang tidak ingin Nisel dengar, untuk saat ini Nisel tidak peduli kemana mereka yang pasti Nisel terluka seperti saat ini karena mereka.

"Gue sendiri!". Jawab Nisel membuang pandangan agar tidak meloloskan air mata membuat Raihan bingung, tapi ia tak mau bertanya lagi takut membuat Nisel tambah kacau.

"Oh,, lo belum makan kan? Pasti belom bentar gue ambilin!". Raihan mengalihkan pembicaraan dan bangkit hendak ke dapur tapi tangan nya di tahan oleh Nisel.

" Gak ada apa apa di dapur Rai" .Ucap Nisel lemah.

"Biar gue masak oke! Lo tunggu sini aja jangan banyak gerak".

Tak lama Raihan datang ke kamar Nisel membawa sepiring nasi dan sup serta air putih untuk Nisel.

"Hei kok bengong? Ni makan gue suapin ya?". Raihan membuyarkan lamunan Nisel.

" Lo ngak makan?".

"Gue udah makan ayok aa!".Titah Raihan menyodorkan sesendok bubur ke mulut Nisel. Nisel pun membuka mulut tapi rasanya pahit dan mual terasa perutnya di tusuk tusuk.

" Udah Rai".

" Loh kok udah baru satu sendok ayo aa lagi". Bujuk Raihan pada Nisel.

" Perut gue sakit pengen muntah Rai!". Keluh Nisel nelangsa.

" Bentar gue ambil roti!".

" Ternyata gue ngak sendiri ada yang peduli sama gue walaupun cuma sebentar apalagi di saat gue sakit begini!". Nisel bermonolog sendiri sampai air mata nya jatuh di pipinya lagi.

"Sel kenapa lagi? Lo kok nangis?".Tanya Raihan khawatir, yang kembali membawa sebungkus roti.

" Makasih ya Rai lo udah mau nolongin gue di saat gue sendirian kaya gini".Tiba tiba Nisel memeluk Raihan dan menangis lepas,pelukan Nisel membuat jantung Raihan berdegub kencang seperti setelah lari marathon.

"Sttt!! Iya sama sama lo ngak sendiri kok kan ada gue sama Yola. Apa perlu gue telfonin Yola kalau lo bosen sama gue?".Raihan mengusap punggung Nisel lembut menenangkan dia.

" Enggak usah kalau lo mau pulang gue ngak papa kok".Jawab Nisel seadanya sambil merenggangkan pelukan nya.

" Gue ngak akan pulang, sekarang lo tidur dan nanti makan oke".
Raihan membantu Nisel berbaring dan menyelimuti sambil mengusap puncak kepala Nisel dengan lembut.

...

Cukup lama Nisel tidur,dirinya terbangun merasakan keadaan nya membaik daripada tadi dan ia sekarang tak mendapati Raihan melainkan pembantu rumah tangga nya yang duduk di tepi ranjang sambil memijit kaki Nisel. Pembantu nya belum menyadari kalau Nisel sudah bangun.

" Mbok? Kapan nyampe?".Tanya Nisel lemah sambil berusaha bangun.

"Eh non jangan banyak gerak kata den Johan non banyak istirahat. Mbok baru aja nyampe!". Jawaban pembantu Nisel membuat dia terkekeh geli.

" Raihan kali mbok bukan Johan" Nisel membenarkan kata kata pembantunya.

" Eh iya Raihan hehe maklum udah tua".

" Terus Raihan nya mana mbok?".Dia celingukan mencari Raihan yang tak ada di kamar nya.

" Den Raihan pulang non katanya besok mau kesini lagi". Jawab pembantu Nisel membuat Nisel kecewa padahal dia berharap bangun nanti Raihan masih di samping nya,apa boleh buat Raihan bukan siapa siapa nya dia di tolong seperti tadi saja sudah makasih banget.

"Non maafin mbok ya gara gara mbok lama di kampung non jadi sakit, Pasti tuan yang berbuat seperti ini ya?". Lanjut pembantunya sambil menyentuh bekas luka di kening Nisel.

" Apaan sih mbok,mbok ngak salah sekarang Nisel udah ngak berasa sendiri Nisel udah anggep mbok mama Nisel sendiri karena cuma mbok yang mengerti perasaan Nisel".

Nisel memeluk pembantunya dengan erat mencari sesuatu yang selama ini tidak di dapat anak dari ibunya.

" Non ngak sendiri kok!". Ucap pembantu Nisel sambil mengecup kening Nisel lembut seperti anak nya sendiri.

.
.
.
Udalah enggak banyak cingcong
Happy reading❤

BBS: MEANING HAPPY|END|.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang